Tunggu Persetujuan EMA, Jerman Siap Beli Vaksin Rusia
9 April 2021
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengungkapkan rencana pembicaraan dengan Moskow terkait pembelian vaksin Sputnik V. Namun, di sisi lain Uni Eropa menyebut dosis tambahan tidak diperlukan untuk saat ini.
Iklan
Pemerintah Jerman membuat rencana untuk secara bilateral membeli vaksin COVID-19 milik Rusia, Sputnik V, jika memenuhi persetujuan regulator Uni Eropa, dalam hal ini Badan Pengawas Obat Eropa (EMA).
"Komisi Eropa mengatakan bahwa mereka tidak akan menandatangani kontrak [untuk Sputnik], berbeda dengan produsen lain, seperti BioNTech misalnya," kata Menteri Kesehatan Jens Spahn mengatakan pada hari Kamis (08/04) kepada penyiar publik Jerman WDR.
"Jadi saya mewakili Jerman saat pertemuan para menteri kesehatan Uni Eropa mengatakan bahwa kita [Jerman] akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan Rusia," tambah Spahn.
Spahn tidak mengatakan kapan pembicaraan dengan Rusia itu akan dilakukan, tetapi menekankan bahwa pengiriman vaksin harus tiba dalam dua hingga lima bulan ke depan.
Sejauh ini, sekitar 13% populasi di Jerman telah divaksinasi.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Mengapa Jerman menginginkan vaksin Rusia?
Dengan masuknya dosis vaksin Sputnik V Rusia diyakini akan membantu program vaksinasi Jerman yang lamban karena terkendala masalah pasokan. Jerman selama ini mengandalkan UE untuk mengkoordinasikan pembelian dan distribusi vaksin COVID-19.
Iklan
Komisi Eropa menghadapi kritik atas masalah distribusi vaksin, tetapi UE juga enggan membeli lebih banyak vaksin dari luar blok. Mereka memprediksi akan ada cukup pasokan yang datang dari produsen vaksin yang sudah disetujui sebelumnya.
Di sisi lain, Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) secara bertahap telah memulai peninjauan atas vaksin Sputnik V sejak Maret lalu. Pada hari Rabu (07/04), negara bagian Bavaria di Jerman selatan bahkan mengatakan telah menandatangani letter of intent untuk membeli 2,5 juta dosis vaksin Sputnik V jika memenuhi persetujuan EMA.
Kapasitas produksi vaksin juga telah disiapkan di perusahaan farmasi R-Pharm di kota Illertissen, Bavaria.
Jutta Paulus, seorang apoteker dan anggota Parlemen Eropa Jerman, mengatakan kepada DW bahwa menunggu persetujuan EMA adalah cara yang tepat. "EMA melakukan pemeriksaan yang sangat menyeluruh terhadap semua data," katanya.
"Saya tidak dapat memahami pendekatan negara anggota UE lainnya yang mengatakan, 'Yah, tidak masalah tentang EMA; kami hanya percaya bahwa itu harus aman karena sudah ada orang yang divaksinasi dan kami belum pernah mendengar ada orang yang meninggal,'" tambahnya.
Apa yang dikatakan Uni Eropa?
Kepala Vaksin UE, Komisaris Pasar Internal Thierry Breton, mengatakan dalam sebuah postingan blog pada hari Kamis (08/04) bahwa dia tidak percaya dosis vaksin Rusia akan tiba tepat waktu.
Meski Breton mengatakan tidak memiliki alasan untuk meragukan keefektifan vaksin yang disetujui di luar UE, persetujuan EMA biasanya memakan waktu beberapa bulan dan oleh karena itu, negara harus berkonsentrasi pada vaksin yang sudah disetujui.
Breton mengaku optimis bahwa UE akan memiliki cukup dosis vaksin pada akhir Juni mendatang, untuk memvaksinasi 70% dari total jumlah orang dewasa. Sekitar 108 juta dosis diberikan pada kuartal pertama 2021, Breton memperkirakan 360 juta selanjutnya akan segera dikirimkan untuk kuartal kedua.