Sejak 20 Maret, Presiden Tunisia Kais Saied menerapkan lockdown di negaranya hingga 4 April. Seorang penari perut professional juga berusaha membujuk warga agar tidak keluar keluar rumah.
Iklan
Tunisia termasuk negara yang telah memberlakukan lockdown. Kafe dan restoran tutup, semua perjalanan internasional dihentikan. Menurut data dari John Hopkins, pemerintah telah mengkonfirmasi 362 kasus corona dan sembilan kasus kematian.
Untuk memastikan warga mematuhi aturan, Presiden Tunisia Kais Saied bahkan mengerahkan tentara turun ke jalanan.
Seorang penari perut profesional, Nermine Sfar, punya cara lain agar warga tidak keluar dari rumah. Lewat akun Facebook-nya, Sfar mengirimkan pesan: “Tetap di rumah dan aku akan menari untukmu.”
Lewat live streaming di Facebook, Sfar menggoyangkan pinggul dan menari dengan latar music pop Arab. Ada sekitar 130.000 yang menonton videonya. Sebelum wabah corona pun, Sfar sudah dikenal di Tunisia dan memiliki puluhan ribu followers.
Sebelum pemerintah mengumumkan lockdown, Sfar tampil dengan mengenakan masker bedah dan sarung tangan di akun Facebook-nya dan meminta followersnya untuk mengikuti saran pemerintah untuk tinggal di rumah.
Pesan yang disampaikan Sfar lewat media sosial sepertinya lebih berdampak pada warga, dibanding kampanye pemerintah. Ribuan orang memberikan komentar di posting videonya. Namun, kadang ada juga komentar yang bernada kasar.
Sfar kemudian menjanjikan "tarian korona" setiap malam. Ketika dia gagal tampil pada satu malam, ribuan pesan naik dari penggemar yang memohon padanya untuk kembali ke layar ponsel mereka.
"Saya tahu sulit untuk tinggal di rumah dan dikurung, tetapi kita dapat mencoba untuk menciptakan suasana hangat di rumah kita," kata Sfar kepada Reuters.
Seiring semakin populernya Sfar, seorang penari pria, Rochdi Belgassmi, mulai melakukan aksi serupa dari rumah. Lewat akun media sosial ia mengumumkan: "Tunggu aku malam ini, wanita Tunisia! "
vlz/hp (Reuters)
Bagaimana Kondisi Lockdown di Eropa?
Negara-negara di Eropa secara signifikan telah membatasi aktivitas berkumpul di ruang publik untuk mengerem penyebaran wabah COVID-19. Lalu, bagaimana negara-negara tersebut menerapkan regulasi itu kepada warganya?
Foto: AFP/H. Neubauer
Paris memberlakukan lockdown
Aktivitas di jalan-jalan utama di Paris terhenti total setelah Perancis mengumumkan lockdown secara nasional Selasa lalu. Warga tidak diperbolehkan meninggalkan rumah mereka, kecuali karena alasan penting seperti membeli makanan, mengunjungi dokter atau pergi bekerja. Walikota Paris, menyerukan social distancing yang lebih ketat karena jumlah kasus infeksi yang terus meningkat di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/T. Camus
Berlin menjadi sepi
Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Minggu (22/03) mengumumkan pembatasan ketat pada pergerakan orang di Jerman. Regulasi tersebut mencakup pelarangan pertemuan publik lebih dari dua orang, menjaga jarak 1,5 meter dan penutupan restoran, pub serta bar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schreiber
Perbatasan ditutup, orang asing dilarang masuk
Selain membatasi pergerakan warga di dalam negeri, Jerman telah memperketat pembatasan pada orang asing yang memasuki negara. Akibatnya, lalu lintas di bandara tersibuk di Jerman, yaitu di Frankfurt, mengalami penurunan yang signifikan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Probst
Bayern perintahkan warga untuk tinggal di rumah
Negara bagian Bayern di selatan Jerman memberlakukan lockdown di seluruh negara bagian mulai akhir pekan lalu untuk mencegah penyebaran COVID-19. Selama dua minggu, warga tidak diperbolehkan berkumpul dalam kelompok di luar rumah dan restoran, bar serta pub juga ditutup.
Foto: Imago Images/Zuma/S. Babbar
Inggris berlakukan social distancing
Inggris telah menutup semua bar, pub, dan restoran untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19. Perdana Menteri Boris Johnson telah mendesak seluruh warga negara untuk menghindari semua perjalanan yang tidak penting dan kontak dengan orang lain.
Foto: AFP/T. Akmen
Milan: Di jantung pandemi
Dalam beberapa minggu terakhir, pusat pandemi COVID-19 global telah bergeser dari Cina ke Italia. Negara ini mengalami peningkatan infeksi dan kematian secara eksponensial. Italia telah memberlakukan lockdown secara nasional sejak 10 Maret.
Foto: picture-alliance/AP Photo/L. Bruno
Vatikan ditutup untuk umum
Roma dan Kota Vatikan juga dipaksa untuk sangat membatasi pertemuan publik, setelah wilayah Lombardy utara Italia melaporkan merebaknya kasus COVID-19. Situs wisata religi populer seperti Lapangan St. Peter Di Vatikan pun telah ditutup.
Foto: Imago Images/Zuma/E. Inetti
Spanyol: Salah satu negara paling terpukul di Eropa
Pemerintah Spanyol pada hari Minggu berupaya untuk memperpanjang keadaan darurat negara itu menjadi hampir sebulan sampai 11 April, setelah pertama kali diberlakukan pada 14 Maret. Spanyol saat ini memiliki jumlah kasus infeksi virus corona terbanyak kedua di Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/X. Bonilla
Austria laporkan laju infeksi melambat
Austria melaporkan kenaikan 15% kasus infeksi baru virus corona selama akhir pekan, jauh lebih rendah daripada puncaknya yang sebesar 40%. Penurunan ini terjadi setelah pemerintah memberlakukan social distancing yang ketat. Namun, pihak berwenang di Wina menargetkan untuk menurunkan jumlah infeksi baru SARS-CoV-2 menjadi satu digit selama tiga minggu ke depan. (fs/as)