Tuntut Naik Gaji, Ribuan Perawat di Inggris akan Mogok Kerja
25 November 2022
Belum pernah terjadi sebelumnya, ribuan perawat di Inggris akan melakukan dua aksi mogok kerja bulan depan untuk menuntut kenaikan gaji. Para perawat ini akan bergabung dengan staf industri lainnya di Inggris.
Iklan
Aksi protes terbesar sepanjang masa, ribuan perawat di Inggris berencana melakukan mogok kerja pada tanggal 15-20 Desember mendatang. Para perawat itu akan bergabung dengan sejumlah pekerja industri lainnya di Inggris untuk menuntut perbaikan gaji.
Pegawai di seluruh Britania Raya, termasuk wilayah Inggris, Wales, Irlandia Utara, kecuali Skotlandia, berencana melakukan aksi mogok kerja setelah keluarnya pernyataan dari serikat pekerja perawat Royal College of Nursing (RCN) bahwa pemerintah telah menolak tuntutan mereka atas kenaikan gaji 5% di atas inflasi.
"Staf keperawatan sudah cukup merasa diremehkan, cukup dengan gaji yang rendah dan tingkat kepegawaian yang tidak aman, cukup dengan tidak mampu memberi pasien kami perawatan yang layak mereka terima," kata Sekretaris Jenderal RCN Pat Cullen pada hari Jumat (25/11).
RCN: Pemerintah tolak negosiasi
Cullen mengatakan bahwa pemerintah telah menolak bentuk negosiasi mereka dalam dua minggu terakhir, sejak serikat pekerja perawat itu pertama kali mengumumkan bahwa para staf keperawatan berencana untuk mogok kerja.
"Para menteri memiliki waktu lebih dari dua minggu sejak kami mengonfirmasi bahwa anggota kami merasakan ketidakadilan, sehingga mereka perlu menyerang untuk pertama kalinya," kata Kepala RCN.
"Mereka (para menteri) memiliki kekuatan dan sarana untuk menghentikan aksi ini dengan membuka diskusi serius untuk membahas perselisihan diantara kami," tambahnya.
Perdana Menteri Inggris dari Masa ke Masa
Rishi Sunak terpilih menjadi perdana menteri ketiga Inggris tahun ini setelah Liz Truss mengundurkan diri, enam minggu setelah dia dilantik.
Foto: Kirsty Wigglesworth/AP/dpa
Rishi Sunak
Rishi Sunak terpilih menjadi perdana menteri baru Inggris dan berjanji menyatukan kembali Partai Konservatif setelah Liz Truss mengundurkan diri. Pria berusia 42 tahun itu menjadi perdana menteri termuda sekaligus pemimpin berdarah Asia pertama di Inggris dalam satu abad terakhir. Sunak tengah menghadapi krisis ekonomi dan politik, serta rentetan ancaman resesi dan kenaikan suku bunga.
Foto: Aberto Pezzali/AP/picture alliance
Liz Truss (2022)
Liz Truss mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri setelah mencetak rekor baru, yakni hanya 45 hari menjabat. Truss mengatakan bahwa jabatannya sebagai perdana menteri dimulai "pada saat ketidakstabilan ekonomi dan internasional melanda hebat," yang mengacu pada lonjakan inflasi, krisis energi global hingga perang di Ukraina.
Foto: Leon Neal/Getty Images
Boris Johnson (2019-2022)
Boris Johnson mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan Juli lalu. Jabatan perdana menterinya digulingkan setelah menyusul sejumlah skandal dan pengunduran diri dari lebih 50 anggota parlemen dalam partainya sendiri. Pemerintahan Johnson menyaksikan sejarah penting keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada tahun 2020.
Foto: Frank Augstein/AP Photo/picture alliance
Theresa May (2016-2019)
Theresa May resmi menggantikan David Cameron setelah referendum Brexit 2016 dan mulai menegosiasikan keluarnya Inggris dari UE. Dia mengundurkan diri setelah anggota parlemen menolak tiga RUU penarikan Inggris dari EU yang dia ajukan, di mana para pendukung garis keras Brexit di partainya sendiri memberikan terlalu banyak konsesi ke Brussels.
Foto: TOLGA AKMEN/AFP/Getty Images
David Cameron (2010-2016)
David Cameron telah membawa Partai Konservatif kembali berkuasa pada 2010. Partainya menang tipis dalam suara mayoritas pada tahun 2015, di mana dia dituntut untuk menindaklanjuti janji pengadaan referendum "penarikan" keanggotaan Inggris di UE. Cameron memilih untuk "tidak keluar" dan mengundurkan diri sehari setelah pemungutan suara, dengan sekitar 52% mendukung untuk "keluar."
Foto: Matt Dunham/AP Photo/picture alliance
Gordon Brown (2007-2010)
Gordon Brown merupakan perdana menteri Inggris yang meninggalkan kantor karena kalah dalam pemilu, bukan karena pengunduran diri ataupun pemberontakan. Brown mengambil alih kekuasaan setelah pengunduran diri Tony Blair setelah terjadi kehancuran finansial akibat perang Irak pada 2007. Brown kalah dalam pemilu 2010 dan mengakhiri periode 13 tahun pemerintahan Partai Buruh di Inggris.
Foto: Jane Barlow/dpa/PA/AP/picture alliance
Tony Blair (1997-2007)
Tony Blair berhasil memenangkan tiga kali pemilihan dan merupakan satu-satunya politisi Partai Buruh yang mengklaim kemenangannya selama hampir setengah abad. Atas inovasi wadah sentrisnya yang ia juluki "Buruh Baru", Blair menang telak pada tahun 1997 dan secara bertahap dukungan untuknya berkurang setelah satu dekade berkuasa. Perang di Irak menjadi dampak negatif terbesar sebagai warisannya.
Foto: Gretel Ensignia/AP Photo/picture alliance
John Major (1990-1997)
John Major menjabat sebagai perdana menteri Inggris setelah Margaret Thatcher mengundurkan diri usai menjabat selama hampir 12 tahun. Pemerintahan Major harus bergulat dengan krisis ekonomi besar dan pemberontakan dari anggota parlemen anti Uni Eropa di Partai Konservatif.
Foto: Mary Evans Picture Library/picture alliance
Margaret Thatcher (1979-1990)
Ketiga perdana menteri perempuan Inggris berasal dari Partai Konservatif. Meskipun kekuasaan Theresa May dan Liz Truss tidak berumur panjang dan sukses seperti pemilihan pertama Margaret Thatcher. Truss mengaku terinspirasi oleh Thatcher jauh sebelum ia menjabat, dan menghadapi situasi yang sama serta mengenakan pakaian yang mirip dengan Thatcher pada masa mudanya. (kp/ha)
Foto: Marcus Thelen/picture alliance
9 foto1 | 9
Rekor inflasi, resesi membayangi
Aksi mogok kerja yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah 106 tahun terakhir, menurut serikat pekerja perawat di Inggris merupakan yang pertama dari kemungkinan beberapa aksi mogok kerja lainnya oleh para perawat dari Layanan Kesehatan Nasional (NHS).
Aksi demo pekerja industri di Inggris ini memberikan tekanan lebih kepada Perdana Menteri Rishi Sunak, setelah Inggris tengah menghadapi resesi ekonomi yang membayangi negara tersebut. Selain itu, Inggris juga tengah menghadapi krisis biaya hidup dengan inflasi mencapai level tertinggi sebesar 11,1% bulan lalu dalam 41 tahun terakhir.