1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Turki adalah sponsor tak resmi Islamic State"

27 Juli 2015

Turki memilih momentum paling buruk buat menghidupkan kembali permusuhan dengan Kurdi, tulis harian Inggris Times. Hal senada juga diungkapkan oleh media lain dan kicauan publik di Twitter.

Türkei Soldaten Kurdengebiet
Militer Turki di perbatasan SuriahFoto: picture-alliance/dpa

Serangan Turki terhadap basis IS di utara Suriah banyak menyedot perhatian sejak akhir pekan lalu. Pasalnya Ankara diduga tidak cuma mengincar IS, melainkan juga kelompok Kurdi yang berseteru dengan Turki sejak 30 tahun. Media-media sepakat, aksi Turki terhadap Kurdi justru melumpuhkan tiang terakhir dalam perang melawan IS.

Times, Inggris:
"Tidak ada momentum paling buruk buat menghidupkan kembali permusuhan. Turki kini berada di jurang perang gerilya dengan kelompok Kurdi. Selama 18 bulan terakhir milisi Kurdi di Suriah menjadi kelompok perlawanan paling efektif melawan Islamic State. Melemahkan kekuatan Kurdi berarti membuka jalan bagi IS untuk memperluas teritorialnya ke utara Irak."

Bergens Tidende, Norwegia:
"Adalah sebuah ilusi bahwa kelompok teror bisa dikalahkan cuma dengan mengandalkan serangan udara. Betapa kelirunya paradigma tersebut sudah terbukti di Libya empat tahun silam. Bom terkadang diperlukan untuk menghancurkan infrastruktur dan garis komando. Tapi harus ada rencana yang lebih besar untuk melawan IS. Dan pada titik ini, diplomasi harus mengambil peran."





Sme, Slovakia:
"Perang antara Turki dan Kurdi telah berlangsung selama 30 tahun, merenggut 40.000 nyawa manusia dan melenyapkan potensi pemasukan sektor wisata sebesar 300 miliar Dollar AS. Dengan latar belakang tersebut, Islamic State memang terkesan sebagai jiran yang jinak buat Ankara - bersandar pada moto 'musuh dari musuhmu adalah sekutumu.' IS berperang melawan Kurdi dan Presiden Bashar Assad yang juga dimusuhi Turki. Maka secara tidak langsung Turki menjadi sponsor tak resmi gerilayawan Islamic State."

Berliner Zeitung, Jerman:
"Jika AS mengamini serangan terhadap PKK dan pilar utama dalam perang melawan IS, kita rasanya ingin berteriak agar mereka tidak mengulangi kesalahan serupa. IS tidak dapat dikalahkan dengan serangan udara. Adalah kelompok Kurdi di Suriah yang membawa beban terbesar dalam perang melawan IS."

Sementara itu Al-Jaish al Mujahiddin yang merupakan kelompok teror bentukan bekas serdadu Irak yang berideologi Islam Radikal dan anti partai Baath, menyuarakan dukungan atas operasi militer Turki.



Kesepakatan antara Turki dan AS antara lain mencakup pembentukan zona aman di utara Suriah buat pengungsi




rzn/hp (berbagai sumber)