Partai AKP yang memerintah Turki sejak 2002, untuk pertama kalinya kehilangan mayoritas di parlemen. Turki kini menghadapi era gejolak politik dalam negeri. Perspektif Baha Güngör.
Iklan
Para pemilih di Turki menunjukan kekuatan suara demokratis. Hasil pemilu menunjukan ada dua pecundang dan satu pemenang. Yang kalah telak adalah Presiden Recep Tayyip Erdogan serta partai religius konservatif yang mendukungnya, Partai AKP, yang saat ini memerintah. Sementara pemenangnya adalah partai pro-Kurdi HDP yang untuk pertama kalinya mampu menembus "treshhold" 10 persen dan terwakli dalam parlemen nasional di Ankara.
Hasil pemilu ibaratnya kekalahan menyakitkan bagi Erdogan yang sudah mengerahkan semua kekuasannya untuk menggolkan sasaran. Yakni mengubah Turi menjadi Republik Presidial. Dengan melanggar kewajiban netralitasnya sebagai presiden, Erdogan menggelar kampanye di seluruh Turki untuk meraih dukungkan bagi AKP. Erdogan juga tidak ragu atau malu menyerang atau mempermalukan tokoh politik atau partai saingannya secara verbal.
Kini pemilih di Turki menghukum Erdogan dan kepala pemerintahan saat ini serta penerusnya sebagai ketua partai AKP, Ahmet Davutoglu. Keduanya juga harus menerima konsekuensi pahit karena menyalahgunakan agama sebagai sarana untuk mencapi sasaran poltik mereka.
Target Erdogan meraih duapertiga mayoritas suara di parlemen, untuk memuluskan rencana perubahan konstitusi yang menjadikan Turki sebagai Republik Presidial, kini tinggal ilusi. Perolehan suara yang hanya 41 persen dan berarti lepasnya mayoritas di parlemen, akan memaksa AKP membentuk pemerintahan koalisi. Jika tidak, AKP harus duduk di bangku oposisi dengan dampak yang sulit diramalkan bagi partai tersebut. AKP yang menjadi partai politik terkuat Turki selama hampir dua dekade, kini merosot pamornya gara-gara ketuanya jadi presiden
Di sisi lainnya, pemenang sejati dalam pemilu Turki kali ini, partai pro-Kurdi HDP juga harus tetap waspada dan tidak melakukan kesalahan dengan terlalu menilai tinggi kekuatan partainya. Para pimpinan partai pro-Kurdi harus menyadari, tingginya suara yang mereka raih, ibaratnya "pinjaman" dari pemilih yang muak dengan AKP dari partai lain. Pasalnya penolakan terhadap rencana Erdogan memperluas kekuasaan dengan mencopot pluralisme demokrasi, merebak di semua lapisan masyarakat Turki.
Istana Presiden: Kemewahan dalam Politik
Rusia punya Kremlin, Amerika punya Gedung Putih, dan Perancis punya istana Elysée. Sekarang Turki juga punya istana baru, dan tidak jauh beda dengan lainnya. Terutama: pamer kemewahan.
Foto: picture-alliance/dpa/Kay Nietfeld
Istana Presiden Turki Bermasalah?
Presiden Turki Recep Erdogan mulai tinggal di kediaman barunya, "Istana Putih." Di kompleks raksasa itu terdapat seribu kamar. Di sini juga ada ruang perundingan yang anti sadap dan pusat komando yang tahan bom atom. Tapi kritikus menyebutnya gila kemewahan dan bangunan liar, karena tetap didirikan walaupun kehakiman tidak merestui.
Foto: picture alliance/AA/M.Ali Ozcan
Kemewahan dari Kekayaan Negara
Gedung pemerintah di ibukota Kazakhstan berubah-ubah warnanya di malam hari. Istana presiden dibuat meniru Gedung Putih di Washington. Nursultan Nasarbayev sudah memerintah sejak Kazakhstan masih termasuk Uni Soviet. Keluarganya diperkirakan punya kekayaan senilai tujuh milyar Dolar AS. Kazakhstan adalah negara yang kaya bahan mentah.
Foto: picture alliance/dpa
Gila Kemewahan di Turkmenistan
Di istana berkubah emas di kota Ashgabat ini berdiam Presiden Gurbanguly Berdimuhamedow. Ia dulunya dokter gigi almarhum presiden Saparmurat Nyyazow, yang menyebut dirinya sebagai pendiri Turkmenistan dan tidak mentolerir kritikus. Ketika ia meningal 2006, Berdimuhamedow jadi penerusnya. Sekarang Berdimuhamedow membentuk pemujaan bagi dirinya sendiri.
Foto: picture alliance/dpa
Tempat Tinggal Feodal Dekat Kiev
Tempat tinggal mewah di Mezhgorye dekat ibukota Ukraina, Kiev didirikan Februari 2014 oleh Viktor Yanukovich ketika masih jadi presiden. Setelah ia melarikan diri, aktivis mempublikasikan di internet dokumen yang tampaknya dibuang ke danau dekat vilanya. Menurut dokumen, Yanukovich perintahkan pembelian lampu kristal seharga 123 milyar Rupiah usai terpilih sebagai presiden tahun 2010.
Foto: AFP/Getty Images/Genya Savilov
Kemewahan Tanpa Batas
Beginilah rupa kediaman bekan presiden Yanukovich: banyak emas, kemewahan dan hiasan. Ia dituduh melakukan korupsi dan nepotisme. Kabarnya ia berhasil melarikan ratusan juta Euro. Dua putranya, Viktor dan Alexander juga berhasil kaya di kalangan industri papan atas berkat pengaruh ayahnya.
Foto: AFP/Getty Images/Yuriy Dyachyshyn
Kegilaan Besar
Bangunan ini berdiri di ibukota Rumania Bukares. Ini bangunan kedua terbesar di dunia setelah Pentagon. Tingginya 84 meter, luasnya 265.000 meter persegi dan punya lebih dari 3.000 kamar. Idenya diperoleh Nicolae Ceausescu 1984 setelah berkunjung ke Korea Utara. Biaya dulu mencapai milyaran Dolar. Untuk mendirikannya sebagian kota diratakan dengan tanah. Dan Diktator Ceausescu? Dihukum mati 1989.
Foto: tony4urban/Fotolia.com
Kemewahan Monarki di Paris
Tempat memerintah di dekat sungai Seine sangat mewah. Ini meja tulis Presiden Perancis. Pusat kekuasaan di Paris tampak seperti museum. Istana Elysée dipenuhi karya seni bersejarah dan mebel. Dinding beton hanya ada di ruang bawah tanah, di mana terdapat pintu-pintu baja yang melindungi pusat komando senjata nuklir Perancis.
Foto: picture-alliance/dpa/Giancarlo Gorassini
Kemewahan di Persia
Kompleks bangunan Saadabad di Teheran timur laut mencakup 18 istana. Di tahun 1920-an, Reza Shah Pahlavi beberapa kali memerintahkan perluasan kompleks dan menggunakannya untuk kediaman dan tempat pemerintahan. Istana Hijau, salah satu bangunan di kompleks itu, jadi tempat tingal musim panas Shah Iran yang terakhir bersama istrinya Soraya.
Foto: picture-alliance/dpa/Orand-Viala
Istana Megah di Doha
Di istana ini berdiam Sheikh Hamad bin Khalifa al-Tsani. Ia membuka Qatar ke dunia Barat dan mendirikan media Al Jasira 1996. Dulu Qatar mendapat nama baik karena politik luar negeri yang ambisius. Sekarang Emirat tersebut terisolasi, antara lain karena mendukung Ikhwanul Muslimin. Selain itu Qatar diduga membiayai aktivitas kelompok teroris.
Foto: picture-alliance/dpa/Rainer Jensen
Istana Accra
Dalam istana mewah ini, tingal presiden Ghana. Memang Ghana jadi teladan Afrika dalam hal stabilitas dan kemajuan ekonomi. Negara itu mendapat pemasukan besar dari ekspor kakao dan emas. Tetapi hampir separuh dari 23 juta warga Ghana masih hidup dalam kemiskinan, yang terutama disebabkan korupsi pemerintahan lalu.
Foto: picture-alliance/dpa/UPPA/Photoshot
Seni Yang Mengagumkan
Di banyak pusat pemerintahan di dunia bisa ditemukan banyak karya seni mengagumkan. Di istana presiden di Meksiko City, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier sedang mengagumi sebuah lukisan besar.
Foto: picture-alliance/dpa/Bernd von Jutrczenka
Istana Yang Dekat dengan Rakyat
Tempat tinggal resmi presiden Jerman adalah Istana Bellevue di Berlin. Gedung berwarna putih bergaya neoklasik tersebut berdiri di tepi sungai Spree. Kompleks istana yang terdiri dari dua tingkat itu didirikan 1786 sebagai tempat kediaman Pangeran August Ferdinand von Preußen. Sekarang setiap musim panas diadakan pesta bagi rakyat, yang selalu ramai pengunjung.
Foto: picture-alliance/dpa/Kay Nietfeld
12 foto1 | 12
HDP harus membuktikan, sesuai namanya mereka menjadi partai pro-demokrasi bagi seluruh rakyat Turki. Dan bukan hanya sekedar sayap politik dari organisasi militan Kurdi-PKK yang bertanggung jawab untuk tewasnya 40.000 warga dalam konflik melawan pemerintah Turki sejak 1984. Jika HDP berusaha lewat taktik politik untuk membebaskan ketua PKK Abdullah Öcalan yang sudah ditahan selama 16 tahun, dampaknya akan fatal jika digelar pemilu baru. Partai ini dipastikan akan kehilangan dukungan pemiliih.
Erdogan dan Partai AKP sekarang harus menelan pil pahit. Tapi kesombongan tiga partai yang sebelumnya duduk di bangku oposisi dan kini unggul, juga bisa berbahaya. Sebab mereka pada hakikatnya adalah "penikmat" dari kegagalan arogansi politik Erdogan dan AKP, yang untuk sementara harus menerima nasib sebagai pecundang.