Turki Jatuhkan Hukuman Seumur Hidup atas Upaya Kudeta 2016
26 November 2020
Fethullah Gulen, seorang pengkhotbah Muslim yang berbasis di AS telah dituduh memerintahkan kudeta gagal tersebut. Gerakan yang ia pimpin telah dilarang karena dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh Ankara.
Iklan
Pengadilan Turki pada Kamis (26/11) menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada sekitar 500 terdakwa atas upaya kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan pada 2016 lalu. Demikian dilaporkan oleh Anadolu Agency, media yang dikelola oleh negara.
Fethullah Gulen, seorang pengkhotbah Muslim yang tinggal di AS yang juga pernah menjadi sekutu Erdogan, telah dituduh memerintahkan kudeta gagal tersebut. Gerakan yang ia pimpin telah dilarang karena dinilai sebagai kelompok teroris oleh Ankara. Meski begitu, Fethullah Gulen dengan tegas menyangkal semua tuduhan.
Secara total, sebanyak 251 orang tewas dengan lebih dari 2.000 lainnya terluka dalam insiden yang telah berubah menjadi momen paling menentukan bagi pemerintahan Erdogan dan perkembangan politik di Turki masa kini.
Materi persidangan yang digelar pada Kamis (26/11) itu banyak membahas peristiwa yang terjadi di pangkalan Angkatan Udara Akinci dekat Ankara.
Jenderal Hulusi Akar yang pada waktu itu menjabat Kepala Staf Militer Turki (sekarang menjabat menteri pertahanan), bersama dengan komandan militer tinggi lainnya disandera selama satu malam sebelum akhirnya diselamatkan pada pagi hari tanggal 16 Juli 2016.
Persidangan terhadap 475 pilot pangkalan udara yang diduga terlibat bersama tersangka lain yang terkait dengan pangkalan itu sudah dimulai pada Agustus 2017. Persidangan digelar di ruang sidang terbesar Turki yang berada di dalam kompleks penjara di Sincan, provinsi Ankara.
Mereka dituduh melakukan kejahatan termasuk di antaranya pembunuhan, mencoba melanggar perintah konstitusional dan mencoba membunuh Erdogan. Vonis bersalah akan berujung pada hukuman penjara seumur hidup.
Jaksa penuntut umum menuduh mereka merancang dan melancarkan kudeta dari pangkalan. Para pejabat Turki yakin bahwa dari lokasi pangkalan itulah para pilot diberi perintah mengebom gedung-gedung negara menggunakan pesawat jet.
Hasilnya, gedung parlemen dihantam tiga kali oleh jet tempur F-16, begitu pula dengan jalan di dekat istana presiden serta markas pasukan khusus dan polisi Ankara.
Pada waktu kejadian, Erdogan dilaporkan sedang berlibur di Turki selatan.
Bom-bom yang dijatuhkan kemudian menewaskan 68 orang di ibu kota dan melukai lebih dari 200 orang. Sembilan warga sipil juga dilaporkan tewas dalam upayanya menghentikan komplotan di pintu masuk pangkalan.
gtp/hp (AFP, Reuters, Anadolu)
Turki: Antara Kudeta Gagal dan Aksi Dukung Erdogan
Setahun setelah percobaan kudeta yang gagal di Turki, Presiden Erdogan dan pendukungnya gelar rapat akbar di Ankara demonstrasikan persatuan. Tapi tidak semua warga Turki mendukung acara tersebut.
Foto: DW/D. Cupolo
Kudeta Gagal dan Demonstrasi Kekuasaan
Kudeta gagal di Turki tahun 2016 sebabkan 250 orang tewas. Acara peringatan setahun sukses tumpas kudeta di Ankara dan Istanbul jadi demonstrasi bagi haluan masa depan negara Turki. Para pendukung presiden Erdogan berkumpul mendengarkan pidato di depan gedung Parlemen.
Foto: DW/D. Cupolo
Berbeda Pandangan
Banyak warga yang terlibat langsung melawan kudeta, untuk mendukung pemerintah yang terpilih secara demokratis, juga hadir dalam rapat akbar itu. Tapi tidak semuanya mendukung demokrasi. Seperti grup "serigala abu-abu" nama julukan partai gerakan nasionlistis ini, demonstrasikan salam partai ekstrim kanan Turki.
Foto: DW/D. Cupolo
Rela Mati demi Erdogan
Sureyya Kalayci (ki) dan putranya Sohn Ahmet (ka), menjadi aktivis yang memblokir jalanan di Ankara untuk menghentikan upaya kudeta militer setahun lalu. Saat peringatan setahun suskes tumpas kudeta, Kalayci memakai baju yang ia tulisi sendiri nyatakan kesetiaan pada Erdogan. "Cukup telefon saya, dan perintakan saya untuk mati, sayapun siap mati"
Foto: DW/Diego Cupolo
Pengawas Demokrasi
Plakat di sebuah gedung di Ankara ini bertuliskan: Kami terus memonitor demokrasi". Inilah dukungan bagi "demokrasi" pasca percobaan kudeta setahun silam. Sebagian penduklung Erdogan meyakini, bahwa pendukung imam Fetullah Gülen masih ada di dalam institusi pemerintahan, dan terus menyiapkan kudeta berikutnya.
Foto: DW/D. Cupolo
Percaya Kekuatan Nasional
Seorang demonstran mengatakan tertembak kakinya saat usaha kudeta yang gagal, dan menggeletak setahun di rumah sakit. Kini dia hadir dalam rapat akbar di Ankara, dan menyatakan siap membela negara. Ia menyebutkan, pengkhianat berusaha mempengaruhi militer lakukan kudeta. Tapi efeknya negara kini semakin kuat.
Foto: DW/D. Cupolo
Dukung Aksi Pembersihan
Demonstran yang membawa anak ini memakai ikat kepala bertuliskan "syuhada tak pernah mati. Tanah air tidak bisa dibagi". Banyak demonstran mendukung aksi pembersihan terhadap kelomopk anti Erdogan. Sejauh ini lebih 150.000 pegawai negeri dipecat dan lebih 50.000 orang ditahan di penjara. Demonstran ini menyebutkan, warga yang tidak bersalah tidak perlu takut.
Foto: DW/D. Cupolo
Demo Tandingan Pengritik Status Quo
Para pengritik situasi darurat dan represi terhadap tersangka lawan politik pemerintah gelar demo tandingan. Peserta aksi menentang kewenangan besar bagi tentara untuk melakukan tindakan apapun. Jika ada referendum, para penentang status quo akan memilih menolak dituasi darurat.
Foto: DW/D. Cupolo
Banyak Hak Sipil Dilenyapkan
Aktivis hak asasi manusia Seyma Urper menegaskan, banyak yang tidak ingin mendukung rapat akgar pendukung Erdogan. Pasca usaha kudeta, banyak pegawai negeri dipecat, dan walikota di Sirnak diganti oleh politisi pro AKP. Rakyat kehilangan banyak hak sipil. Banyak yang makin sulit menjalankan profesinya.
Foto: DW/D. Cupolo
Rindukan Kejayaan Usmaniyah
Dampak dari represi, menyebabkan Erdogan dipandang banyak pendukungnya sebagai penguasa tunggal di Turki. Ia dianggap sebagai tokoh yang bisa mengembalikan kejayaan Turki seperti di masa kekaisaran Usmaniyah yang runtuh 100 tahun lalu. Hal ini terlihat dari banner yang dibawa dengan tulisan :"Kami cucu Usmaniyah. Recep Tayyip Erdogan."
Foto: DW/D. Cupolo
Semua Mengharap Erdogan Terpilih Kembali?
Demostran pendukung Erdogan mengusung bendera bertuliskan. "Tetap kuat, rakyat mendukungmu". Tapi banyak yang diam-diam mengharapkan hal sebaliknya. Seorang sopir taksi mengatakan, jika Erdogan terpilih kembali 2019, Turki akan jadi ngara Syariah. Bagi pria ini bukan masalah, tapi bagi perempuan akan jadi masalah berat. Penulis:Diego Cupolo (as/ap)