Pengerahan pasukan ini bertujuan untuk "mendukung keteguhan rakyat dalam menghadapi agresi yang telah diluncurkan rezim Turki di kawasan ini," kata kantor berita Suriah, SANA. Televisi Suriah juga memberitakan bahwa pasukan pro pemerintah segera akan dikirim ke Afrin, tanpa memberikan rincian.
Pengerahan pasukan Suriah ke Afrin meningkatkan kemungkinan bentrokan langsung antara militer Suriah dan Turki, yang sejak sebulan lalu menyerang daerah-daerah kantong Kurdi di Suriah barat laut.
Turki peringatkan Suriah
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan tidak akan ada "masalah" jika pejuang Suriah dikerahkan untuk "membersihkan" Partai Pekerja Kurdistan PKK dan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi YPG dari Afrin.
Tapi dia menegaskan, jika rezim Suriah membela YPG, yang oleh Turki dianggap sebuah organisasi teroris terkait dengan PKK, maka "tidak ada sesuatupun yang bisa menghentikan kita atau tentara Turki."
"Ini benar untuk Afrin, Manbij dan timur Sungai Efrat," kata Mevlut Cavusoglu, mengacu pada daerah-dareah yang dikuasai gerilyawan Kurdi di sebelah timur Afrin.
Erdogan dan Putin akan 'bekerja sama dalam memerangi terorisme'
Kemungkinan pengerahan pasukan Suriah ke Afrin memicu serangkaian aktivitas diplomatik di belakang layar. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara melalui telepon dengan rekan-rekannya dari Rusia dan Iran, yang selama ini memberi dukungan militer kepada Bashar al Assad. Rusia, Iran dan Turki sedang berupaya mencapai solusi diplomatik dalam konflik di Suriah.
Hari Senin (19/2) seorang pejabat senior Kurdi mengatakan kepada kantor berita Reuters, pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Damaskus soal bantuan militer untuk mempertahankan Afrin dari serangan militer Turki.
Situasi ini mempersulit solusi diplomatik dalam konflik di Suriah, karena persaingan dan aliansi antara pasukan Kurdi, pemerintah Suriah, faksi pemberontak, serta negara-negara asing yang punya kepentingan besar di Suriah seperti Amerika Serikat, Rusia, Iran dan Israel.
Siapa Yang Berperang di Konflik Suriah?
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.