Turki Salahkan PKK Kurdi atas Ledakan Bom di Istanbul
14 November 2022
Wapres Turki menduga ledakan bom di Istanbul pada Minggu (13/11) dilakukan oleh seorang perempuan. Sementara Mendagri Turki mengatakan pelaku yang merencanakan serangan mematikan itu telah ditangkap.
Iklan
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengklaim bahwa kelompok Partai Pekerja Kurdistan (PKK) adalah otak di balik ledakan mematikan pada Minggu (13/11) di Istanbul. Pelaku yang merencanakan serangan menurutnya juga telah ditangkap.
"Menurut temuan kami, organisasi teroris PKK yang bertanggung jawab,” kata Solyu kepada kantor berita negara Anadolu, Senin (14/11).
Sedikitnya enam orang tewas dan 81 lainnya luka-luka akibat pengeboman itu, demikian menurut keterangan dari otoritas Turki.
"Akan salah kalau saya bilang ini mutlak serangan teroris, tapi perkembangan awal dan intelijen awal dari gubernur saya mengatakan bahwa ini tercium seperti aksi terorisme,” katanya dalam sebuah konferensi pers.
Wakil Presiden Turki Fuat Oktay bahkan menduga bahwa ledakan itu adalah "serangan teroris” yang tampaknya dilakukan oleh seorang perempuan.
Etnis Kurdi di Suriah, Antara Harapan dan Ketakutan
Jurnalis foto Karlos Zurutuza mengunjungi wilayah perbatasan utara Suriah setelah invasi Turki. Di sana, ia bertemu sejumlah keluarga yang mengungsi dan para lelaki kesepian yang tetap tinggal di desa-desa.
Foto: Karlos Zurutuza
Dalam pengungsian
Menurut informasi PBB, hampir 200.000 orang telah mengungsi di wilayah itu sejak awal invasi Turki. Menurut laporan, banyak orang Kurdi berusaha mencari tempat berlindung di daerah pemukiman Kurdi di Irak. Namun hanya mereka yang memiliki izin tinggal di Irak lah yang diperbolehkan melintasi perbatasan.
Foto: Karlos Zurutuza
Para lelaki tinggal di desa
Kini banyak desa di timur laut Suriah yang telah ditinggalkan. Perempuan dan anak-anak melarikan diri dari daerah perbatasan ke pedalaman, seperti ke ibu kota provinsi Al-Hasakah. "Tetapi kondisi di Al-Hasakah semakin memburuk karena begitu banyak pengungsi yang datang. Jadi kami putuskan untuk tinggal," ujar Suna, seorang ibu dari tiga anak, kepada DW.
Foto: Karlos Zurutuza
Kehidupan mulai meredup
Bazar yang pernah semarak di kota Amude, Suriah, kini jadi tempat yang suram. Hanya ada beberapa orang yang berkunjung. Sejak awal serangan Turki, banyak pebisnis menutup toko mereka. Saat hari menjelang gelap, suara ledakan granat dari sisi lain perbatasan mulai terdengar. Siapa pun yang memutuskan tinggal di kota, nyaris tidak berani meninggalkan rumah pada sore dan malam hari.
Foto: Karlos Zurutuza
Dia kembali lagi
Patung mantan penguasa Hafiz al-Assad kembali menyapa di jalan masuk kota Kamischli yang merupakan kota paling penting di timur laut Suriah. Hubungan antara pemerintahan Kurdi dan rezim Presiden Bashar al-Assad di wilayah tersebut menegang sejak awal perang saudara di Suriah tahun 2011.
Foto: Karlos Zurutuza
Ketidakpastian masih membayang
Etnis Kurdi di Suriah merasa dikhianati Presiden AS Donald Trump yang telah memerintahkan penarikan pasukan AS. "Kami tahu apa yang dilakukan Trump kepada kami, namun kami masih tidak tahu apa-apa terkait niatan Putin," ujar Massud, seorang pelanggan di salon rambut ini. AS telah meyakinkan Turki bahwa gencatan senjata di utara Suriah adalah langkah yang tepat.
Foto: Karlos Zurutuza
"Saya sebaiknya tidak berkomentar apa-apa"
Bertahun-tahun di bawah tekanan pemerintahan Bashar al-Assad dan ayahnya, banyak orang di kota Derik, Suriah, menolak mengatakan pendapat mereka tentang pengaruh kebangkitan pemerintah Suriah di wilayah tersebut. "Seluruh negeri pada saat itu diawasi oleh intelijen. Ini mungkin akan segera terjadi, jadi tidak ada yang akan berbicara apa pun tentang hal itu," ujar seseorang yang diwawancarai.
Foto: Karlos Zurutuza
Lima peti mati, lima takdir
Di mana-mana di timur laut Suriah, orang-orang harus mengurusi mayat-mayat yang setiap hari menjadi korban serangan. Serangan udara Turki menghantam sasaran militer dan warga sipil. Rumah sakit seperti yang terletak di Derik, tempat para korban terluka dirawat, kini telah dievakuasi untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak.
Foto: Karlos Zurutuza
Ribuan jiwa jadi korban
Etnis Kurdi di Suriah mengklaim telah ada sekitar 11.000 korban dalam perang melawan milisi teroris ISIS. Meski ISIS tidak lagi mengendalikan sebagian besar wilayah ini, korban tewas tetap berjatuhan. Puluhan warga sipil dan ratusan milisi dilaporkan tewas setelah Turki melancarkan serangan di timur laut Suriah.
Foto: Karlos Zurutuza
Ditinggalkan sendiri
Setelah perang saudara di Suriah pecah tahun 2011, etnis Kurdi di Suriah memilih untuk tidak memihak kepada kedua pihak - tidak memihak pemerintah, maupun oposisi. Dengan penarikan pasukan AS, mereka dibiarkan sendirian, tanpa ada dukungan apa pun. (ae/na)
Foto: Karlos Zurutuza
9 foto1 | 9
Ledakan bom guncang Jalan Istiklal
Laporan media Turki mengindikasikan ledakan itu terjadi pada pukul 16:20 waktu setempat. Video yang diunggah secara online memperlihatkan kepanikan warga berlari ketakutan sesaat setelah ledakan terjadi.
Iklan
"Saya berada sekitar 50-55 meter jauhnya, tiba-tiba terdengar suara ledakan. Saya melihat tiga empat orang tergeletak di tanah,” kata saksi mata Cemal Denizci, 57 tahun, kepada kantor berita AFP.
Jalan Istiklal yang melintasi distrik pusat Beyoglu adalah rumah bagi banyak warga asing dan merupakan area yang sering dikunjungi oleh turis.
Ledakan bom bunuh diri juga sempat terjadi di Istiklal pada tahun 2016, menewaskan empat orang dan melukai 39 orang lainnya.
"Kami bersama Turki”
Merespons insiden ini, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyampaikan belasungkawa kepada Erdogan. "Doa saya untuk para korban dan keluarga, dan harapan saya atas pemulihan bagi semua yang terluka,” tulis Steinmeier, Minggu (13/1), menurut pernyataan dari kantornya.
"Di momen yang mengejutkan ini, kami bersama warga Istanbul dan rakyat Turki,” tambahnya.
AS juga sampaikan belasungkawanya kepada Turki dan berjanji akan bahu membahu bersama Turki dalam memerangi terorisme.
"Doa kami bersama mereka yang terluka dan duka cita yang mendalam kami sampaikan bagi mereka yang kehilangan orang-orang tercinta,” kata sebuah pernyataan dari Gedung Putih.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan belasungkawanya melalui Twitter.
"Di saat kita memperingati mereka yang gugur pada 13 November 2015, warga Turki juga diserang tepat di jantung mereka, Istanbul,” kata Macron merujuk pada serangan di teater Bataclan dan tempat lainnya di Paris tujuh tahun lalu.
"Kami turut merasakan sakit yang kalian rasakan. Turut berduka cita. Kami bersama kalian dalam perang melawan terorisme,” tambahnya.