Kepolisian Turki melakukan sweeping besar-besaran dan menjaring puluhan orang terduga anggota kelompok ISIS. Turki masih trauma dengan serangan malam tahun baru 2017 di klub malam di Istanbul yang menewaskan 39 orang.
Iklan
Turki menahan 70 orang yang diduga merupakan anggota kelompok ISIS hasil penyisiran di seluruh negeri, demikian laporan kantor berita lokal, Anadolu.
Sedikitnya 33 orang warga negara asing dari Irak, Suriah, dan Maroko, ditahan di ibu kota Turki, Ankara, dalam operasi gabungan polisi anti-teror serta badan intelijen nasional Turki.
Dalam laporan tersebut dikatakan pihak kepolisian masih mengejar 17 terduga lainnya.
Secara bersamaan, penyisiran juga dilakukan di wilayah tenggara Kota Batman, di mana berhasil menangkap 22 orang terduga anggota ISIS.
Anadolu juga melaporkan sebanyak 400 personil anggota kepolisian dikerahkan dalam aksi penyisiran di Kota Batman. Dari hasil penyisiran ikut diamankan sejumlah senjata, amunisi, serta dokumen-dokumen.
Sementara di lokasi lainnya yakni di Kota Adana dan Kota Kayseri, lima belas orang termasuk di antaranya enam warga negara asing juga telah ditangkap.
Dua hari kemudian, kepolisian Turki menangkap puluhan orang terduga anggota ISIS yang diyakini merencanakan serangan di perayaan Hari Republik Turki yang ke-96.
Khawatir serangan di malam tahun baru
Turki masih dilanda trauma atas serangkaian serangan pada tahun 2015 dan 2016 silam, yang dituding dilakukan oleh militan ISIS dan Kurdi yang menewaskan lebih dari 300 orang. Serangan mencapai puncaknya di sebuah klub malam di Istanbul yang menyebabkan 39 orang tewas. Pihak ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Otoritas Turki telah meningkatkan serangan terhadap militan ISIS dalam beberapa bulan terakhir, berusaha untuk memukul mundur para anggota mereka ke negara asalnya. Sekitar 20 orang terduga anggota militan ISIS ditangkap di Istanbul pekan lalu.
Pemerintah Turki mengatakan akan memulangkan sebagian besar tahanan ke negara asal mereka pada akhir tahun ini.
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.