Pecundang perang harus menanggung ongkosnya. Jerman yang kalah PD II sesuai keputusan Konfrensi Potsdam 70 tahun silam harus rela dibagi dua secara politik dan geografis, tapi tidak perlu membayar pampasan perang.
Iklan
Nasib Jerman yang kalah Perang Dunia II ditetapkan oleh para pemenang perang 70 tahun silam dalam Konfrensi Potsdam yang digelar mulai 17 Juli hingga 2 Agustus 1945. Tiga besar pemenang perang, yakni Amerika Serikat diwakili presiden Harry Truman, Inggris diwakli PM Winston Churchill dan dan Uni Sovyet diwakili presiden Josef Stalin menggelar perundingan meja bundar lebih dua minggu untuk memutuskan tatanan baru politik dan geografi Jerman.
Amerika Serikat dan sekutunya menerapkan prinsip pampasan perang berdasar basis pembagian wilayah. Dalam konferensi samasekali tidak ditentukan tingginya pampasan perang dalam bentuk uang. Sekutu mendapat bagian wilayah barat Jerman, sementara Uni Sovyet memperoleh bagian timur.
Amerika Serikat , Inggris dan Perancis mendapat wilayah yang kemudian menjadi negara Jerman Barat dan melakukan reformasi tatanan politik dan keuangan secara menyeluruh. Ketiga negara ini menyadari, memerlukan Jerman Barat yang kuat sebagai instrumen guna melawan komunisme. Jerman barat punya mata uang baru Deutsche Mark. Negara pecundang perang ini hanya diharuskan membayar ganti rugi kepada para pengungsi dan korban Nazi. Tahun 1953 dalam kesepakatan rekonsilsiasi disepakati Israel mendapat ganti rugi senilai 3 milyar Deutsche Mark. Tapi di sisi lainnya Jerman Barat mendapat bantuan Marshall Plan senilai 1,2 milyar Dollar.
Sebaliknya Uni Sovyet yang menguasai wilayah yang kemudian bernama negara Jerman Timur mengklaim tuntutan pampasan perang dengan menyita lahan milik tuan tanah, membongkar dan memindahkan instalasi industri ke Uni Sovyet serta mengalihfungsikan semua industri jadi badan usaha milik negara. Dampaknya dalam tempo 7 tahun, kapasitas industri negara Jerman Timur turun 30 persen.
Sejarah terus bergulir, hingga pada tahun 1989 perkembangan politik memungkinkan Jerman melakukan reunifikasi. Tidak ada lagi negara Jerman Barat dan Jerman Timur. Kanselir saat itu Helmut Kohl yang dijuluki kanselir reunifikasi, bereaksi cepat dan cerdik mengantisipasi soal pampasan perang. Kohl menyebutkan, dalam Konferensi Potsdam 70 tahun silam, tidak diatur besarnya pampasan perang kepada 62 negara yang terlibat PD II. Dengan itu, tuntutan ganti rugi dari zaman perang, seperti yang diajukan Yunani beru-baru ini bisa ditepis dengan merujuk pasa kesepakatan Potsdam.
D-Day: Maut Menjemput di Normandia
Pendaratan pasukan Sekutu di Normandia merupakan awal darii kehancuran Nazi di Eropa. Pendaratan itu menandai akhir dari Perang Dunia ke-2.
Foto: picture-alliance/dpa
Hari Penentuan
Tanggal 6 Juni 1944 tercatat ke dalam sejarah sebagai D-Day. Tidak jelas bagaimana istilah itu menyelusup ke dalam catatan sejarah. Tapi yang pasti, 6 Juni adalah hari penentuan. Dengan pendaratan besar-besaran tentara sekutu di Normandia, terbentuklah Front kedua melawan Hitler dan Nazi Jerman. D-Day menandai arus balik yang mempercepat keruntuhan Nazi di Eropa.
Foto: Imago
Operasi "Overlord"
Begitulah nama samaran operasi militer di Normandia. Pasukan sekutu juga menciptakan nama fiktif buat menyamarkan lokasi pendaratan di pantai utara Perancis: "Utah", "Omaha", "Gold", "Sword" und "Juno". Sebanyak 14 negara terlibat dalam operasi raksasa tersebut. Selain AS, Inggris, Polandia, Kanada dan Perancis, Yunani, Rep. Ceko dan Australia ikut serta dalam pasukan sekutu
Foto: Imago
Otak Serangan
Komandan militer tentara sekutu di Eropa Utara pada saat itu adalah Jendral Dwight D. Eisenhower. Ia kemudian terpilih sebagai presiden ke-34 Amerika Serikat. Sebelum di Normandia, Eisenhower pernah memimpin pendaratan sekutu di Sicilia dan daratan Italia.
Foto: Imago
Serangan Fajar pada 6.6.1944
Sesaat sebelum digelarnya operasi "Overlord," langit Normandia didera badai dan hujan tak berkesudahan. Ironisnya cuaca buruk memaksa pimpinan tentara sekutu menggeser jadwal invasi menjadi sehari lebih lambat. Barulah ketika fajar meninggi pada 6 Juni 1944, tentara sekutu mengawali operasi pendaratan terbesar dalam sejarah militer.
Foto: public domain
Komando Bunuh Diri
Sekitar 160.000 serdadu mendarat di Normandia pada D-Day. Di lima garis pantai pasukan sekutu menyerbu apa yang dikenal sebagai "Tembok Atlantik," yang dijadikan tempat berlindung oleh serdadu Jerman. Tanpa perlindungan apapun, pasukan sekutu merayap di pantai dengan diberondong oleh senapan mesin milik tentara Jerman.
Foto: AP
Pasukan Terjun Payung
Sejarah mencatat pasukan terjung payung sebagai pahlawan perang. Kenyataannya sedikit yang berhasil selamat dari operasi mematikan itu. Sebelum pendaratan, ratusan serdadu diterjunkan tengah malam ke tengah kawasan musuh buat merebut pos-pos penting. Sebagian tidak cuma mewarnai wajah dengan cat kamuflase, mereka juga memangkas rambut ala Iroquois untuk mengejutkan musuh.
Foto: Imago
Api dari Darat dan Udara
Sebelum pendaratan, pasukan sekutu terlebih dahulu membombardir pantai Normandia. Sementara di daratan, pasukan terjun payung merebut pos-pos penting pasukan Jerman. Lalu sekitar 1000 kapal perang dan lebih dari 4200 kapal pengangkut pasukan mendekat ke pantai utara Perancis. Ribuan pesawat tempur dan tank diturunkan untuk membantu. Hujan bom juga meluluhlantakkan desa-desa di pesisir.
Foto: picture-alliance/akg-images
Raksasa Logistik
Operasi pendaratan di Normandia juga melibatkan pengiriman logistik secara besar-besaran. Untuk itu pasukan sekutu harus membangun dua pelabuhan besar untuk kapal barang. Sebagian besar bagian konstruksi telah dirampungkan di Inggris dan dirakit di pantai Normandia. Pada gambar ini tampak pelabuhan Mulberry di Colleville sesaat setelah invasi Normadia.
Foto: Getty Images
Manuver Tipuan
Operasi "Overlord" antara lain berhasil karena militer Jerman dikejutkan oleh pendaratan di Normandia. Hingga detik-detik terakhir pasukan sekutu aktif menggelar kontra intelijen dan menyebar kabar palsu bahwa operasi pendaratan akan digelar di Calais, yang terletak di timur laut. Selain itu jadwal pendaratan juga berbeda jauh dari yang rencana asli sekutu.
Foto: AP
Pemimpin Nazi di Tengah Liburan
Informasi palsu yang disebarkan tentara sekutu terkait jadwal dan lokasi pendaratan mampu membuat pemimpin Nazi lengah dan mengambil liburan di Paris atau ke Jerman. Termasuk di antaranya Panglima Militer, Generalfeldmarschall Erwin Rommel yang berplesir ke selatan Jerman untuk menemani isterinya yang tengah berulangtahun ke-50. Rommel adalah sosok yang mengarsiteki "Tembok Atlantik" di Normandia.
Foto: Imago
Arogansi Hitler
Pada 6 Juni, Adolf Hitler sedang berlibur di Obersalzberg. Mingguan Jerman, Der Spiegel, melaporkan, baru pada jam 10:00 Hitler mendapat kabar dari Normandia. Tidak seorangpun berani membangunkan sang "Führer." Hitler kemudian dikabarkan berteriak senang: "Kabar ini tidak bisa lebih baik lagi," akhirnya pasukan Inggris berada di tempat, "di mana mereka bisa kita kalahkan!"
Foto: picture-alliance/akg-images
Sebelas Bulan Berdarah
Kendati pendaratan sekutu di Normandia menandai arah balik di Perang Dunia kedua, baru sebelas bulan kemudian Nazi Jerman bisa ditaklukkan. Sebagian besar serdadu yang terlibat dalam pendaratan di Normandia, kemudian dikirim ke Asia Pasifik untuk melanjutkan perang melawan Jepang. Di sana, perang berlanjut hingga September 1945.
Foto: AP
Pahlawan dalam Sejarah
Sekitar 57.000 pasukan sekutu tewas selama operasi "Overlord," selain itu juga tercatat 155.000 luka-luka dan 18.000 hilang atau menjadi desertir. Di lain pihak, Jerman kehilangan 200.000 tentara. Hingga kini pendaratan di Normandia masih diperingati oleh sekutu. Selain kepala negara dan pemerintahan, kelompok veteran dari seluruh negara ikut serta dalam upacara tahunan tersebut.