1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

UE Buka Pasarnya Untuk Libya dan Janjikan Kemudahan Visa

24 Juli 2007

Komisaris untuk urusan luar negeri Uni Eropa Ferrero-Waldner berbicara tentang era baru dalam kemitraan dengan Libya.

Ex-tahanan Lybia tiba di Sofia
Ex-tahanan Lybia tiba di SofiaFoto: picture alliance/dpa

Lima perawat Bulgaria dan seorang dokter asal Palestina tiba di Sofia Selasa kemarin. Di Libya mereka dituduh menyebabkan terinfeksinya lebih dari 400 anak-anak dengan virus AIDS dengan sengaja. Tuduhan itu disangkal pakar kesehatan, namun mereka tetap divonis hukuman penjara seumur hidup. Namun, setelah upaya alot Uni Eropa, keenam tenaga medis tersebut akhirnya dibebaskan juga. Menteri Luar Negeri Bulgaria Iwajlo Kalfin:

„Warga kami kini akhirnya di Bulgaria. Ini adalah berita yang sangat menggembirakan dan dicapai berkat upaya bersama. Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang menolong. Kepada Komisi Eropa, Ny. Ferrero Waldner, negara anggota UE, Ny. Sarkozy yang ikut terlibat pada saat terakhir yang menentukan. Terimakasih untuk mitra kami di Jerman, Inggris dan Belanda. Negara yang banyak membantu tercapainya pembebasan ini. Selamat datang kepada rekan sewarga.“

Memang sebagai imbalan pembebasan keenam tenaga medis itu, Uni Eropa telah menawarkan kemungkinan kerjasama ekonomi dan politik yang meluas denganLibya. Hal ini tercantum dalam kesepakatan yang diumumkan secara resmi di Brussel hari Selasa pagi kemarin. Dokumen kesepakatan yang terdiri dari dua halaman itu ditandatangani oleh Komisaris Luar Negeri Uni Eropa Benita Ferrero-Waldner dan Menteri Negara Libya untuk urusan Eropa, Abdelati el Obeidi. Kesepakatan itu antara lain menyebutkan bahwa Uni Eropa membuka pasarnya selebar mungkin bagi produksi pertanian dan perikanan Libya. Selain itu tercantum, proses untuk mendapatkan visa masuk ke negara Uni Eropa akan dipermudah bagi warga Libya.

Menurut memorandum tersebut, Uni Eropa juga akan memberikan bantuan teknik dalam bidang arkeologi dan pemugaran bangunan-bangunan bersejarah serta memberikan beasiswa untuk mahasiswa Libya. Perluasan kerja sama ini masih harus disetujui oleh para menteri luar negeri UE bulan Oktober mendatang. Yang menjadi target jangka panjang disebutkan kesepakatan dasar dengan negara itu dan dengan demikian „era baru kemitraan dengan Libya“ dimulai. Demikian menurut Ferrero-Waldner sekembalinya dari Tripolis, Libya.

Seperti yang tercantum di memorandum tersebut, Uni Eropa akan mengembangkan rumah sakit Benghasi, menjadi „rumah sakit percontohan“ di wilayah itu. Di rumah sakit itulah kasus infeksi HIV AIDS di Libya muncul. Namun, masih belum dipastikan, dengan sarana apa Uni Eropa akan membantu keluarga dan anak-anak yang terinfeksi virus AIDS. Menurut Ferrero-Waldners, UE menjanjikan bantuan sejumlah 12, 5 juta Euro. Dan Prancis akan melengkapi RS Benghasi dan memberikan bantuan teknik. Ferrero-Wagner selanjutnya mengatakan, dana bantuan keseluruhan sejumlah 400 juta Euro yang diperlukan masih harus dikumpulkan dari sumbangan sukarela negara anggota UE, perusahaan dan berbagai NGO.

Upaya UE dan beberapa negara lainnya memang sangat menentukan bagi penyelesaian positif dari penahan tenaga medis Bulgaria di Libya selama delapan tahun. Bantuan UE itu baru keluar setelah Bulgaria menjadi anggota UE tanggal 1 Januari 2007. Perdana Menteri Bulgaria Sergej Stanishev:

“Menurut pendapat saya, keanggotaan Bulgaria di UE memainkan peranan penting, Kami berhasil mengubah masalah antara Libya dan Bulgaria menjadi masalah hubungan antara Libya dan UE. Keterlibatan Komisi Eropa, Parlemen Eropa, Dewan Eropa dan Dewan UE telah mempercepat proses dan membawa penyelesaian yang baik.”