UE dan Israel Gelar Dialog Tingkat Tinggi Pertama Sejak 2012
4 Oktober 2022
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell memuji Perdana Menteri Israel Yair Lapid atas dukungannya untuk solusi dua negara, tetapi menyebut situasi di wilayah Palestina tetap "mengkhawatirkan".
Iklan
Perwakilan dari Uni Eropa dan Israel mengadakan pembicaraan tingkat tinggi pada hari Senin (03/10) untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Dalam pertemuan di Brussels itu, Uni Eropa menyatakan, akan menekan Israel dalam upaya melanjutkan perdamaian yang terhenti di wilayah Palestina. Dialog ini menjadi yang pertama setelah blok itu mengadakan pertemuan "Dewan Asosiasi" dengan Israel pada 2012.
"Saya berbicara tentang situasi di wilayah Palestina dan proses perdamaian Timur Tengah, yang terhenti," tambahnya.
Borrell menyatakan dukungannya untuk pidato Perdana Menteri Israel Yair Lapid di Majelis Umum PBB, di mana pemimpin Israel itu menyerukan "perjanjian dengan Palestina berdasarkan dua negara untuk dua bangsa."
"Ini juga yang ingin kami dorong," kata Borrell. "Kami ingin dimulainya kembali proses politik yang dapat mengarah pada solusi dua negara dan perdamaian regional yang komprehensif. Kami harus mengeksplorasi bagaimana kami dapat menerapkannya."
Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pidato yang disampaikan di depan Majelis Umum PBB setelah pidato Lapid mengatakan, "kepercayaan kami dalam mencapai perdamaian berdasarkan keadilan dan hukum internasional berkurang, karena kebijakan pendudukan Israel."
Rangkaian Perjanjian dan Prakarsa Damai Israel-Palestina yang Gagal
Selama lebih dari setengah abad, berbagai upaya telah digalang untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina, namun semuanya gagal.
Perjanjian Camp David dan Perdamaian Israel-Mesir, 1978-1979
Perundingan Arab-Israel dimulai pada tahun 1978 di bawah penengahan AS. Bertempat di Camp David, pada 26 Maret 1979, Perjanjian Damai Israel Palestina ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri) dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin (kanan), melalui penengahan Presiden AS Jimmy Carter (tengah).
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Perjanjian Oslo I, 1993
Negosiasi di Norwegia antara Israel dan PLO menghasilkan Perjanjian Oslo I, yang ditandatangani pada September 1993. Perjanjian tersebut menuntut pasukan Israel mundur dari Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan otoritas sementara Palestina akan membentuk pemerintahan otonomi untuk masa transisi lima tahun. Kesepakatan kedua ditandatangani pada tahun 1995.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Pertemuan Puncak Camp David, 2000
Presiden AS Bill Clinton pada tahun 2000 mengundang Perdana Menteri Israel Ehud Barak (kiri) dan Pemimpin PLO Yasser Arafat (kanan) ke Camp David untuk membahas masalah perbatasan, keamanan, permukiman, pengungsi dan status Yerusalem. Meskipun negosiasi menjadi lebih rinci dari sebelumnya, tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Prakarsa Perdamaian Arab dari KTT Beirut, 2002
Negosiasi Camp David diikuti dengan pertemuan di Washington di Kairo dan Taba, Mesir - semuanya tanpa hasil. Setelahnya Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab di Beirut, Maret 2002. Rencana tersebut meminta Israel menarik diri ke perbatasan sebelum 1967. Sebagai imbalannya, negara-negara Arab akan setuju untuk mengakui Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta Jalan Kuartet Timur Tengah, 2003
AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB bekerja sama sebagai Kuartet Timur Tengah untuk mengembangkan peta jalan menuju perdamaian. PM Palestina saat itu, Mahmoud Abbas, menerima teks tersebut, namun mitranya dari Israel, Ariel Sharon, keberatan. Peta jalan itu memuat tentang solusi dua negara Sayangnya, hal itu tidak pernah dilaksanakan. Dalam foto: Yasser Arafat dan pejabat Uni Eropa Lord Levy.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Prakarsa Perdamaian Trump, 2020
Presiden AS Donald Trump memperkenalkan rancangan perdamaian tahun 2020. Tetapi rancangan itu menuntut warga Palestina menerima pemukiman Yahudi di kawasan Tepi Barat yang diduduki Israel. Palestina menolak rencangan tersebut.
Foto: Reuters/M. Salem
Konflik kembali berkobar 2021
Rencana Israel mengusir empat keluarga Palestina dan memberikan rumah mereka di Yerusalem Timur kepada pemukim Yahudi berujung bentrokan dan aksi protes di Yerusalem. Hamas kemudian menembakkan lebih 2.000 roket ke Israel, dibalas dengan serangan udara militer Israel, yang menghancurkan banyak bangunan di Jalur Gaza. (hp/gtp)
Foto: Mahmud Hams/AFP
7 foto1 | 7
Situasi yang "mengkhawatirkan"
Borrell mengataka, laporan PBB tentang situasi di wilayah Palestina "mengkhawatirkan." Menurut laporan itu, jumlah warga Palestina yang terbunuh tahun ini mencapai level tertinggi sejak 2007.
Israel dan Uni Eropa juga berbeda pendapat dalam upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran. Bulan lalu, Lapid pada konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, kembali ke perjanjian nuklir akan menjadi "kesalahan" .
"Ini adalah salah satu masalah yang tentu saja kami tidak setuju," kata Borrell. "Untuk saat ini, negosiasi (kesepakatan nuklir) itu masih terhenti."