1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

UE Sanksi Belarus Atas Insiden Pendaratan Paksa Pesawat

25 Mei 2021

Uni Eropa melarang operator Belarus terbang di wilayah udara blok beranggotakan 27 negara itu. Sanksi diberlakukan karena Belarus melakukan pendaratan paksa pesawat yang diduga untuk menangkap blogger oposisi negara itu.

Pendaratan paksa pesawat Ryanair
Pemerintah Belarus melakukan pendaratan paksa terhadap pesawat Ryanair karena diduga untuk menangkap blogger oposisi negara ituFoto: picture alliance/dpa/ONLINER.BY/AP

Uni Eropa (UE) pada Senin (24/5) sepakat untuk memberikan sanksi terhadap Belarus, setelah Minsk memaksa sebuah pesawat yang terbang di atas wilayah udaranya untuk mendarat guna menangkap jurnalis oposisi Belarusia di dalam pesawat.

Atas insiden itu, para pemimpin UE memutuskan untuk melarang operator maskapai Belarusia terbang di atas wilayah udara blok beranggotakan 27 negara tersebut. Sanksi itu disetujui pada pertemuan puncak di Brussel.

UE meminta otoritas Eropa "untuk mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan untuk melarang penerbangan di wilayah udara UE oleh maskapai Belarus dan mencegah akses ke bandara UE." Mereka juga meminta operator UE untuk menghindari penerbangan di atas wilayah udara Belarusia.

Menyusul pernyataan UE, maskapai penerbangan Belanda KLM mengumumkan akan menghentikan penerbangan di atas wilayah udara Belarus.

Maskapai penerbangan Jerman Lufthansa pada Senin (24/5) mengatakan akan menangguhkan sementara penerbangannya di atas wilayah udara Belarus sampai pemberitahuan lebih lanjut, begitu pun dengan maskapai penerbangan Latvia Air Baltic dan maskapai Skandinavia SAS.

Selain itu, pemerintah Ukraina menghentikan penerbangan antara negaranya dengan Belarus, dan menginstruksikan pesawat Ukraina untuk tidak terbang di atas wilayah udara Belarus. Sama halnya dengan instruksi yang dikeluarkan Inggris.

Mengapa UE memberi sanksi kepada Belarus?

Para pemimpin UE mengecam tindakan penangkapan terhadap Raman Pratasevich berusia 26 tahun, yang merupakan seorang oposisi dan blogger Belarus yang ditahan di Minsk setelah pihak berwenang negara itu secara paksa mencegat penerbangannya. Awalnya, blogger yang diasingkan itu bepergian dari Athena ke Vilnius. Namun, militer Belarus mencegat pesawat itu dengan jet tempur saat pesawat Ryanair yang ditumpanginya berada di wilayah udara Belarus. 

Raman Protasevich, blogger oposisi Belarus yang ditangkap setelah pesawat yang ditumpanginya dicegat secara paksaFoto: Michal Fludra/NurPhoto/picture alliance

Pada Senin (24/5), blok UE menyerukan pembebasan Pratasevich dan pacarnya Sofia Sapega, yang juga ditahan oleh pejabat Belarus.

UE mendesak Organisasi Penerbangan Sipil Internasional untuk menyelidiki insiden tersebut. Beberapa pemimpin Eropa menggolongkan peristiwa itu sebagai "pembajakan" pesawat penumpang yang disponsori negara.

Apa kata pihak berwenang Belarus tentang insiden itu?

Otoritas Belarus mengklaim pesawat itu berisiko akibat ancaman bom dari organisasi teroris Palestina, Hamas.

Namun, juru bicara Hamas Farzi Barhoum menolak klaim tersebut, dan mengatakan kelompok itu tidak mengeluarkan ancaman apa pun terhadap pesawat tersebut.

Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut laporan pemerintah Belarus tentang insiden itu sebagai sesuatu yang "sama sekali tidak masuk akal."

Belarus juga mengklaim negara-negara Barat membuat "tuduhan tidak berdasar" tentang insiden tersebut karena alasan politik. Rusia, sekutu Belarus, membela tindakan Minsk. 

Apa yang dikatakan AS?

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyambut baik berita tentang sanksi UE dan mengatakan pemerintahannya sedang mencari "tindakan yang tepat dan dalam koordinasi yang erat dengan Uni Eropa, untuk meminta pertanggungjawaban dari pihak yang harus bertanggung jawab."

Dalam sebuah pernyataan, Biden menggambarkan pengalihan penerbangan Ryanair sebagai tindakan yang "keterlaluan" dan "memalukan."

"Saya sependapat dengan banyaknya seruan penyelidikan internasional untuk memastikan fakta lengkap kasus tersebut," kata Biden.

pkp/hp (AFP, dpa)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait