Pada Kamis (20/05), Uni Eropa mencapai kesepakatan soal sertifikat COVID-19 yang dirancang untuk membuka akses pariwisata di 27 negara. Belasan negara Uni Eropa akan menguji sistem sebelum diluncurkan pada 1 Juli 2021.
Iklan
Anggota parlemen Eropa dan Presiden Uni Eropa saat ini, Portugal, telah mencapai kesepakatan mengenai sertifikat COVID-19 pada Kamis (20/05) sore waktu setempat. "Kami tidak akan mengulangi mimpi buruk musim panas 2020," kata Juan Fernando Lopez Aguilar, anggota parlemen Spanyol.
Perjanjian antara kedua lembaga tersebut harus memungkinkan Parlemen Eropa untuk mengesahkan undang-undang dalam waktu sepekan mulai 7 Juni 2021.
Anggota parlemen ingin negara-negara Uni Eropa berkomitmen melakukan pengujian gratis untuk pemenuhan syarat sertifikat dan memastikan tidak ada negara yang harus menetapkan persyaratan karantina tambahan.
"Ini terutama bermanfaat bagi orang-orang yang melintasi perbatasan setiap hari, bekerja atau sekolah, mengunjungi kerabat dekat, mencari perawatan medis, atau merawat orang yang dicintai," kata parlemen.
Komisi Eropa, yang juga berpartisipasi dalam negosiasi, akan menyediakan dana dukungan darurat sebesar $ 120 juta (Rp 1,7 triliun). "Masih ada pekerjaan yang tersisa," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Hidup di Era Pandemi COVID-19
Lebih dari setahun yang lalu, virus corona mulai menyebar ke seluruh dunia dan telah menginfeksi lebih dari 100 juta orang. Wabah ini mengubah hidup kita.
Foto: Flaming Lips/Warner Music/REUTERS
Jaga jarak fisik
Singapura telah mencatat tingkat infeksi virus corona terendah sejak Oktober 2020. Para pengamat memuji negara itu karena memantau warganya secara ketat, salah satunya dengan menggunakan aplikasi pelacakan. Menurunnya infeksi membuat pemerintah mengizinkan penduduk setempat mengunjungi bioskop di area terbuka - asalkan menjaga jarak secara fisik.
Foto: Edgar Su/REUTERS
Kecemasan tersebar luas di Afrika Selatan
Afrika Selatan adalah negara di Afrika yang paling parah terdampak pandemi COVID-19. Pasien di rumah sakit dekat Cape Town ini adalah satu dari 1,4 juta warga yang telah terinfeksi virus corona. Varian baru yang dikenal sebagai B.1.351 atau 501Y.V2, meningkatkan kecemasan warga. Sama seperti varian Inggris, mutasi Afrika Selatan ini dianggap sangat menular.
Foto: Rodger Bosch/AFP/Getty Images
Jaga jarak sosial sambil menikmati matahari
Dengan suhu musim panas yang membumbung tinggi, banyak orang Australia menikmati berenang di laut. Tanda-tanda peringatan telah dipasang untuk mengingatkan pengunjung menjaga jarak sambil menikmati matahari, demi mencegah lonjakan infeksi baru. Jumlah kasus di Australia turun drastis sejak September lalu.
Foto: Bai Xuefei/Xinhua/imago images
Duka yang ditinggalkan
Kelvia Andrea Goncalves menangis di makam ibunya di kota Manaus, Brasil. Andrea dos Reis Brasao meninggal pada usia 39 tahun akibat COVID-19. Banyak orang menyalahkan Presiden Jair Bolsonaro atas situasi suram negara itu. Lebih dari 221.000 warga Brasil telah meninggal akibat virus corona.
Foto: Bruno Kelly/REUTERS
Lebih baik aman daripada menyesal?
Di Hong Kong, pihak berwenang telah menutup seluruh wilayah tanpa peringatan sebelumnya, sebagai respon atas peningkatan infeksi yang tiba-tiba. Sama seperti di Cina, kota itu telah memberlakukan tindakan tegas untuk mencegah penyebaran wabah. Kebijakan tersebut berhasil membuat tingkat infeksi sangat rendah.
Foto: Tyrone Siu/REUTERS
Aman di dalam 'gelembung'
Band rock asal AS, The Flaming Lips menemukan cara untuk menggelar konser dengan tetap memperhatikan jaga jarak fisik. Belum lama ini saat mereka konser di Oklahoma, penonton diminta untuk masuk ke dalam bola plastik besar. Dengan cara ini, mereka dapat menari menikmati musik dengan aman. Bahkan penonton juga bisa mengangkat tubuh Wayne Coyne saat dia terjun dari panggung.
Foto: Flaming Lips/Warner Music/REUTERS
Gereja jadi pusat vaksinasi
Banyaknya gereja yang tutup, kini dimanfaatkan sebagai pusat vaksinasi darurat seperti di Katedral Lichfield, dekat Birmingham, Inggris. Tidak seperti negara anggota Uni Eropa yang saat ini menghadapi kekurangan vaksin COVID-19, Inggris telah menerima pasokan dosis yang stabil.
Foto: Carl Recine/REUTERS
Banyak orang berharap pandemi segera berakhir
Amy Ezzat menyiapkan kue berbentuk dosis vaksin untuk dibagikan kepada pasien COVID-19 di sebuah rumah sakit di Kairo. Mesir telah berjuang melaksanakan kampanye inokulasi di seluruh negeri. Penulis: Ines Eisele (ha/pkp)
Foto: Hanaa Habib/REUTERS
8 foto1 | 8
Hanya perlu menunjukkan kode QR
Dikenal dengan sebutan "sertifikat hijau" oleh Komisi Eropa, sertifikat gratis ini akan berbentuk kode QR di ponsel pintar atau dicetak di atas kertas, sehingga memungkinkan pihak berwenang menentukan status pengunjung berdasarkan catatan di negara asal mereka.
Sertifikat akan menunjukkan keterangan pengunjung telah menerima vaksin resmi dan bukti hasil tes negatif. Semua vaksin yang disahkan oleh European Medicines Agency (EMA) saat ini adalah yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson, akan dikenali secara otomatis.
"Ini merupakan langkah penting untuk memulai kembali gerakan bebas Uni Eropa seaman mungkin, sambil memberikan kejelasan dan kepastian bagi warga negara kami," kata Komisaris Kesehatan Uni Eropa Stella Kyriakides.
Belasan negara Uni Eropa, termasuk Prancis dan Spanyol akan menguji sistem sebelum diluncurkan pada 1 Juli 2021. Skema ini juga mencakup anggota non-UE dari zona Schengen bebas perbatasan, seperti Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss.