Artefak kerang berusia setengah juta tahun lampau, menunjukkan manusia purba zaman itu memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Benda ini berasal dari Indonesia.
Iklan
Sebuah rahasia kehidupan terungkap. Para ilmuan menemukan, manusia purba, khususnya dari spesies homo erectus, ternyata sudah memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada dugaan sebelumnya.
Hal itu terlihat dari temuan artefak goresan-goresan zigzag diatas permukaan kerang air tawar. Goresan diatas kerang tersebut diyakini dibuat setengah juta tahun lampau.
Dalam sebuah riset yang dipubikasikan jurnal Nature, para ilmuan menggambarkan kerangka dan artefak kerang-kerang kuno dengan goresan-goresan zigzag yang ditemukan di desa Trinil, Jawa Timur, Indonesia, sebagai harta karun para manusia homo erectus, yang juga dikenal dengan sebutan "manusia jawa" (Java man).
Teka-teki Terowongan Bawah Tanah Purbakala di Eropa
Di bawah tanah Jerman, Austria, Hungaria hingga Spayol, terdapat ribuan terowongan panjang dan sempit. Mengapa orang Eropa kuno membangun terowongan ini tetap menjadi teka-teki hingga kini.
Erdstall adalah terowongan yang ditemukan di hampir seluruh Eropa. Asal muasalnya tidak diketahui, tetapi diyakini sudah ada sejak Abad Pertengahan. Berbagai teori dikemukakan ilmuwan sehubungan gua ini: termasuk bahwa mereka digunakan sebagai rute pelarian atau tempat bersembunyi, tapi teori yang paling menonjol adalah bahwa gua ini dipergunakan untuk tujuan keagamaan atau spiritual.
Terowongan ini jumlahnya mencapai ribuan. Setidaknya di Bayern saja ada 700 alur terowongan, di Austria sekitar 500 terowongan. Legenda menyebutkan, terowongan sempit ini diangun oleh elf dan didiami oleh gnome. Terowongan kemudian menjadi ranah sejarawan lokal. Mereka berspekulasi bahwa gua digunakan sebagai "tempat dingin oleh suku-suku Teutonik" atau persembunyian dari binatang buas.
Terowongan erdstall sangat rendah dan sempit - tingginya 1 sampai 1,4 meter dan lebar maksimum sekitar 60 cm. Sempitnya terowongan dan dengan langit-langit rendah ini membuatnya dikenal pula dengan sebutan "Schlupf" yang artinya: menyelinap keluar. Orang harus merangkak untuk menjelajah ke terowongan yang lebih tinggi.
Bukti arkeologi begitu sedikit yang dapat ditemukan. Bahkan penentuan umur terowongan inipun amat sulit. Ada beberapa terowongan berbentuk melingkar, sebagian besar terowongan yang melingkar ini tidak akan melebihi 50 meter.Sebagian besar terowongan telah runtuh, pintu masuk juga tersumbat. Terkadang bisa ditemukan relief misterius di gua-gua,
Banyak lorongnya terhubung ke situs bekas permukiman. Pintu masuk terowongan kadang-kadang terletak di dapur rumah-rumah pertanian tua, dekat gereja dan kuburan atau di tengah-tengah hutan.
Data dari penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa terowongan di Bayern terbentuk sekitar 1.500 tahun silam, namun, ada beberapa diantaranya terbentuk lebih awal pada abad pertengahan. Merujuk pada penelitian ahli prasejarah Jerman Heinrich Kusch dalam bukunya, terowongan itu dibangun 5000 tahun yang lalu. Tidak 12.000 tahun lalu, seperti yang dipikirkan semula
Arkeolog juga telah terkejut menemukan bahwa terowongan itu hampir benar-benar kosong. Pelopor eksplorasi Erdstall, Lambert Karner (1841-1909), adalah seorang imam. Menurut catatan, dia merangkak menyusuri 400 lorong hanya diterangi kerlip lilin.
Kini penelitian lebih serius diterapkan. Peneliti profesional seperti Dieter Ahlborn bersama para pakar mengembangkan peneilitain lebih jauh atas keberadaan terowongan bawah tanah misterius ini. (Ed:Purwaningsih/Nugraha)
Yang cukup menarik dari temuan tersebut, salah satu cangkang kerang ada yang dibuat menjadi sebuah alat pemotong dengan permukaan halus dan dipoles. Ada pula kerang dengan pola zigzag, yang diduga di ukir dengan gigi ikan hiu. Para ilmuan menyebut goresan tersebut menjadi cikal-bakal munculnya ukiran geometris.
Josephine Joordens, Ahli Biologi dari Leiden University di Belanda, mengatakan artefak serupa sebelumnya memang pernah ditemukan, usianya diperkirakan sekitar 110 ribu tahun dan 100 ribu tahun. Artefak-artefak itu ditemukan di wilayah Afrika Selatan dan dibuat oleh homo sapiens atau jauh setelah spesies homo erectus menghilang.
Lukisan Gua Sulawesi – Menulis Kembali Sejarah
Sebuah riset mengungkapkan, lukisan gua pra-sejarah di Indonesia seumur dengan seni paling kuno di Eropa. Gambar yang ada disejumlah gua di Pulau Sulawesi memperlihatkan manusia sudah menggambar sejak 40 ribu tahun.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Lukisan Gua
Lukisan-lukisan kuno ditemukan di tujuh gua di Sulawesi Tengah, Indonesia. Foto-foto ini diambil dari pintu masuk gua, dimana ditemukan pula seni pahat batu yang usianya sudah sangat lawas.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Babirusa
Gambar-gambar pra-sejarah yang setidaknya sudah berumur 40 ribu tahun, menggambarkan hewan dan tangan manusia. Foto yang diambil dari gua Leang Pettakere, memperlihatkan tulisan – tulisan tangan dan gambar dua babirusa, hewan khas Sulawesi serta pulau-pulau lain di Indonesia.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Waktu Pembuatan Berbeda
Di gua Leang Pettakere, kita bisa melihat generasi yang berbeda dari lukisan-lukisan yang ada di dalam gua. Pada lukisan babirusa, bagian belakangnya kemungkinan dibuat lebih dulu oleh generasi sebelumnya, yang kemudian disempurnakan oleh generasi berikutnya. Keberadaan batu-batu seni itu pertama kali dilaporkan arkeolog asal Belanda, Heeren-Palm, pada 1950-an.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Mirip dengan Eropa
Sejumlah peneliti menemukan lukisan gua di Sulawesi, seumuran dengan lukisan batu paling kuno di Eropa, yang dianggap sebagai kelahiran seni. Lukisan-lukisan tersebut memiliki kesamaan dengan lukisan di dalam gua El Castillo, Spanyol, yang umurnya sekitar 37 ribu tahun. Sejumlah lukisan di gua El Castillo, ditasbihkan sebagai lukisan gua tertua di Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/Rodrigo De Balbin Behrmann
Seberapa Tua?
Karya seni purbakala di Sulawesi pertama kali dilaporkan ke arkeolog Belanda pada 1950-an. Namun selama bertahun-tahun, para arkeolog mengira itu peninggalan zaman pra-Neolitikum, yang periodenya sekitar 10 ribu tahun lalu. Pada 2011 saat arkeolog dari Indonesia dan Australia memulai penggalian gua Leang Burung 2 di Maros, baru diketahui umur sebenarnya dari lukisan-lukisan itu.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Pemandangan Alam
Keindahan pemandangan di kawasan Maros, dituangkan dalam lukisan-lukisan dalam gua. Lukisan tersebut menggambarkan keindahan sungai yang diukir dengan batu kapur dan lahan-lahan pertanian di sejumlah bukit.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Harus Dilindungi
Ada banyak lukisan-lukisan gua yang sangat indah, tetapi tidak sedikit pula yang sudah hancur karena erosi dan ancaman tangan-tangan jahat. Untunglah, guna perlindungan lebih lanjut, pemerintah Indonesia berencana memasukan lukisan-lukisan gua tersebut ke daftar resmi Warisan Budaya dan World Heritage List milik UNESCO.
Foto: Anthony Dosseto 2013
7 foto1 | 7
Membuat Sejarah Baru
“Semua temuan ini, mengubah cara pandang kita tentang tingkat kompleksitas karakteristik budaya dan menginformasikan bahwa alat-alat bantu dengan teknik-teknik pembuatan sudah digunakan kala itu,” kata Joordens.
Sedangkan untuk temuan artefak di desa Trinil, diproyeksi oleh para ilmuan berusia sekitar 400 ribu hingga 500 ribu tahun. Arkeolog Wil Roebroeks dari Leiden University mengatakan, makna dan fungsi goresan-goresan zigzag tersebut sayangnya masih belum diketahui maknanya.
“Sebagian besar goretan-goretan zigzag itu digores oleh sebuah alat yang ujungnya runcing, kemungkinan yang mengukirnya pun orang yang sama. Itu semua bisa dilihat dari polanya, goresan diukir dengan sangat hati-hati dan teliti, terlihat dari sudut-sudutnya yang bersih dan garis-garis lurus yang sama panjangnya,“ kata Francesco d'Errico, Arkeolog dari University of Bordeaux, Perancis.
Praktik Kanibalisme Manusia Purba Neanderthal
Penemuan tulang belulang di Gua Guyet, Belgia memperkuat bukti terjadinya praktik kanibalisme oleh manusia purba Neanderthal di Eropa.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Tak hanya kuda dan rusa
Manusia purba Neanderthal dikenal sebagai penyantap daging kuda dan rusa. Tapi jauh di pelosok gua Goyet di Belgia, ilmuwan menemukan bukti yang menunjukkan kerabat evolusi terdekat manusia modern itu juga memakan spesiesnya sendiri.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Tulang dan gigi
Peneliti Christian Casseyas menunjukkan penemuan 96 tulang dan tiga gigi di gua Goyet yang memberi perspektif baru mengenai sub speises manusia berbeda yang ditengarai hidup 600 ribu hingga 300 ribu tahun lalu tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Punah 40 ribu tahun lalu
Neanderthal diduga punah sekitar 40.000 tahun lalu. Manusia gua ini kalah bersaing dengan Homo sapiens. Meski demikian, Neanderthal juga dikenal sebagai spesies yang cerdas dan telah mengenal cara-cara mengurus jenazah dan ritual penguburan. Tapi ada semakin banyak bukti bahwa mereka juga memakan jenazah sesama.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Finlayson
Pionir penelitian
Edouard Dupont, salah satu bapak paleontologi yang meninggal dunia pada tahun 1911, membuat koleksi tulang dan alat-alat dari beberapa gua yang diteliti, termasuk dari situs penelitian Gua Goyet yang ditemukan pada tahun 1867. Koleksi temuan ini disimpan lebih dari seratus tahun di Brussels Institute of Natural Sciences.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Kalker
Memperluas studi
Baru pada tahun 2004, direktur institut tersebut, Patrick Semal dan para ilmuwan lainnya memilah-milah lagi fragmen yang dikumpulkan Dupont dari Gua Goyet. Tim ilmuwan meyakini bahwa tulang tersebut bukan berasal dari hewan purba melainkan milik Neanderthal
Foto: picture-alliance/dpa
Bukti kanibalisme
Antropolog Helene Rougier dari California State University, Northridge dan rekan-rekannya yang meneliti tulang dari Goyet, melakukan riset untuk membuktikan bagaimana Neanderthal mempraktikkan kanibalisme. Kesimpulan ditarik berdasarkan jejak pemotongan "dalam memisahkan dan mengambil daging" serta mengekstrak sumsum.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Mengapa Neanderthal kanibal
Alasan di balik kanibalisme Neanderthal 'etap menjadi misteri. Namun para ahli antropologi mengajukan sejumlah asumsi. Salah satunya Neanderthal menghadapi periode paceklik dan kelaparan musiman. Ketika mereka benar-benar kelaparan, manusia gua mungkin terpaksa memakan jenazah sesamanya.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Bukti tak terbantahkan
"Kanibalisme dipraktikkan di sini, "kata arkeolog Belgia Christian Casseyas saat berada di Gua Goyet melakukan penelitiannya. Bukti yang ditemukan tak terbantahkan. .
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Bukti-bukti sebelumnya
Sejauh ini, kasus kanibalisme Neanderthal juga telah ditemukan dalam populasi Neanderthal di El Sidrón dan Zafarraya di Spanyol dan Moula-Guercy dan Les Pradelles di Perancis.
Foto: picture-alliance/ dpa
Hubungan manusia dengan kematian
Penemuan di Goyet dan penelitian Neanderthal memperkaya pemahaman hubungan antara manusia gua ini dengan ritual kematian mereka,.Termasuk dalam melakukan penguburan dan menggunakan jasad sebagai peralatan atau bahkan makanan. Ed: as/ap(afp/techtimes)
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
10 foto1 | 10
Dikatakannya, cangkang kerang tersebut juga di gunakan sebagai wadah makanan, alat untuk memotong dan sebuah media ukiran. Semua itu, menunjukkan bahwa manusia purba juga memiliki kemampuan kognitif dan ini hal yang cukup mengejutkan.
Homo erectus berarti orang yang berdiri tegak. Manusia purba spesies ini, diperkirakan hidup pada masa 1,89 juta tahun hingga 143 ribu tahun lampau. Homo erectus juga dikenal sebagai spesies manusia pertama dengan anggota badan dan tubuh yang menyerupai homo sapiens dan tercatat sebagai omnivorous, yang menggunakan batu sebagai alat dan pemantik api. Akan tetapi, otak homo erectus lebih kecil dibanding otak manusia modern. Fosil homo erectus pernah ditemukan di desa Trinil pada 1891 silam.
ss/hp (rtr,afp)
Toraja: Yang Mati dan Tidak Pernah Pergi
Buat suku Toraja kematian bukan penghabisan. Mereka yang telah tutup usia tidak benar-benar meninggalkan keluarga dan ikut menemani kehidupan sehari-hari mereka. Simak ritual kematian unik lewat galeri foto berikut:
Foto: Reuters/S. Whiteside
Bertukar Pakaian di Alam Baka
Kematian menemani kehidupan. Begitulah anggapan suku Toraja yang kaya dengan ritual kematian. Di sana jenzah keluarga yang telah dimakamkan, diangkat kembali untuk ditukar pakaiannya. Tradisi bernama Ma'nene itu digelar untuk menghormati leluhur yang telah tutup usia.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Berduka Dengan Waktu
Suku Toraja tidak mengusir kematian, melainkan menganggapnya bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Kelompok adat yang hidup di jantung Sulawesi itu meyakini kematian tidak memutus ikatan keintiman. Maka tidak heran jika sebuah keluarga menyimpan jenazah selama berpekan-pekan di rumah sendiri dan diperlakukan layaknya seseorang yang masih hidup.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Rambu Solo yang Mahal
Adalah upacara pemakaman Rambu Solo' yang membuat Toraja dikenal dunia. Ritual yang penting dan berbiaya mahal tersebut bisa berlangsung selama berhari-hari. Karena ongkosnya yang tidak murah, Rambu Solo kadang baru bisa digelar setelah berminggu-minggu atau bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Menunggu Penutupan
Selama itu pula keluarga harus bisa mengumpulkan biaya pemakaman agar bisa menguburkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Jika belum dikebumikan, jenazah biasanya dibalut kain dan di simpan di bawah rumah adat alias Tongkonan. Arwah yang meninggal dunia diyakini belum pergi selama upacara pemakaman belum dirampungkan.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Kemewahan di Balik Kematian
Kemegahan upacara Rambu Solo ditentukan oleh jumlah kerbau yang dikorbankan. Setiap elemen upacara pemakaman dibuat secara hirarkis untuk menegaskan status sosial keluarga yang ditinggalkan. Tidak jarang Rambu Solo berlangsung selama berhari-hari sebelum jenazah dibawa ke tempat peristirahatan terakhir.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Buat Kaum Kaya
Tapi uang pula yang membebani tradisi kuno ini. Seringkali keluarga harus berutang agar bisa membiayai Rambu Solo'. Tidak heran jika sejak awal upacara mewah ini hanya boleh dilakukan oleh kaum bangsawan yang menduduki kasta tertinggi dalam struktur sosial suku Toraja.
Foto: Reuters/S. Whiteside
Sejarah Panjang Tradisi Toraja
Tidak ada yang tahu pasti kapan ritual kematian di Toraja mulai dipraktikkan. Namun penanggalan radiokarbon terhadap sebuah potongan peti mati yang dilakukan arkeolog Indonesia dan Malaysia mengindikasikan praktik pemakaman unik ini telah berlangsung sejak 800 SM. Suku Toraja mulai dikenal dunia setelah disambangi oleh penjelajah Belanda pada abad 19.