Presiden Volodymyr Zelenskyy menuduh Moskow membawa paksa 200.000 anak Ukraina ke Rusia. Ia menyebut bahwa Ukraina akan menghukum mereka yang bertanggung jawab.
Menurut Zelenskyy, mereka adalah anak-anak yang diambil dari panti asuhan, diambil dari orang tua mereka, dan anak-anak yang dipisahkan dari keluarga mereka.
Zelenskyy mengatakan Ukraina akan menghukum mereka yang bertanggung jawab. Dia menyebut Ukraina akan menunjukkan kepada Rusia bahwa negaranya "tidak dapat ditaklukan, rakyat kita tidak akan menyerah, dan anak-anak kita tidak akan menjadi milik penjajah.”
Presiden Ukraina mengatakan bahwa sejauh ini 243 anak telah tewas akibat perang, 446 terluka, dan 139 hilang.
Menlu Jerman: Ukraina harus menang
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan kepada penyiar ZDF bahwa "Ukraina harus memenangkan" perang melawan Rusia. Hal ini disampaikannya saat ia ditanya mengenai pernyataan sebelumnya yang dibuat Kanselir Jerman Olaf Scholz.
"Tentu saja Rusia tidak boleh memenangkan perang ini, ia harus kalah secara strategis," ungkap Baerbock.
"Mereka ingin menghancurkan perdamaian di Ukraina. Itu sebabnya Ukraina tidak boleh kalah dalam keadaan apa pun — artinya, Ukraina harus menang."
Sebelumnya, Scholz mengatakan bahwa Rusia tidak boleh memenangkan perang. Namun, oposisi Kristen Demokrat mengkritik pernyataannya, dengan alasan bahwa lebih baik mengatakan bahwa Ukraina harus menang.
Apa Persepsi Para Kartunis tentang Perang di Ukraina?
Perang di Ukraina menjerumuskan dunia ke dalam kekacauan. Tragedi itu mendorong para kartunis bereaksi terhadap situasi perang. Inilah beberapa karya yang ditampilkan dalam sebuah pameran di Dortmund, Jerman.
Evolusi senjata
Orang semula berpikir, umat manusia akan hidup berdampingan secara damai selama ribuan tahun. Namun, seniman Uzbekistan Makhmud Eshonkulov memiliki pandangan berbeda. Dia menggambarkan evolusi dari seekor monyet hingga akhirnya jadi seorang prajurit modern dengan senjata presisi berteknologi tinggi.
Gudang senjata yang sangat lengkap
Perang tidak lagi dilakukan hanya dengan senjata konvensional. Propaganda di semua lini adalah bagian dari perang modern. Dalam karyanya yang berjudul "Modern Weapons," ilustrator Kuba Miguel Morales menggambarkan media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram sebagai tombol dalam sebuah koper. Kata sandinya adalah "fake.news."
Rusia yang tak pernah puas
Seperti Ukraina, Lituania pernah berada di dalam Uni Soviet sampai negara ini deklarasikan kemerdekaan tahun 1990. Di bekas "negara saudara" itu, orang tahu apa yang membuat Rusia tergerak. Kartunis Kazys Kestutis Siaulytis dari Lituania menggambarkan kerangka ikan berwarna bendera Rusia memakan bendera Ukraina, menunjukkan kekhawatiran, kelaparan Vladimir Putin akan menyebar ke negara lainnya.
Slogan “Make Love, Not War”
Sejak tentara Rusia menginvasi Ukraina, protes terhadap perang agresi yang brutal itu marak di seluruh dunia. Namun, mereka melakukan protes dengan sia-sia, kata seniman Turki Menekse Cam lewat ilustrasinya yang menggambarkan malaikat pencabut nyawa sedang bermain golf saat massa memprotes di balik pagar.
Demi cinta NATO
Ukraina cukup lama memiliki hubungan dekat dengan Rusia. Namun, kemerdekaan negara itu tidak sesuai dengan pandangan Presiden Vladimir Putin. Kartunis Amer dari Uni Emirat Arab menggambarkan Ukraina sebagai seorang gadis kecil yang melihat ke arah NATO, sementara Rusia menariknya ke arah lain.
Meja Putin
Di tatanan diplomatik, politisi dari negara-negara Barat terus berusaha mengajak Presiden Rusia Vladimir Putin ke meja perundingan. Meja panjang Putin, di mana dia menjaga jarak dengan banyak pemimpin, menuai komentar publik. Dari sudut pandang kartunis Jerman Agostino Tale, satu-satunya hal yang penting bagi Putin adalah bayangannya sendiri.
Pengungsi kelas satu?
Masyarakat Ukraina berbondong-bondong melarikan diri dari perang dan Uni Eropa menyambut mereka dengan tangan terbuka. Terlepas dari simpati terhadap para pengungsi, karya seniman Filipina Zach menyiratkan standar ganda sedang diterapkan, di mana pengungsi Ukraina lebih mudah diizinkan memasuki UE karena warna kulit mereka. (ha/as)
7 foto1 | 7
Rusia gagal membayar utang 1,9 juta dolar
Komite Penentuan Derivatif Kredit (CDDC) mengatakan bahwa Rusia telah gagal membayar 1,9 juta dolar atau lebih dari 27,5 miliar rupiah. Utang ini termasuk dengan bunga yang masih harus dibayar pada obligasi dolar.
Kegagalan Rusia untuk membayar utang akan memicu potensi yang lebih besar bagi ketidakmampuan negara itu dalam membayar utang bernilai miliaran dolar.
Sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat dan sekutunya sebagian besar telah membuat Rusia terasingkan dari sistem keuangan global.