1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PerdaganganUkraina

Ukraina Perlu Rute Baru untuk Ekspor Bahan Pangan

Lilia Rzheutska
26 Juli 2023

Sejak awal perang, Ukraina berupaya membangun rute ekspor baru. Dulu mereka mengekspor setengah dari hasil panen pangan lewat Laut Hitam. Transportasi lewat jalan darat dan kereta api saat ini bermasalah.

Gambar ilustrasi panen gandum di Ukraina
Gambar ilustrasi panen gandum di UkrainaFoto: ALEXANDER ERMOCHENKO/REUTERS

Kyiv tampaknya telah mempersiapkan diri sebelum Moskow menarik diri dari kesepakatan pengiriman bahan pangan seperti gandum, barley, dan jagung. Persiapan ini memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian tersebut melalui pelabuhannya.

Pada awal Juli, pemerintah Ukraina menyiapkan dana asuransi terhadap risiko keamanan untuk perusahaan pelayaran yang mampu terus mengangkut bahan pangan dari Ukraina lewat jalur laut, bahkan jika Rusia menarik diri dari perjanjian tersebut.

"Dana senilai 20 miliar hryvnia (sekitar 8 miliar rupiah) telah dialokasikan dalam anggaran nasional,” Taras Vysotskyi, Wakil Menteri Ukraina untuk kebijakan agraria dan pangan, mengatakan kepada DW.

Namun sekarang, tidak jelas apakah uang ini dapat digunakan untuk tujuan semula. Sejak 20 Juli, Rusia mengatakan akan menganggap semua kapal yang singgah di pelabuhan Laut Hitam Ukraina sebagai "pengangkut potensial kargo militer". Ini berarti bahwa kargo sipil juga berpotensi menjadi sasaran serangan Rusia.

Ukraina tolak persyaratan dari Rusia

Moskow mengumumkan mundur dari kesepakatan ekspor bahan pangan beberapa jam sebelum kesepakatan ini secara resmi berakhir pada 17 Juli. Kremlin menuduh Ukraina dan Barat gagal menghormati perjanjian ini, dan menuntut dipenuhinya lima syarat.

Serhiy Ivaschenko, CEO Asosiasi Gandum Ukraina, mengatakan Ukraina tidak akan diuntungkan apabila terus melanjutkan kesepakatan ini dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya. Dia mengatakan Rusia mempersulit kapal untuk melewati Laut Hitam dan memblokir jalur mereka, dan mengklaim perlunya inspeksi tambahan. 

Inspeksi kapal kargo yang mengangkut jagung dari Ukraina di Laut Hitam, Turki, 3 Agustus 2022.Foto: Turkish Defence Ministry/REUTERS

"Ketidakteraturan Rusia — kadang mereka memeriksa, kadang tidak, kadang menunda — berarti kami rugi sekitar $30 untuk setiap ton biji-bijian," kata Ivaschenko kepada DW. Asosiasi Gandum menghitung bahwa, sebagai akibatnya, petani Ukraina telah kehilangan total lebih dari $1 miliar. "Tanpa Rusia, dan tanpa kemacetan ini, kami akan dapat mengurangi biaya logistik," yakin Ivaschenko.

Oleg Nivyevskyi dari Kyiv School of Economics mengatakan bahwa, pada awalnya, kesepakatan ini memberi kesempatan bagi Ukraina untuk mengekspor kelebihan gandum dari panen sebelumnya. Ia menyarankan agar Ukraina meningkatkan kapasitas ekspor di perbatasan barat dengan memperluas jaringan kereta api, memperdalam dasar sungai, dan membangun terminal transshipment.

Rute alternatif ekspor gandum

Menurut Kementerian Kebijakan Agraria Ukraina, kesepakatan ekspor pangan memungkinkan Ukraina mengekspor 32 juta ton gandum dan minyak lewat jalur laut selama setahun terakhir. Sekitar 33 juta ton gandum, minyak, dan produk olahan lainnya akan diangkut lewat rute lain.

Wakil Menteri Taras Vysotskyi mengatakan rute di sepanjang Sungai Danube adalah yang paling efektif. Sekitar 20 juta ton biji-bijian dan minyak telah diekspor dengan cara ini. Selain itu, sekitar 10 juta ton biji-bijian diangkut dengan kereta api, dan 3 juta ton lainnya melalui jalan darat.

"Kami berencana menggunakan rute ekspor ini lebih banyak lagi, dan mencapai total volume 40 hingga 42 juta ton di ketiga rute tersebut," kata Vysotskyi. Dia menambahkan bahwa produsen pertanian Ukraina sudah berinvestasi di bidang infrastruktur pelabuhan sungai. Selain itu, katanya, negosiasi sedang dilakukan untuk menyederhanakan pemeriksaan biji-bijian Ukraina di perbatasan Eropa, untuk memperlambat transit darat ke pelabuhan Eropa. 

Tahun ini, Ukraina berencana memanen lebih dari 50 juta ton gandum. Sekitar 9 juta ton hasil panen tahun lalu masih disimpan. Produsen Ukraina sekarang terutama mengandalkan ekspor melalui Sungai Danube, dari pelabuhan Izmail dan Reni.

"Kapal-kapal besar tidak dapat dimuat sepenuhnya di pelabuhan Danube milik kami," jelas Serhiy Ivaschenko dari Asosiasi Gandum Ukraina. "Kapal-kapal ini harus melewati Laut Hitam, ke perairan yang lebih dalam, di mana kedalamannya memungkinkan mereka memuat lebih banyak gandum."

Untuk mencapai Laut Hitam, kapal harus melewati saluran Sulin atau muara Bystry. Saluran ini tidak dirancang untuk dilalui kapal kargo berat. Ukraina pun mengembangkan proyek "anchorages" agar kapal-kapal ini dapat membawa gandum melewati Sungai Danube dan tidak kandas.

Hambatan untuk ekspor ke Uni Eropa

Sementara itu, untuk transportasi lewat darat, kendala terbesar adalah besaran rel kereta api di Ukraina dan UE yang berbeda. Di Ukraina, ukuran lintasan adalah 1.520 milimeter, berbeda dengan UE yang memiliki ukuran 1.435 milimeter.

"Kita perlu membangun jaringan di Ukraina dengan ukuran Eropa, menghubungkan kota-kota terbesar dan pusat industri dan ekonomi baru dengan negara-negara UE. Ini akan berkontribusi pada logistik yang lebih baik," tulis layanan pers Kementerian Infrastruktur Ukraina, mengutip Wakil Perdana Menteri Oleksander Kubrakov. 

Ukuran rel kereta yang berbeda antara Ukraina dan negara-negara di Uni Eropa jadi salah satu hambatan ekspor jalur darat.Foto: Omar Marques/Getty Images

Namun ini bukanlah satu-satunya penghambat transport gandum Ukraina dengan kereta api. "Setiap negara Eropa memiliki peraturan perkeretaapiannya sendiri," jelas Serhiy Ivaschenko.

"Di negara kami, kereta api diizinkan menarik 45 gerbong barang sekaligus, sedangkan di negara-negara Eropa hanya 25. Artinya, kami harus meninggalkan separuh rangkaian gerbong di suatu tempat ketika sampai di perbatasan, dan hanya separuh yang dapat melanjutkan perjalanan. Jadi akan ada penundaan transit.” (ae/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait