Eskalasi di timur Ukraina yang terus memuncak memicu prakarsa diplomasi Jerman-Perancis terhadap Kiev dan Moskow. Sebuah kesempatan terakhir untuk menjaga perdamaian di Eropa. Komentar Bernd Johann.
Iklan
Sebuah misi yang tidak mudah dengan hasil yang tidak pasti. Sejauh ini semua usaha untuk menghentikan perang di Ukraina terbukti gagal. Jerman dan Perancis kini mempertaruhkan semua bobot politik pada prakarsanya. Sebab semua tahu, perang di Ukraina akan semakin mengerikan, jika spiral kekerasan tidak berhasil dihentikan.
Nyawa ratusan ribu warga sipil di timur Ukraina saat ini terancam, karena terjebak di front pertempuran. Lebih jauh lagi, jika konflik terus mengalami eskalasi dan menjalar ke seluruh Ukraina, maka seluruh Eropa akan merasakan dampaknya yang dramatis.
Konflik akan merupakan ancaman besar pada tatanan perdamaian Eropa. Tepat 70 tahun setelah kesepakatan Jalta yang mengakhiri Perang Dunia II dan penetapan batas-batas baru negara di Eropa, kini Kremlin melancarkan politik imperialis untuk menarik garis batas baru negara. Tidak ada warga Eropa yang menghendaki hal itu.
Dialog yang digagas Angela Merkel dan Francois Hollande di Kiev dan Moskow mungkin saja bisa menjadi satu langkah pertama yang menentukan bagi peredaan ketegangan. Ukraina dalam situasi darurat. Dan Kiev juga menyadari, tidak akan bisa memenangkan perang lewat cara militer. Karena itu berharap banyak pada sukses mediasi diplomatik.Tapi Kiev juga tidak dapat diperas, jika masalahnya menyangkut kedaulatan negara.
Namun, apakah Vladimir Putin akan terpengaruh kunjungan Merkel dan Hollande , tetap masih dipertanyakan. Yang jelas pimpinan di Kremlin itu merasa senang dengan kunjungan tersebut, setelah berbulan-bulan lamanya Barat membekukan semua kontak politik. Tapi apa isi proposal baru solusi damai yang dibawa Merkel dan Hollande itu tidak banyak diketahui.
Pertanyaan lainnya, apa jadinya jika inisiatif perdamaian itu juga gagal? Eropa pasti menghadapi masalah yang amat sulit solusinya. Kini di Amerika sudah dimulai diskusi kemungkinan pemasokan senjata modern ke Ukraina. Argumennya, tanpa dukungan militer dari mitranya, Ukraina tidak akan mampu membendung laju kelompok separatis.
Tapi di sisi lain muncul kekhawatiran, pengiriman senjata semacam itu, hanya akan makin memanaskan konflik. Juga muncul pertanyaan sulit, apa langkah Eropa jika gerak maju kelompok pemberontak sampai ke Kiev. Sebetulnya, saat ini perang masih bisa dihentikan. Namun bolah jadi inisiatif Jerman-Perancis itu menjadi peluang terakhir, untuk mencegah pecahnya perang terbuka di Eropa.
Rumah Sakit di Donetsk Menderita Akibat Perang
Rumah Sakit Psikiatri di Donetsk berada di lokasi front terdepan pertempuran antara separatis pro-Rusia lawan tentara Ukraina. Di musim dingin situasinya sangat memprihatinkan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Dekat Front Pertempuran
Rumah Sakit Psikiatri No.1 Donetsk berlokasi di distrik Petrovsky, salah satu front terdepan ajang pertempuran antara separatis pro Rusia melawan militer Ukraina. Gedung rumah sakit menjadi sasaran tembakan artileri Desember 2014 silam.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Suhu Amat Dingin
Banyak jendela rusak akibat tembakan. Suhu di kawasan ini di musim dingin bisa mencapai minus 25° Celsius. Pasien dan staf rumah sakit bekerjasama memotong kayu bakar dari pohon yang tumbang akibat gempuran artileri, untuk bahan bakar perapian penghangat ruang.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Tugas Rangkap
Dokter tidak hanya bertugas menjaga kesehatan mental pasiennya. Tapi juga bekerja mengurus perapian dan mempertahankan agar rumah sakit tetap hangat, agar suhu dingin tidak jadi gangguan. Di hari-hari sangat dingin, pasien dan staf berkumpul di dekat perapian agar tetap hangat.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Berbagi Ruangan
Sejumlah ranjang perawatan dipindah ke kantor dokter yang terluput dari gempuran artileri, juga ke koridor. Rumah sakit tak punya uang untuk perbaikan. Jendela yang pecah ditutup dengan tripleks.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Menyambut Musim Dingin
Agar tidak patah semangat, sedikit hiasan berupa tanaman dan kembang dipasang untuk menyambut musim dingin. Vas kembangnya adalah bekas peluru penangkis tank berkaliber 100 mm yang ditemukan di halaman rumah sakit.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Waktu Makan Siang
Pasien harus mengambil sendiri makan siang dari dapur rumah sakit. Juga perawat dan staf mengambil makan siangnya di dapur. Inilah waktu di mana para pasien boleh meninggalkan ruang perawatan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Makan Bersama
Pasien makan siang bersama di ruang perawatan utama rumah sakit. Masalah utama adalah suplai makanan karena tidak ada lagi dermawan penyumbang bahan makanan. Kini semua tergantung bantuan gereja atau perorangan, yang membantu semampu mereka.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Dijejal di Sebuah Ruangan
Dokter dan perawat mengunjungi pasiennya yang dijejal di sebuah ruangan. Gedung utama rumah sakit rusak berat dan atap dapur juga hancur dilanda gempuran artileri. Akibatnya ruang utuh yang tersisa digunakan merewat pasien, dan terpaksa dengan berdesak-desakan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Mencukur Rambut Sukarela
Seorang tukang cukur secara sukarela datang ke rumah sakit untuk memangkas rambut pasien. Pasien antri sambil berbaring di ranjang perawatan.
Foto: Teo Butturini/TRANSTERRA Media
Jeda Merokok
Seorang pasien sedang jeda merokok di balkon yang dilindungi terali. Rokok dan korek api disimpan oleh para perawat. Mereka memberikannya kepada pasien sesuai jadwal waktu yang diatur sebelumnya.