1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ukraina Raih Dukungan Diplomatik-Militer Baru dari Negara G7

22 Mei 2023

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menggalang dukungan diplomatiknya di KTT G7 di Jepang. Ukraina mendapat dukungan politik "tak tergoyahkan" dari sejumlah pihak.

Foto dari kanan ke kiri, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Zelenskyy, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Presiden AS Biden, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel, serta Gianluigi Benedetti, Duta Besar Italia untuk Jepang
Foto pemimpin negara yang hadir dalam pertemuan G7 dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Jepang, Minggu (21/05)Foto: (Kyodo News/AP)/picture alliance

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengakhiri serangan diplomatik dengan kemenangan di Hiroshima pada Minggu (21/05). Dia pulang membawa bantuan senjata, amunisi, dan dukungan diplomatik yang "tak tergoyahkan" dari negara G7.

Dia memanfaatkan kekuatan simbolisme Hiroshima, yang senada dengan kelamnya peperangan, guna menekan para mitra dan kelompok skeptis agar mendukung perjuangannya melawan Rusia yang sudah berlangsung selama 15 bulan.

Di Ukraina, Rusia mengklaim telah mengambil alih bagian timur kota Bakhmut setelah pertempuran berbulan-bulan, namun pihak Ukraina membantah hal itu.

Volodymyr Zelenskyy menyatakan telah "memenang diplomasi" dalam beberapa bidang, setelah mendapatkan dukungan Amerika Serikat untuk memasok jet tempur canggih. Dia juga mendapat kesempatan berbicara dengan negara-negara kuat yang selama ini tidak mengecam invasi Rusia,  seperti India.

Presoden Ukraina memanfaatkan sejarah emosional Hiroshima untuk menggalang dukungan dari anggota G7 dan negara-negara undangan yang hadir.

"Foto-foto Hiroshima mengingatkan saya soal Bakhmut," kata Zelenskyy usai berkunjung ke museum kota Hiroshima, yang mendokumentasikan penderitaan akibat serangan bom nuklir AS pada tahun 1945.

"Benar-benar sebuah kehancuran. Tidak ada apa-apa. Tidak ada manusia."

Perdana Menteri Jepang (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kanan) tengah memberikan penghormatan dalam upacara peringatan mengenang korban tewas akibat serangan nuklir di HiroshimaFoto: Naoya Azuma/The Yomiuri Shimbun/AP/picture alliance

Namun Zelenskyy juga mengatakan. sebagaimana Hiroshima, Ukraina pun akan dibangun kembali. Kemudian bersama Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida diamenabur bunga pada sebuah makam dalam upacara peringatan mengenang 140 ribu orang yang tewas akibat bom atom AS.

Zelenskyy sendiri membantah klaim Rusia bahwa pasukannya ini telah menduduki Bakhmut. Namun dia mengatakan,  kota itu telah luluh lantak dalam beberapa bulan terakhir akibat pertempuran brutal yang tidak menunjukkan adanya tanda-tanda akan melambat.

Volodymyr Zelenskyy meninggalkan Jepang dengan jaminan bahwa pihak Barat akan tetap  mengamati perkembangan perang di Ukraina.Presiden AS Joe Bidenmenegaskan bahwa aliansi negara pendukung Ukraina "tak akan goyah”.

"Putin tidak bisa menggagalkan rencana kami seperti yang dia kira,” kata Biden kepada wartawan usai bertemu Zelenskyy.

Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy duduk bersebalahan dalam agenda pertemuan G7, Minggu (21/05)Foto: REUTERS

Rusia kecam "pertunjukan propaganda”

Gedung Putih sebelumnya mencairkan paket bantuan AS senilai Rp5,5 triliun, yang mencakup amunisi peluncur roket HIMARS, peluru artileri, peluru kendali antitank, dan sistem penglihatan termal.

Sebelumnya AS merevisi sikapnya dan menyatakan Ukraina bisa mengakses jet tempur canggih F-16 buatan AS, yang dibuat untuk menandingi pesawat tempur mutakhir Rusia jenis MiG dan Sukhoi pada  era perang dingin.

Terlepas dari janji pasokan itu, perjalanan tersebut menjadi ajang diplomatik besar bagi Zelenskyy.

Hal itu memicu kemarahan Moskow dengan mengecam seluruh kegiatan G7 sebagai sebuah "pertunjukan propaganda" yang melancarkan "pesan-pesan anti-Rusia dan juga anti-Cina".

Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri di Beijing mengaku telah memanggil Duta Besar Jepang pada Minggu (21/05) sebagai bentuk protes yang digambarkannya sebagai upaya "mencoreng dan menyerang" Cina dalam pertemuan itu.

Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan, pesan dari Ukraina dan sekutunya sudah jelas, "Rusia diwajibkan untuk menarik pasukannya." Semua rencana damai, tambahnya, "tidak bisa dikatikan dengan penghentian konflik".

"Rusia harusnya tidak bertaruh, bahwa semakin lama mereka bertahan, maka dukungan untuk Ukraina semakin lemah."

KTT G7 juga memberikan Zelenskyy sebuah kesempatan langka untuk menyampaikan kasusnya ke beberapa negara yang selama ini hanya sedikit atau sama sekali tidak mengecam invasi Rusia. Pemimpin dari India, Brasil, Vietnam dan Indonesia merupakan pihak non-anggota yang diundang untuk menghadiri pertemuan.

Usai bertemu empat mata, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan kepada Zelenskyy: "Saya sangat paham penderitaan Anda, dan penderitaan penduduk Ukraina."

"Saya dapat pastikan kepada Anda, untuk menyelesaikan ini, India dan saya secara khusus, akan melakukan segala hal yang bisa kami lakukan," kata Narendra Modi.

Perdana Menteri India Narendra Modi (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kanan) berjabat tangan dalam pertemuannya di agenda G7 Jepang, Minggu (21/05)Foto: Ukrainian Presidential Press Office/AP Photo/picture alliance

"Momen emosional"

Ketua Uni Afrika, Presiden Komoro Azali Assoumani, kepada AFP menyebut bahwa pertemuan Zelenskyy dengan pimpinan G7 dan negara undangan jadi momen "emosional" ketika Presiden Ukraina  menceritakan kesusahan yang menimpa negaranya.

"Kita mengutuk perang, kita mendukung Zelenskyy, dan saya secara pribadi dan tulus memberikan hormat atas keberaniannya," kata dia.

Hanya saja, ada satu hal yang mengganjal dalam upaya diplomatik Zelenskyy. Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, yang pernah menuduh pihak Barat telah "mendorong perang", tidak bertemu dengan pihak Ukraina.

Tetapi Lula juga mengecam "pelanggaran atas integritas teritorial Ukraina" dan mengajak "dialog" dalam sebuah diskusi grup. Pada saat yang sama, Lula juga menyindir sikap negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB (DK PBB), yang anggota tetapnya adalah Inggris, Cina, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat.

"Anggota tetap (DK PBB) meneruskan tradisi panjang mereka dalam melancarkan perang yang tidak sah, entah itu dalam rangka perluasan daerah atau pun saat pergantian rezim," kata Lula.

Zelenskyy menyebut masalah jadwal yang bentrok sebagai alasan gagalnya pertemuan antara dirinya dengan Presiden Brasil Lula da Silva.

mh/hp (AFP)