Ulama Pakistan Keluarkan Fatwa Kontroversial
16 Januari 2018Lebih dari 1.800 ulama Pakistan mengeluarkan fatwa melarang aksi bom bunuh diri. Itu dinyatakan dalam sebuah buku yang dipublikasikan pemerintah hari ini.
Selama bertahun-tahun negara Asia Selatan itu dibebani kekerasan yang dilaksanakan pelaku militan Islam, yang kerap menggunakan bom bunuh diri. Bersamaan dengan itu mereka kerap menyatakan bahwa aksi mereka itu adalah "perang suci" untuk mencanangkan hukum Islam.
Siapakah Kelompok Taliban Pakistan?
Taliban muncul di Pakistan Utara awal 1990-an, setelah Uni Soviet menarik pasukan dari Afghanistan. Kaum prianya memanjangkan jenggot dan kaum perempuan dituntut mengenakan burka. Apa lagi yang diketahui tentang mereka?
Tahrik-i-Taliban Pakistan (TTP)
TTP dulunya bawahi beberapa kelompok militan dari suku-suku Pakistan. Mereka berakar dalam jaringan militan yang disokong Pakistan tahun 80-90an untuk berperang di Afghanistan dan Kashmir. Ketika Pakistan dukung AS setelah serangan 11 September, banyak dari mereka bentuk TTP. Tapi TTP terbentuk resmi 2007. Banyak anggotanya punya hubungan dengan Taliban Afghanistan dan Haqqani sebelum bergabung.
Dipimpin Maulana Fazlullah
Fazlullah dipilih jadi pemimpin Tehrik-i-Taliban (TTP) tahun 7 November 2013, setelah pemimpin sebelumnya mati dalam serangan drone AS. Foto diambil ketika ia berbicara dengan wartawan lokal di Lembah Swat, Pakistan. Fazlullah memimpin Taliban di daerah Swat tahun 2007-2009, dan menindas warga secara brutal, sebelum militer Pakistan mengambil alih kawasan tersebut.
Tujuan TTP
Tujuan TTP adalah membubarkan negara Pakistan dan menggantinya dengan sistem garis keras Islam yang dipimpin dengan paham berdasarkan interpretasi undang-undang Islam yang paling keras. Pada dasarnya, TTP ingin agar di Pakistan berjalan sistem seperti yang dipaksakan Taliban di Afghanistan tahun 1990an.
Punya Pemimpin Tapi Struktur Tak Jelas
Struktur TTP sulit diketahui. Mereka punya beberapa bagian di daerah suku Pakistan, dan sebagian tersebar di seluruh negeri. Secara teori, mereka semua berada di bawah Fazlullah. Tapi kenyataannya tidak demikian. Yang tampak jelas, semua bagian TTP menyatakan loyalitas kepada Mullah Omar, pemimpin tertinggi Taliban di Afghanistan. Foto: polisi Pakistan tangkap dua anggota TTP (13/06/2011).
Bagaimana Mereka Biayai Aksi Teror
Diduga mereka dapat uang dari berbagai bisnis kriminal seperti penculikan dan pemerasan. Seperti Taliban di Afghanistan, mereka kemungkinan juga dapat uang dari perdagangan obat terlarang. Selain itu mereka juga mendapat sokongan dari orang-orang kaya tertentu di kawasan itu dan daerah Teluk. Foto: tentara mengangkut sejumlah murid dari sekolah tempat Taliban adakan pembantaian 16 Desember 2014.
Lokasi Operasi TTP
Bertahun-tahun TTP beroperasi di daerah Waziristan dan daerah suku. Tapi beberapa tahun terakhir mereka tambah kuat di Karachi dan Peshawar. Bersamaan dengan itu serangan juga meluas ke daerah-daerah di luar wilayah suku. Foto: anak-anak di Karachi menyatakan ikut berduka cita akibat pembantaian murid sekolah di Peshawar oleh Taliban.
Penyokong TTP
Mereka didukung organisasi-organisasi paling kejam di dunia, misalnya Taliban di Afghanistan, Al Qaeda, juga IMU, yaitu sebuah kelompok militan sadis dari Uzbekistan yang bantu TTP adakan serangan di lapangan terbang Karachi. Selain itu mereka dapat bantuan dari kelompok militan sektarian Pakistan seperti Lashkar-e-Jhangvi. Foto: anggota TTP dan senjata yang berhasil disita militer (13/06/14).
Sekuat Apa TTP?
Di satu pihak kekuatan TTP sudah berkurang akibat serangan drone dan militer Pakistan, dan jadi lemah karena terpecah-belah. Tapi TTP tetap mampu lancarkan serangan besar. Karena organisasi teroris itu kuat di daerah yang tidak disasar militer, mereka bisa andalkan bantuan organisasi militan lain, seperti Al Qaeda. Foto: warga Waziristan Utara mengungsi sebelum operasi militer diadakan, Juni 2014.
Serangan bom bunuh diri sering dikutuk dan dikecam sebagai tindakan fanatik dan tak bermoral, terutama jika warga sipil menjadi korbannya. Tetapi ekstrimis memandang taktik itu sebagai senjata paling efektif.
Para ulama ingin menekan "terorisme", yang sudah menyebabkan tewasnya puluhan ribu orang sejak awal tahun 2000, dan menyatakan serangan bom bunuh diri sebagai sesuatu yang haram.
ml/hp (rtre)
Umat yang Terbelah: Pandangan Mayoritas Muslim Tentang Syariah dan Negara
Apakah Al-Quran dan Syariah Islam harus menjadi konstitusi di negara muslim? Inilah hasil jajak pendapat yang digelar Pew Research Centre di delapan negara sekuler berpenduduk mayoritas muslim
Malaysia
Hasil jajak pendapat Pew Research Centre tahun 2015 silam mengungkap lebih dari separuh (52%) penduduk muslim Malaysia mendukung pandangan bahwa konstitusi negara harus mengikuti Syariah Islam secara menyeluruh. Sementara 17% mewakili pandangan yang lebih moderat, yakni ajaran Al-Quran hanya sebagai acuan tak resmi penyelenggaraan negara. Sisanya (17%) menolak pengaruh agama pada konstitusi.
Pakistan
Dari semua negara berpenduduk mayoritas muslim, Pakistan adalah yang paling gigih menyuarakan penerapan Syariah Islam sebagai konstitusi negara. Sebanyak 78% kaum muslim mendukung pandangan tersebut. Hanya 2% yang mendukung sekularisme dan menolak pengaruh agama dalam penyelenggaraan negara.
Turki
Pengaruh Kemalisme pada masyarakat Turki masih kuat, kendati politik agama yang dilancarkan partai pemerintah AKP. Hanya sebanyak 13% kaum muslim yang mendukung Syariah Islam sebagai konstitusi, sementara mayoritas (38%) mewakili pandangan moderat, yakni Al-Quran sebagai acuan tak resmi. Uniknya 36% penduduk tetap setia pada pemisahan agama dan negara.
Libanon
Mayoritas kaum muslim Libanon (42%) yang memiliki keragaman keyakinan paling kaya di dunia menolak pengaruh agama pada konstitusi. Adapun 37% penduduk mendukung Al-Quran sebagai acuan tak resmi penyelenggaraan negara. Hanya 15% yang menuntut penerapan Syariah Islam secara menyeluruh.
Indonesia
Hingga kini Indonesia masih berpedoman Pancasila. Tak heran jika 52% kaum muslim menolak penerapan menyeluruh Syariah Islam. Namun mereka mendukung pandangan bahwa prinsip Al-Quran harus tercerminkan dalam dasar negara. Sebanyak 22% penduduk menginginkan Syariah sebagai konstitusi dan 18% menolak pencampuran antara agama dan negara.
Yordania
Penduduk muslim di Yordania tergolong yang paling konservatif di dunia. Sebanyak 54% menginginkan Syariah Islam sebagai landasan negara. Sementara 38% menolak Syariah, namun mendukung pandangan bahwa konstitusi tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran. Hanya 7% yang memihak Sekularisme sebagai prinsip dasar negara.
Nigeria
Sebagian besar kaum muslim Nigeria (42%) lebih mendukung faham Sekularisme ketimbang Syariah Islam. Di negeri yang sering dilanda konflik agama itu hanya 22% yang mengingingkan Syariah Islam sebagai konstitusi. Sementara 17% mewakili pandangan moderat, dan puas pada konstitusi yang tidak melanggar hukum Islam.
Palestina
Tahun 2011 hanya 38% penduduk Palestina yang mendukung Syariah sebagai konstitusi, pada 2015 jumlahnya berlipatganda menjadi 65%. Sementara 23% mewakili pandangan yang lebih moderat terkait penerapan Syariah. Hanya 8% yang menolak agama mencampuri urusan negara. (rzn/hp - Pew Research Centre, Economist)