Ulama Terkemuka Saudi Serukan Perangi Antisemitisme
12 Juni 2020
Ulama terkemuka Arab Saudi, Syekh Mohammad al-Issa, berpandangan bahwa memerangi antisemitisme adalah tugas keagamaan, demikian pendekatan ketua Liga Muslim Dunia yang mendapat penghargaan dari kelompok-kelompok Yahudi.
Iklan
Baru-baru ini ulama terkemuka Arab Saudi, Mohammad al-Issa dianugerahi penghargaan oleh Combat Antisemistism Movement dan American Sephardi Federation, dalam sebuah upacara secara virtual yang merayakan para pemimpin muslim yang memerangi antisemitisme dan rasisme.
"Memerangi antisemitisme adalah kewajiban agama dan kewajiban moral," kata Issa kepada AFP dari ibu kota Saudi, Riyadh.
Mantan menteri kehakiman Arab Saudi itu bersumpah bahwa Liga Muslim Dunia akan "terus melanjutkan upaya tersebut sampai tidak ada lagi antisemitisme dan rasisme."
Organisasi ini didanai oleh negara petrodolar Arab Saudi dan dipandang sebagai perpanjangan tangan diplomatik kerajaan, serta instrumen Wahabisme, doktrin yang dipegang kelompok Sunni.
Konflik politik telah menyebabkan ketegangan antara Islam dan Yudaisme, ujar Issa seraya menyerukan orang-orang untuk mengesampingkan perbedaan seperti itu.
"Pandangan politik berubah seiring waktu tetapi nilai-nilai kita, moral kita seharusnya tidak pernah berubah," katanya.
Kunjungan ke Auschwitz
Ulama Saudi itu dipuji pada bulan Januari oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, karena berkunjung ke Polandia untuk ambil bagian dalam acara yang menandai 75 tahun pembebasan kamp Auschwitz.
"Ini adalah pertanda lain dari perubahan sikap badan-badan Islam dan, tentu saja, negara-negara Arab terhadap Holocaust dan orang-orang Yahudi," kata Netanyahu pada saat itu.
Mengunjungi kamp Nazi di masa Perang Dunia II, di mana lebih dari satu juta orang yang terbunuh adalah kaum Yahudi, menandai titik balik bagi Issa. "Kami pergi ke Auschwitz untuk memberi tahu dunia bahwa kami menentang kejahatan ini dan agar hal itu tidak terulang lagi," katanya.
Israel tingkatkan hubungan di kawasan Teluk
Pemerintahan di Riyadh tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, tetapi keduanya memiliki musuh bersama, Iran.
Kedua negara itu menuduh pemerintahan di Teheran ingin memperluas pengaruhnya di Timur Tengah dan mengembangkan senjata nuklir.
Sementara Mesir dan Yordania memiliki hubungan dengan tetangganya Israel, negara-negara Arab lainnya menetapkan perjanjian damai dengan Palestina sebagai syarat normalisasi hubungan.
Namun pemerintah Netanyahu telah berupaya meningkatkan hubungan dengan negara-negara Teluk pada khususnya. Pejabat Israel yang muncul di acara-acara olahraga di Uni Emirat Arab.
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpendapat bahwa hubungan diplomatik lebih lanjut antara Israel dan negara-negara Arab akan meningkatkan prospek perdamaian dengan Palestina.
ap/as(afp)
Bagaimana Rezim NAZI Hitler Promosikan Antisemitisme Lewat Film
Rezim Nazi dengan cerdik membungkus sentimen antisemitisme dalam film-film komersial yang mereka bantu pendanaannya. Ini memang jadi bagian strategi propaganda mereka.
Foto: picture-alliance/akg-images
Film dengan narasi propaganda antisemitisme
"Jud Süss," salah satu film propaganda Nazi yang paling terkenal, yang sekarang dilarang untuk umum. Disutradarai oleh Viet Harlan tahun 1940. Harlan menceritakan kisah seorang bankir Jerman-Yahudi Joseph Süss Oppenheimer dan menggambarkan dia sebagai Yahudi konteks propraganda Nazi. "Jud Süss" ketika dirilis pertama kali ditonton oleh jutaan warga Jerman.
Foto: picture-alliance/akg-images
Membungkus antisemitisme dalam seni
Dalam filmnya, Harlan menonjolkan prasangka antisemit lewat plot dan karakternya. Seorang penulis Jerman-Yahudi pernah mengatakan, "Jud Süss" adalah "bentuk anti-Semitisme artistik yang paling kejam dan disempurnakan." Seroang pengamat film menulis, "Film ini secara terbuka memobilisasi ketakutan dan agresi seksual dan mengarahkannya untuk kepentingan antisemitisme.
Foto: Unbekannt
"Sutradara maut"
Penulis biografinya menyebut Veit Harlan sang "sutradara maut," karena dia total mengabdikan diri pada ideologi Nazi. Setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II, Veit Harlen sempat diadili, tapi masih tetap bisa bekerja setelah menjalani masa larangan kerja beberapa tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Bagaimana memperlakukan film propaganda sekarang?
Setelah perang, banyak sekali tulisan dan ulasan tentang Viet Harlan dan filmnya "Jud Süss". Sutradara Oskar Roehler mengolah material ini dan membuat film melodramatis "Jud Suss: Film Ohne Gewissen (film tanpa nurani)" (2010).
Foto: picture-alliance/dpa/Concorde Filmverleih
Joseph Goebbels, otak di belakang layar
Nazi dengan cepat menyadari bahwa bioskop bisa punya efek ampuh untuk propaganda. Joseph Goebbels, juru propaganda Nazi, lalu menggunakan media untuk mempromosikan ideologi anti Yahudi. Departemennya membuat banyak film propaganda, uga dalam budaya dan pendidikan.
Foto: picture-alliance/akg-images
Film dokumenter palsu
Film anti-Semit buatan Nazi lainnya adalah "Der ewige Jude" (Yahudi abadi) yang dirilis beberapa bulan setelah "Jud Süss" pada tahun 1940. Film yang dibuat oleh Fritz Hippler ini menunjukkan pemandangan dari Ghetto di Warsawa. Film ini menunjukkan kehidupan seniman Yahudi dan tradisinya, yang digabungkan dengan kutipan-kutipan pidato Hitler. Film ini diperkenalkan sebagai film dokumenter.
Foto: picture-alliance/akg-images
Sutradara favorit Hitler: Leni Riefenstahl
Leni Riefenstahl adalah salah satu pembuat film Nazi yang mencoba membersihkan namanya setelah 1945. Dia bertanggung jawab untuk membuat film dalam demonstrasi-demonstrasi massal Nazi, yang menjadi bagian sentral dari dari mesin propaganda.
Foto: picture alliance/Keystone
Propaganda lewat layar perak
Kebanyakan film propaganda Nazi dibuat antara tahun 1933 dan 1945 dengan porsi anti-Semitisme yang lebih kecil dibandingkan dengan "Jud Süss." Beberapa film bahkan direvisi saat produksi. Film historis "Bismarck" (1940) pada awalnya direncanakan sebagai film propaganda yang jauh lebih agresif.