1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

UNDP: Gaza Harus Pulihkan 60 Tahun Pembangunan yang Hilang

Alex Matthews
24 Januari 2025

Kerusakan di Jalur Gaza mencapai level yang "belum pernah terjadi sebelumnya," kata kepala Program Pembangunan PBB Achim Steiner. Biaya rekonstruksi akan mencapai puluhan miliar dolar.

Warga Palestina kembali ke rumahnya di Jalur Gaza
Warga Palestina kembali ke rumahnya di Jalur GazaFoto: Hatem Khaled/REUTERS

Penduduk Palestina di Jalur Gaza menghadapi tantangan besar untuk memulihkan "lebih dari 60 tahun pembangunan yang telah hilang," selama perang 15 bulan antara Israel dan Hamas, menurut Direktur UNDP Achim Steiner.

Sejak dimulainya gencatan senjata pada hari Minggu (19/1) kemarin, perhatian kini beralih untuk membantu warga Palestina membangun kembali Gaza dari reruntuhan.

Perserikatan Bangsa-bangsa memperkirakan, saat ini sekitar 42 juta ton puing berserakan di penjuru Gaza, dan lebih dari dua pertiga infrastruktur hancur dalam serangan udara dan serangan darat Israel.

Perang tersebut juga menyebabkan kematian 46.000 orang di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat karena masih  banyak jenazah yang belum teridentifikasi.

PBB juga mengatakan proses membangun kembali di Jalur Gaza kemungkinan akan memakan waktu puluhan tahun, dengan biaya mencapai USD80 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun.

'Lingkungan yang sangat beracun'

Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNDP, yang dikepalai Steiner merupakan salah satu badan PBB yang menyalurkan bantuan untuk Palestina, dengan fokus pada infrastruktur di wilayah tersebut.

UN calls for international effort to rebuild Gaza

12:16

This browser does not support the video element.

"Kami memperkirakan, pembangunan selama lebih dari 60 tahun telah musnah. Sebanyak 67% infrastruktur rusak atau hancur," katanya kepada DW dalam sebuah wawancara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

"Kami menghadapi situasi di mana sebagian besar warga Gaza akan kembali ke bangunan yang rusak parah dan tidak dapat ditempati atau hanya berupa tumpukan puing-puing. Puing-puing itu masih berbahaya. Tidak hanya ada mayat yang belum dievakuasi, ada juga persenjataan yang belum meledak, seperti ranjau darat. Lingkungannya sangat beracun," katanya.

'Tidak hanya infrastruktur fisik'

Selain menyalurkan bahan makanan pokok dan suplai medis ke Gaza secepat mungkin, Steiner mendesak agar infrastruktur vital segera dibangun ulang, seperti instalasi pemurnian air bertenaga surya. Setelah itu, tugas membersihkan puing dan membangun kembali sekolah atau rumah sakit sudah harus dimulai.

Selain bantuan fisik, UNDP melaporkan warga Gaza juga membutuhkan bantuan menemukan kerabat yang hilang, atau dukungan konsultasi psikologis.

"Jika Anda melihat trauma yang dialami orang-orang, bukan hanya infrastruktur fisik yang mengalami kerusakan besar. Orang-orang telah kehilangan puluhan ribu kerabat," katanya.

"Seperti yang kita tahu dari masa lalu, ada tingkat trauma yang jelas akan memengaruhi kesehatan mental warga selama bertahun-tahun yang akan datang.

"Banyak anak mungkin menjadi yatim piatu saat ini. Mereka dirawat oleh keluarga lain di tenda mereka."

'Perjuangan berat' memulihkan Gaza

Agar rekonstruksi dapat dimulai, gencatan senjata antara Israel dan Hamas harus dipertahankan. "Masih ada banyak kegugupan," kata Steiner. "Apakah gencatan senjata akan dipertahankan, apakah fase ke2 dan ke3 benar-benar akan berjalan?"

Tahap kedua gencatan senjata mencakup penghentian pertempuran secara permanen, pemulangan sandera yang tersisa, dan penarikan pasukan Israel dari Gaza. Tahap ketiga menyangkut pembangunan kembali Gaza.

Gaza family displaced by Israeli strikes returns to Rafah

02:30

This browser does not support the video element.

Jika gencatan senjata berhasil ditegakkan, Steiner mengatakan dunia internasional telah menyiapkan dana untuk membiayai bantuan kemanusiaan secara dini.

Namun, upaya untuk membangun kembali Gaza akan membutuhkan komitmen jangka panjang dari negara-negara anggota PBB dan sektor swasta, imbuhnya.

" Untuk pekerjaan pemulihan di awal saja, diperlukan dana miliaran dolar. Dalam jangka panjang, biaya rekonstruksi akan mencapai puluhan miliar," kata Steiner.

"Masyarakat internasional akan diminta untuk melangkah maju. Sektor swasta juga dapat berinvestasi... dalam upaya pemulihan dan rekonstruksi. Akan menjadi perjuangan yang sangat berat untuk memobilisasi dana dan sumber daya bagi upaya pemulihan dan rekonstruksi awal selama beberapa tahun ke depan."

Israel harus tunjukkan 'itikad baik'

Steiner melihat peran penting Amerika Serikat dan Eropa dalam membiayai dan mendukung pembangunan kembali Gaza, dengan alasan bahwa kedua pihak memiliki kepentingan politik dalam perdamaian di Gaza.

Dia juga mengharapkan dukungan signifikan dari negara-negara di Timur Tengah, meskipun Lebanon dan Suriah saat ini tengah menghadapi upaya rekonstruksinya sendiri.

Steiner juga melihat pentingnya Israel untuk menjaga dialog. "Saya pikir Israel, seperti dalam konflik apa pun, harus menjadi mitra negosiasi dengan itikad baik," katanya.

Perang antara Israel dan Hamas dimulai setelah kelompok militan itu melancarkan serangan teror ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Serangan itu menyebabkan lebih dari 1.200 kematian dan penyanderaan hampir 250 orang. Sembilan puluh satu dari sandera hingga kini masih belum diketahui keberadaannya.

Wawancara oleh Pemimpin Redaksi DW Manuela Kasper-Claridge.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait