1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Calon Pemimpin Baru Jerman, Siapakah Friedrich Merz?

24 Februari 2025

Partai CDU dengan kandidat utamanya Friedrich Merz unggul dalam Pemilu Jerman. Para pemimpin dunia, dari Trump hingga Zelenskyy, memberikan ucapan selamat.

Ketua Partai CDU Friedrich Merz saat diliput oleh jurnalis pada 7 November 2024
Ketua Partai CDU Friedrich Merz diprediksi jadi kandidat utama untuk memimpin pemerintahan Jerman berikutnyaFoto: Markus Schreiber/AP/picture alliance

Friedrich Merz, ketua partai konservatif CDU, diprediksi akan menjadi kanselir baru setelah Pemilu Jerman yang digelar pada 23 Februari.

Blok kanan-tengahnya (CDU/CSU) telah lama unggul dalam jajak pendapat, meraih sekitar 30% suara secara stabil, dan Merz telah lama dianggap sebagai penantang utama bagi kanselir petahana Jerman Olaf Scholz dari Partai SPD yang berhaluan kiri-tengah.

Kemenangan ini juga menandai kembalinya Friedrich Merz ke puncak karier politiknya di Jerman. Merz, yang saat ini berusia 69 tahun, akan menjadi kanselir tertua kedua sejak Konrad Adenauer, kanselir pertama Jerman, yang menjabat pada 1949 di usia 73 tahun.

Scholz dan Merz sama-sama berlatar belakang hukum, tetapi kesamaan mereka berhenti di situ. Merz, dengan tubuhnya yang tinggi, adalah sosok yang dominan, baik saat memasuki ruangan maupun di atas panggung. Ia tampak ramah dan bahkan humoris, meskipun terkadang terlihat canggung saat berbicara dengan orang lain.

Keluar dari politik, masuk bisnis, kembali lagi ke politik

Ketika Angela Merkel mengambil alih kepemimpinan fraksi CDU di parlemen pada 2002 dan menjadi kanselir pada 2005, Merz yang berpandangan lebih konservatif memilih mundur dan menjauh dari politik selama bertahun-tahun.

Setelah meninggalkan politik, Merz kembali meniti karier di sektor swasta. Sejak 2005 hingga 2021, Merz menjadi bagian dari firma hukum internasional dan memegang posisi tertinggi sebagai dewan pengawas. 

Namun, ketika Merkel mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia politik pada 2021, Merz kembali dan perlahan naik ke puncak kekuasaannya. Pada 2022, CDU memilihnya sebagai ketua partai. Merz dikenal sebagai perwakilan sayap konservatif CDU dengan pandangan ekonomi liberalnya.

Dibandingkan dengan Merkel, yang dikenal lebih taktis, tenang dan penuh perhitungan saat mengambil keputusan, Merz dinilai lebih berani mengambil risiko politik.

Pada konferensi terakhir partai CDU akhir Januari lalu, ia membuktikan hal itu dengan mencoba meloloskan undang-undang imigrasi yang lebih ketat di parlemen, dengan bantuan partai populis sayap kanan AfD.

Langkah ini memicu kontroversi di seluruh negeri, di mana para pengunjuk rasa mengecam kerja sama tersebut sebagai pelanggaran besar terhadap topik tabu pascaperang, yang menolak kolaborasi politik dengan kelompok sayap kanan ekstrem.

Namun, Merz tampaknya melihat langkah itu sebagai strategi untuk menekan popularitas AfD yang anti-imigrasi.

Angela Merkel (tengah) adalah 'musuh bebuyutan' Merz (kiri) selama karier politiknya di bawah partai yang samaFoto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance

Pernyataan kontroversial Merz

Merz memiliki sejarah panjang dalam mengeluarkan pernyataan yang kontroversial. Pada 1990-an, ia menolak pelonggaran undang-undang aborsi. Ia juga terkenal karena menolak kriminalisasi pemerkosaan dalam pernikahan pada 1997. Hampir 25 tahun lalu, ia mengkritik kebijakan imigrasi Jerman, menyebutnya "masalah dengan orang asing."

Kini, beberapa isu tersebut kembali ia angkat dalam konteks politik dan sosial Jerman yang berbeda. Dalam acara talkshow "Markus Lanz" pada Januari 2023, ia mengeluhkan kurangnya integrasi di Jerman dan menuding ada orang-orang "yang seharusnya tidak berada di Jerman" tetapi "terlalu lama ditoleransi keberadaannya."

Ia juga menyebut, beberapa orang tua menolak otoritas guru perempuan untuk anak-anak orang asing, yang ia gambarkan sebagai "pasha kecil." Pernyataannya memicu kecaman karena dinilai rasis. Namun, kritik dari dalam Partai CDU sendiri relatif minim.

Di panggung politik Berlin, Merz mengklaim bahwa fraksi CDU telah menemukan arah baru dalam berbagai kebijakan utamanya. Merz mengatakan bahwa ia "memimpin proses ini di CDU dengan program dasar baru yang akan mengembalikan partai ke jalur yang benar."

Merz kini merepresentasikan CDU yang jauh lebih konservatif, meskipun pandangan pribadinya sendiri tidak banyak berubah dalam 20 tahun terakhir.

Pada November 2024, setelah koalisi pemerintahan Scholz yang terdiri dari Partai SPD, Partai Hijau, dan Partai FDP runtuh, Merz menyatakan bahwa "koalisi itu hanya tinggal sejarah."

Merz: Kiri sudah berakhir

Namun, Merz kini menghadapi tantangan utama dengan siapa partainya akan membentuk pemerintahan koalisi baru.

Ia beberapa kali menegaskan tidak akan berkoalisi dengan Partai AfD. Namun, beberapa jam sebelum pemilu berlangsung, ia juga mengkritik partai-partai besar Jerman lainnya, dengan menyatakan "kiri sudah berakhir. Tidak ada lagi mayoritas kiri, tidak ada lagi politik kiri di Jerman."

Merz juga mengecam demonstrasi melawan ekstremisme sayap kanan dan menyatakan bahwa jika ia menang, ia akan menjalankan politik untuk mayoritas warga Jerman "yang berpikir lurus," bukan "untuk kaum hijau atau kelompok kiri gila di dunia ini."

Komentarnya menuai reaksi keras dari Partai SPD, calon kuat mitra koalisinya.

"Friedrich Merz memperdalam perpecahan di tengah demokrasi kita pada tahap akhir kampanye," tulis pemimpin SPD, Lars Klingbeil, di platform media sosial X. "Ini bukan cara berbicara seorang kanselir," tambah Sekretaris Jenderal SPD, Matthias Miersch. "Begitulah cara ‘Trump kecil' berbicara."

Pemilu Jerman: Friedrich Merz, Kandidat anti-Merkel di Partai Merkel

04:28

This browser does not support the video element.

Ucapan selamat dari beberapa pemimpin dunia

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut baik kemenangan kelompok konservatif di Jerman, dan menyebutnya sebagai "hari besar bagi Jerman dan AS."

Trump juga menulis di platform Truth Social miliknya, dengan mengatakan "sama seperti di AS, rakyat Jerman sudah lelah dengan agenda yang tidak masuk akal, terutama dalam hal energi dan imigrasi, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun."

Selain Trump, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga memberikan selamat kepada Merz dan menekankan pentingnya kerja sama kedua negara untuk Eropa yang lebih kuat dan berdaulat.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer juga mengucapkan selamat, dengan mengatakan, "saya menantikan kerja sama dengan pemerintahan baru untuk memperdalam hubungan negara kita yang sudah kuat, meningkatkan keamanan bersama, dan mendorong pertumbuhan bagi kedua negara.”

Tak ketinggalan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy turut mengucapkan selamat kepada Friedrich Merz atas kemenangannya dalam pemilu Jerman kali ini. Zelenskyy mengatakan, ia menantikan "kelanjutan kerja sama dengan Jerman dalam melindungi banyak nyawa, membawa perdamaian untuk Ukraina lebih nyata dan lebih dekat, serta memperkuat kekuatan Eropa."

Merz juga telah menyatakan dukungannya untuk memberikan Ukraina rudal Taurus jarak jauh, langkah yang sangat dihindari oleh kanselir Olaf Scholz.

Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan, "sangat penting bagi Eropa untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan, dan kepemimpinan Merz akan menjadi kuncinya."

Artikel ini diadaptasi DW dari bahasa Jerman

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait