1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa/Anti Teror, Presiden Rau/Ancaman Serangan

25 Maret 2004

Serangan teror di Ibukota Spanyol, Madrid, beberapa waktu lalu, mendorong negara-negara Uni Eropa untuk menyelaraskan langkah dalam memerangi terorisme.

MOD: Pertemuan dan diskusi mengenai langkah memerangi terorisme mendapat perhatian luas dari media Internasional. Dan pembahasan mengenainya merupakan tema pertama dalam acara SARI PERS INTERNASIONAL dari SJDW kali ini. Kemudian akan kami ketengahkan ulasan harian Jerman dan Internasional lainnya mengenai adanya rencana serangan teror terhadap Presiden Jerman Johannes Rau dalam lawatannya di Jibuti, Afrika. Baiklah kami mulai dengan tema pertama, Uni Eropa dan perang melawan terorisme. Harian Perancis LE FIGARO yang terbit di Paris menurunkan ulasannya berjudul " Eropa harus mengkoordinir perang anti teror". Selanjutnya kami baca:

SPR: Berapa banyak lagi korban yang tidak berdosa akan berjatuhan , sampai negara-negara barat benar-benar melakukan tindakan yang efektif dalam memerangi terorisme?. Ketimbang mengeritik pembatasan berkunjung ke Amerika Serikat, lebih baik meningkatkan koordinasi dalam tindakan yang akan dilakukan. Pelaku teroris tidak mengenal tapal perbatasan negara. Beberapa orang yang dicurigai terlibat serangan bom di Madrid, telah diketahui lama di Perancis, Maroko, Spanyol dan Amerika Serikat. Kerjasama petugas kepolisian di Maroko dan Spanyol telah memungkinkan segera dicapainya keberhasilan tim pengusut pelaku serangan bom di Madrid.

MOD: Harian Belanda DE VOLKSRANT yang terbit di Den Haag menyoroti pembentukan koordinator anti teror Uni Eropa. Dalam tajuknya harian ini menggambarkan koordinatornya sebagai seorang Tsar tanpa pakaian. Kami kutip:

MOD:Mengapa negara-negara Uni Eropa begitu sulit untuk mewujudkan kerjasama dibidang keamanan?. Kesepakatan dibidang anti teror hendaknya secepat mungkin diterapkan dalam undang-undang dimasing-masing negara. Tapi terdapat kesulitan besar. Dinas rahasia dari negara-negara besar tidak bersedia memberikan informasi yang peka kepada negara lainnya. Dengan demikian tidak mengherankan bila tidak ada yang dapat diharapkan dari koordinator anti teror yang dibentuk Uni Eropa. Akhirnya seperti seorang Tsar tanpa pakaian.

MOD: Dalam memerangi terorisme dilingkungan Uni Eropa, sangat kurang terjalin kerjasama diantara negara-negara anggota. Demikian ditulis harian Belgia DE STANDAART yang terbit di Brüssel. Selanjutnya kami baca:

SPR: Yang diduga pelaku utama dalam serangan bom di Madrid dipantau oleh dinas rahasia dari lima negara, tapi ia lolos. Apakah setelah serangan teror tanggal 11 September 2001 di Amerika Serikat, Eropa bersikap ceroboh? Ancaman teroris di Eropa selalu luput dari perhatian . Uni Eropa tidak lagi mengenai tapal perbatasan antara negara anggota. Dan ini mempermudah untuk bepergian. Para pakar membicarakan, anggota kelompok militan dan teror dengan mudah dapat memasuki Eropa untuk mendapatkan dukungan dana, bahan ledak, kaki tangan dan ideologi. Antara polisi dan dinas rahasia dinegara anggota Uni Eropa sangat kurang dijalin kerjasama.

MOD:Baiklah kita masuki sekarang tema yang kedua. Yakni rencana serangan teror terhadap Presiden Jerman Johannes Rau. Sehubungan dengan adanya laporan mengenai serangan tersebut, Presiden Jerman membatalkan lawatannya di Jibuti, negara terakhir yang akan dikunjunginya dalam lawatan kenegaraan di Afrika. Setelah kunjungannya dibatalkan, Presiden Johannes Rau langsung kembali ke Berlin. Keputusan membatalkan kunjungannya di Jibuti, dengan alasan adanya ancaman serangan teror, dikritik harian Austria SALZBURGER NACHRICHTEN yang terbit di Salzburg. Selanjutnya kami baca:

MOD: Pada kenyataannya, Presiden Johannes Rau terlalu cepat mendengar saran dari tim pengamanannya. Ini setidaknya memberikan kesan kepada satuan marinir Jerman yang ditempatkan di Jibuti, bahwa keselamatannya lebih penting dari keselamatan prajurit yang harus tetap tinggal dikawasan dimana Presiden dan rombongannya merasa tidak aman. Disamping itu hendak menunjukkan bahwa ada serangan teror berbahaya. Ini setidaknya mendokumentasikan bahwa politisi Jerman menyingkir segera setelah adanya ancaman bahaya. Tapi itu kemungkinan itu tidak hanya dilakukan oleh pejabat tinggi Jerman, melainkan juga oleh pejabat tinggi dari negara lainnya.

MOD: Mengenai tema yang sama kami kutip komentar harian-harian Jerman. Pertama-tama kami kutip komentar harian OSTSEE ZEITUNG yang terbit di Rostock:

SPR: Kelompok teror Islam telah mendikte hasil pemilihan umum di Spanyol. Sekarang juga mendikte rencana lawatan Presiden Jerman. Peringatan serangan teror dalam kunjungan Presiden Rau di Jibuti, semakin menunjukkan tanda bahaya bahwa ancaman kelompok militan Islam internasional semakin mendekat.

MOD: Harian NEUE WESTFÄLISCHE yang terbit di Bielefeld, tidak memahami mengapa Presiden Johannes Rau yang diancam serangan teror. Kami kutip:

SPR: Tidak diduga, Johannes Rau, yang selalu mendukung toleransi dan perujukan antar agama, dijadikan sasaran serangan teror, seperti yang disampaikan Dinas Rahasia. Ini semakin memperjelas, bahwa bagi teroris, siapa yang tidak berpihak kepada mereka, adalah musuh.