Para pemimpin Uni Eropa telah mengakhiri 12 jam pembicaraan "sengit" di Brussels dengan kesepakatan tentang migrasi. Apa saja yang disepakati?
Iklan
Para pemimpin Uni Eropa (UE) mencapai kesepakatan inovatif terkait migrasi setelah pembicaraan yang berlangsung sepanjang malam di Brussels, Presiden Dewan UE Donald Tusk mengumumkan pada hari Jumat (29/06).
Perjanjian ini disebut-sebut sebagai hal yang bisa menguntungkan atau merugikan masa depan Kanselir Jerman Angela Merkel di tengah perselisihan dengan Menteri Dalam Negerinya, Horst Seehofer.
Apa yang terjadi sejauh ini:
Tusk menulis di Twitter: "Para pemimpin EU28 telah setuju pada keputusan #euco [European Council/Dewan UE] termasuk migrasi."
Kesepakatan itu mengandung peraturan terkait pusat penerimaan migran tertutup di dalam blok UE. Negara-negara UE yang bersedia mendirikan pusat penerimaan migran tersebut akan memproses para migran dan pencari suaka di wilayah mereka.
Kesepakatan juga mengusulkan pengecekan kelayakan migran untuk menentukan apakah mereka layak mengajukan permohonan suaka sebelum mereka mencapai UE. Negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah akan ditawarkan bantuan keuangan oleh UE. Sebagai gantinya, negara-negara tersebut harus mendirikan pusat pengecekan yang dinamai "platform disembarkasi regional".
Merkel mengatakan para pemimpin juga setuju akan adanya pemeriksaan internal yang lebih kuat untuk menghentikan pencari suaka yang memilih secara bebas negara UE untuk mengajukan permohonan suaka.
Para pemimpin UE setuju untuk membayar lagi 3 milyar euro kepada Turki untuk mendukung upaya Ankara menjauhkan para migran dari Eropa.
"Kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan"
Merkel mengatakan dia "optimis" bahwa UE dapat terus bekerja untuk menyelesaikan masalah migrasi setelah UE mengirim "sinyal baik" untuk menyetujui posisi bersama. "Kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjembatani berbagai pandangan," tambah Merkel.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, "Kerja sama Eropa menang hari ini. Eropa harus hidup dengan tekanan migrasi untuk waktu yang lama. Kita harus berhasil dalam menghadapi tantangan ini sambil tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kita."
Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan, "Kami telah lama menyerukan tentang kawasan perlindungan, zona aman, pusat pendaratan, atau apapun nama tempatnya, di luar Eropa - ide ini sekarang telah menjadi kenyataan."
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan "Eropa selangkah demi selangkah" mengatasi tantangan migrasi dan bahwa kesepakatan tentang migrasi oleh para pemimpin UE "diperlukan."
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan "Italia tidak lagi sendirian" dalam usaha melawan migrasi yang tidak teratur dari Afrika Utara dan Timur Tengah.
Foto Ikonik Krisis Pengungsi Di Eropa
Jutaan pengungsi hijrah ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016. Pemberitaan migrasi gelap dan penderitaan para pengungsi beberapa tahun terakhir turut mempengaruhi opini publik di Eropa.
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
Upaya mempertahankan hidup
Pengungsian dan penderitaan: Ratusan ribu orang, kebanyakan berasal dari Suriah, masuk ke Yunani dari Turki tahun 2015 dan 2016. Sekitar 10.000 orang terdampar di pulau Lesbos, Chios dan Samos. Tahun 2017, tercatat sudah lebih dari 6.000 pengungsi yang datang dari Januari sampai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/A. Messinis
Berjalan kaki menembus Eropa
Tahun 2015 dan 2016, lebih satu juta orang mencoba mencapai Eropa Barat dari Yunani atau Turki melalui rute Balkan - lewat Makedonia, Serbia dan Hungaria. Aliran pengungsi hanya terhenti ketika rute ini ditutup secara resmi. Saat ini, sebagian besar pengungsi memilih rute Mediterania yang berbahaya dari Libya ke Eropa.
Foto: Getty Images/J. Mitchell
Kemarahan global
Gambar ini mengguncang dunia. Mayat bocah Aylan Kurdi berusia tiga tahun dari Suriah hanyut di pantai di Turki, September 2015. Foto ini tersebar luas dengan cepat lewat jejaring sosial dan menjadi simbol krisis pengungsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Kekacauan dan keputusasaan
Kerusuhan di menit-menit terakhir: Ribuan pengungsi mencoba masuk ke dalam bus yang sudah penuh sesak dan kereta api di Kroasia setelah mengetahui rute melalui Eropa akan segera ditutup. Pada Oktober 2015, Hongaria menutup perbatasannya dan membuat kamp penampungan tempat pengungsi tinggal selama proses pendaftaran suaka.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Perbatasan ditutup
Penutupan resmi rute Balkan bulan Maret 2016 menyebabkan kondisi kacau-balau di seberang perbatasan. Ribuan pengungsi yang terdampar mulai marah dan putus asa. Banyak yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan segala cara, seperti para pengungsi ini di perbatasan Yunani-Makedonia tak lama setelah perbatasan ditutup.
Seorang anak berbalut debu dan darah: Foto Omran yang berusia lima tahun mengejutkan publik saat dirilis tahun 2016. Ini menjadi gambaran kengerian perang saudara dan penderitaan rakyat di Suriah. Setahun kemudian, gambar-gambar baru Omran beredar di internet dalam kondisi yang sudah lebih baik.
Foto: picture-alliance/dpa/Aleppo Media Center
Belum tahu tinggal di mana
Seorang pria Suriah membawa putrinya di tengah hujan di perbatasan Yunani-Makedonia di Idomeni. Dia berharap bisa hidup aman dengan keluarganya di Eropa. Menurut peraturan Dublin, permohonan suaka hanya bisa diajukan di negara pertama tempat pengungsi menginjak Eropa. Yunani dan Italia menanggung beban terbesar.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Mengharapkan pertolongan
Jerman tetap menjadi tujuan utama para pengungsi, meski kebijakan pengungsi dan suaka di Jerman sejak munculnya arus pengungsi diperketat. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman tetap terbuka bagi pengungsi. Sejak 2015, Jerman telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Kanselir Merkel jadi ikon harapan bagi banyak pengungsi baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Situasi darurat di penampungan
Di utara Prancis, pihak berwenang membersihkan "hutan" yang terkenal di Calais. Kamp itu terbakar saat dilakukan evakuasi bulan Oktober 2016. Sekitar 6.500 penghuninya disalurkan ke tempat-tempat penampungan lain di Perancis. Setengah tahun kemudian, organisasi bantuan melaporkan banyak pengungsi anak-anak yang menjadi tunawisma di sekitar Calais.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Laurent
Tenggelam di Laut Tengah
Kapal penyelamat organisasi bantuan dan pemerintah setempat terus melakukan pencarian kapal migran yang terancam tenggelam. Meski pelayaran sangat berbahaya, banyak pengungsi tetap berusaha melarikan diri dari konflik dan kemiskinan. Mereka berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa. Pada tahun 2017 ini saja, sudah 1.800 orang meninggal di perjalanan. (Teks: Charlotte Hauswedell/hp,rn)
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
10 foto1 | 10
Tembok virtual
Rincian mengenai platform disembarkasi regional masih samar, tetapi rencana yang diusulkan UE ini melibatkan pendirian "tembok virtual" di Timur Tengah dan Afrika Utara dengan menempatkan orang-orang yang mencoba untuk pergi ke Eropa di pusat penampungan migran di negara-negara seperti Aljazair, Mesir, Libya, Maroko dan Tunisia. Dana UE akan digunakan untuk membujuk negara-negara tersebut untuk menandatangani kesepakatan, meskipun belum ada negara Afrika Utara yang berminat sejauh ini.
Direktur migrasi dan pengawasan perbatasan Maroko, Khalid Zerouali, mengatakan kepada The Associated Press bahwa negaranya tidak tertarik untuk mendirikan stasiun pengecekan migran dan mengatakan "hal itu bukan solusi."
Para migran terkadang menggunakan Maroko sebagai titik lompatan untuk menjangkau Spanyol, wilayah dimana terdapat lonjakan migran yang datang melalui laut ke Eropa tahun ini. Zerouali mengatakan bahwa tahun ini sekitar 25.000 migran telah berhasil dihentikan untuk menyebrang laut Mediterania.