1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

041010 ASEM Auftakt deutsch

5 Oktober 2010

Dalam Pertemuan Puncak Asia-Eropa ASEM tidak hanya membahas masalah seputar ekonomi dan perdagangan, namun juga situasi politik negara-negara Asia dan lingkungan hidup.

Sebagian peserta ASEMFoto: AP

Sementara raja Belgia Albert II masih mencari pemimpin yang tepat bagi pemerintahan baru di Belgia, setelah pemilihan parlemen digelar beberapa bulan yang lalu, beliau sudah menerima sedikitnya 40 wakil pemerintahan dari Eropa dan Asia di istana kota Brussel.

Secara keseluruhan negara anggota ASEM menguasai 60 persen perdagangan dunia. 28 persen komoditi eskpor Uni Eropa dikirim ke negara-negara ASEM di Asia, sebaliknya 44 persen komoditi ekspor Asia dikirim ke UE. Tidak mengherankan, UE dan negara-negara Asia mempunyai kepentingan khusus untuk bekerja sama dan mencari solusi. Dalam pidato pembukaannya Presiden Dewan UE Hermann Van Rompuy sempat meretrospeksi ke masa lalu ketika ASEM dibentuk. Hermann Van Rompuy, "sejak ASEM didirikan tahun 1996, Asia membuktikan kekuatannya di sektor ekonomi dan ratusan ribu orang berhasil dientaskan dari kemiskinan. Di panggung dunia, Asia sungguh unggul. Tetapi, Eropapun banyak berubah selama 14 tahun ini. Itu, juga karena negara-negara Barat dan Timur bersekutu.“

Pekan ini ASEM mendapat tambahan anggota baru yang cukup penting, yakni Rusia, Selandia Baru dan Australia. Ketika menghadiri sebuah pertemuan terpisah dengan wakil-wakil UE, perdana menteri baru Australia Julia Gillard tidak berbicara panjang lebar. Ia langsung menyodorkan sejumlah usula, "hari ini kami merundingkan sebuah kerja sama yang lebih erat di sektor penelitian, pengembangan dan inovasi. Terutama pada bidang inovasi Australia cukup kuat. Dan saya tahu, bahwa inovasi adalah kegemaran khusus di Eropa. Kerja-sama negara-negara UE terpusat di penelitian dan pengembangan.“

Tema-tema terpenting yang dibahas dalam pertemuan ASEM adalah hubungan niaga dan mencarikan solusi mengatasi kemelut krisis keuangan dan ekonomi global. Hampir semua negara ASEM mengalami krisis keuangan dan ekonomi.

Namun, yang dirundingkan tidak hanya seputar ekonomi dan perdagangan. Juga misalnya, situasi politik negara-negara ASEM. Dalam kesempatan ini, Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva memaprkan rencananya kepada wakil-wakil UE tentang usaha meredakan situasi di Thailand karena masih mengalami perpecahan politik. Abhisit Vejjajiva, „kami sangat menghargai dukungan UE untuk kesepakatan rekonsiliasi Thailand. Kami yakin, Thailand berada di jalan yang benar menuju ke stabilisasi dan perdamaian.“

Tidak semua pemimpin pemerintah seperti PM Thailand terbuka untuk mendengarkan usulan dari UE. Wakil pemerintah Birma yang mendapat dukungan dari pemerintah Cina misalnya, berusaha agar rezim militer Birma tidak dikritik secara langsung. Dan itu, bukan contoh satu-satunya. Ini menunjukkan, bahwa bentrokan budaya juga terjadi di dalam pertemuan ASEM.

Christoph Hasselbach / Andriani Nangoy

Editor: Vidi Legowo-Zipperer

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait