Uni Eropa mendapat kecaman dari organisasi hak asasi manusia terkait politik pengungsi di Laut Tengah. Dalam kecelakaan terbaru sekitar 400 pengungsi ilegal asal Afrika diduga mati tenggelam.
Iklan
Organisasi pembela hak asasi manusia Amnesty International mengecam Uni Eropa yang pada 2014 silam menghentikan bantuan keuangan buat operasi bantuan darurat di Laut Tengah Mare Nostrum yang digagas Italia . "Dengan begitu ratusan ribu nyawa pengungsi dan pencari suaka yang melintasi Laut Tengah terancam," ujar Jeans-Francois Dubost penaggung jawab masalah pengungsi AI di Paris.
Organisasi HAM itu melaporkan, operasi Mare Nostrum memungkinkan penyelamatan lebih 170.000 jiwa imigran ilegal yang mencoba memasuki Eropa dari Afrika lewat Laut Tengah. Misi penyelamatan itu diganti misi penjaga pantai dan perbatasan Eropa Triton pada 2014 lalu.
Operasi Triton sudah dikritik bulan Februari lalu, saat melaporkan kemungkinan karamnya sebuah perahu yang mengangkut 300 pengungsi. Organisasi HAM juga mengritik, dengan misi Triton sebagai pendukung lembaga penjaga perbatasan Frontex, Eropa menerapkan politik isolasi dan menutup perbatasannya. "Ini pelanggaran berat hak asasi manusia," tuding lembaga pembela HAM.
Penantian Abadi di Calais
Calais di utara Perancis dibanjiri oleh pengungsi yang berusaha menyebrang ke Inggris. Kebanyakan gagal dan terpaksa kembali. Inggris menolak mereka, Perancis serupa saja. Calais pun menjadi tempat penampungan abadi.
Foto: Reuters/P. Wojazer
Tanpa Sambutan di Negeri Orang
Papan sambutan ini dipajang buat wisatawan dan supir truk yang melintas, tapi bukan buat pengungsi. Pemerintah kota yang bekerjasama dengan kepabeanan Inggris berbuat banyak untuk mencegah serbuan pengungsi dari Afrika dan Timur Tengah itu. Kendati anggota Uni Eropa, Inggris tidak termasuk dalam Schengen. Sebab itu London menggelontorkan duit jutaan Poundsteerling buat mengamankan perbatasan.
Foto: AFP/Getty Images/Philippe Huguen
Lewat Pelabuhan ke Negeri Sebrang
Pagar tinggi yang dilengkapi dengan kawat berduri ini melindungi kawasan pelabuhan dari "tamu tak diundang". Karena banyak pengungsi berupaya menyusup ke kapal feri yang berangkat dari Calais ke Inggris.
Foto: Reuters/P. Wojazer
Menyusup Diam-diam
Lantaran penjagaan yang ketat, sebagian besar pengungsi menunggu di pinggir jalan masuk ke pelabuhan. Mereka mengincar truk atau rumah mobil. Ketika macet, para pengungsi itu berupaya menyusup masuk ke dalam kendaraan tanpa sepengetahuan supirnya.
Foto: Reuters/P. Wojazer
Menunggu Keteledoran
Seorang pria berusaha bersembunyi di ruang pengemudi sebuah truk ketika sang supir lengah. Menurut pemerintah, setiap hari lebih dari 40 pengungsi tertangkap tangan sedang menyusup secara ilegal. Jika ketahuan, polisi perbatasan Inggris akan mengenakan uang denda dalam jumlah besar pada supir.
Foto: AFP/Getty Images/Denis Charlet
Kumuh di Calais
Jika tertangkap, pengungsi lantas dikembalikan ke kamp. Mereka kemudian menunggu kesempatan berikutnya. Selama itu para pengungsi dibiarkan hidup di tenda-tenda buatan sendiri. Musim dingin yang mendera mempersulit hidup pengungsi di Calais.
Foto: Reuters/P. Wojazer
Makanan Seadanya
Seorang pengungsi dari Sudan terlihat memasak hidangan sederhana dengan perlengkapan ala kadarnya. Terkadang sukarelawan datang dan menawarkan sup hangat buat para pengungsi.
Foto: Reuters/P. Wojazer
Dukungan dari Warga Lokal
Sekelompok warga Perancis turun ke jalan buat menyuarakan dukungan kepada pengungsi. Mereka menyamakan kondisi mereka dengan pengungsi Perang Dunia I, di mana banyak penduduk Perancis yang terusir. Demonstran menuntut pemerintah meruntuhkan pagar di sekitar pelabuhan.
Foto: Reuters/P. Wojazer
7 foto1 | 7
Kewalahan
Pasukan penjaga pantai Italia yang terutama menangani dan menyelamatkan para pengungsi lewat Laut Tengah kini terlihat kewalahan sendirian menghadapi permasalahan. "Kami tidak memiliki cukup kapal dan perahu untuk penyelamatan imigran ilegal asal Afrika itu," ujar Salvatorre di Grande komandan pasukan penjaga pantai di pulau Lampedusa.
Pekan ini saja penjaga pantai Italia menahan 42 kapal yang mengangut 6.500 pengungsi ilegal yang melayari kawasan Laut Merah untuk mencapai Eropa. Kebanyakan menggunakan kapal bobrok yang kelebihan muatan. Selain itu penjaga pantai juga menyelamatkan 145 pengungsi dari sebuah kapal yang karam.
Selain penjaga pantai yang kewalahan, para nelayan di seputar Pulau Lampedusa yang jadi tujuan utama pengungsi mengalami trauma berat. Mereka kini makin sering harus mengevakuasi jenazah para migran yang mati tenggelam di laut. Juga mereka menyatakan sedih dan terpukul, saat melihat puluhan orang nyaris mati tenggelam tapi tak mampu menolong.