1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Ingin Tingkatkan Kerja Sama Keamanan dengan Asia

10 Juni 2022

Uni Eropa berusaha meyakinkan negara-negara di Asia-Pasifik bahwa mereka adalah aktor keamanan yang bisa diperhitungkan. Tapi saat ini, sulit untuk meyakinkan mitra-mitra di kawasan tentang keseriusan Eropa.

Josep Borrell
Pejabat Tinggi Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell batal hadir di KTT Shangri-La Dialogue di SingapuraFoto: Nicolas Economou/NurPhoto/picture alliance

Kepala kebijakan luar negeri dan keamanan Uni Eropa, Josep Borrell, terpaksa membatalkan kehadiran di KTT pertahanan Shangri-La Dialogue di Singapura akhir pekan ini, setelah dinyatakan positif COVID-19. Padahal Uni Eropa di ajang itu ingin menunjukkan kepada mitra-mitranya di kawasan, bahwa kemitraan Uni Eropa-ASEAN dan kerja sama keamanan tidak akan terganggu sekalipun Eropa sedang sibuk dengan perang di Ukraina.

Shangri-La Dialogue di Singapura adalah KTT pertahanan paling bergengsi di Asia yang diselenggarakan setiap tahun oleh lembaga pemikir International Institute for Strategic Studies (IISS) dan tahun ini berlangsung 10-12 Juni. Pidato utama akan disampaikan oleh menteri pertahanan Cina, Wei Fenghe, menteri pertahanan AS, Lloyd Austin, dan Perdana Menteri Jepang, Kishida Fumio. Prancis, Jerman dan Inggris juga diharapkan mengirim delegasi tingkat tingginya.

Uni Eropa tadinya berharap bisa memperkenalkan kontribusinya untuk keamanan di Asia-Pasifik. Pada 12 Juni, sesi pleno akan digelar dengan tema "Tantangan Bersama untuk Pertahanan Asia-Pasifik dan Eropa."

Strategi Uni Eropa untuk Asia-Pasifik

September tahun lalu, Uni Eropa merilis kertas strategi Kerjasama di Asia-Pasifik dan dengan tegas menyatakan mereka "berniat untuk meningkatkan keterlibatannya dengan kawasan itu." Konflik maritim, keamanan siber dan kontraterorisme adalah tiga bidang utama yang diprioritaskan, kata Nicola Leveringhaus, sspesialis keamanan Asia Timur di Departemen Studi Perang di King's College London.

Bulan Februari lalu, kapal fregat Jerman bernama Bayern baru saja kembali ke negaranya setelah ditempatkan selama tujuh bulan di Asia-Pasifik, dengan penugasan melakukan operasi untuk mendukung kebebasan navigasi dan latihan bersama dengan angkatan laut Australia, Singapura, Jepang, dan AS. Prancis dan Inggris sebelumnya telah mengerahkan kapal angkatan laut ke wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Uni Eropa dan Jepang pada Oktober tahun lalu menggelar latihan angkatan laut bersama di lepas pantai Teluk Aden dan Laut Arab. Pada KTT Uni Eropa-Jepang bulan lalu, kedua belah pihak berjanji untuk "lebih meningkatkan konsultasi yang sudah erat tentang keamanan dan pertahanan."

"Keamanan Asia-Pasifik juga sangat penting bagi Uni Eropa karena kaitannya dengan Cina dan Amerika Serikat," kata Nicola Leveringhaus. "Polarisasi persaingan geopolitik AS-Cina di kawasan itu memperumit tantangan keamanan di sana serta konsekuensinya bagi Uni Eropa dan negara-negara anggotanya," tambahnya.

KTT AS-ASEAN di Washington, 12 Mei 2002Foto: Drew Angerer/Getty Images

Apakah Uni Eropa punya pengaruh?

Di Shangri-La Dialogue, perwakilan UE diharapkan akan berbicara tentang pentingnya hubungan dengan ASEAN, dukungan berkelanjutan untuk kampanye vaksinasi COVID-19 dan soal keamanan siber.

Pada 2019, Vietnam menjadi negara Asia kedua setelah Korea Selatan yang menandatangani Framework Participation Agreement bidang keamanan dengan Uni Eropa. Tahun lalu, Singapura bergabung dengan Prakarsa European Union's Enhanced Security Cooperation In and With Asia (ESIWA), sebuah proyek keamanan yang disponsori Kantor Luar Negeri Jerman dan Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis. Prakarsa ini juga melibatkan India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan dan Vietnam.

Tahun 2022 menandai peringatan 45 tahun hubungan antara Uni Eropa dan ASEAN. Namun hanya 0,8% elit Asia Tenggara yang menganggap Uni Eropa punya bobot politis dan strategis di kawasan ini, menurut survei tahunan Asia Tenggara yang diterbitkan oleh ISEAS–Yusof Ishak Institute di Singapura. Hanya 16% yang mengatakan mereka memiliki kepercayaan kuat pada Uni Eropa untuk mempertahankan ketertiban berdasarkan hukum internasional, turun jauh dari 32% tahun lalu.

Uni Eropa masuh harus menempuh jalan panjang untuk meyakinkan mitra regional di kawasan mengenai pentingnya kerja sama keamanan, terutama di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Cina. Ketidakhadiran Josep Borrell di KTT Shangri-La Dialogue makin menyulitkan pada diplomat Uni Eropa menegaskan itu. (hp/vlz)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait