Setelah buka pintu bagi pengungsi Suriah, Jerman tetapkan kontrol di perbatasan untuk atur arus pengungsi yang datang. Sementara itu pertemuan para menteri dalam negeri di Brussel tidak berikan solusi berarti.
Iklan
Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel mengatakan kemampuan Jerman untuk menerima pengungsi ada batasnya, dan Eropa telah "mempermalukan diri sendiri" dengan gagal menyetujui bagaimana menangani krisis. "Saya pikir tidak ada alternatif lagi, selain menetapkan beberapa tempat di Yunani, Hongaria dan Italia, di mana proses suaka bisa diputuskan, kemudian pembagian ke negara-negara lain bisa dilaksanakan." Demikian Gabriel.
Sementara itu Hongaria telah menutup perbatasan dengan Serbia. Kini jalan yang dulu terbuka bagi ribuan pengungsi untuk tiba di Hongaria dan melanjutkan perjalanan ke Jerman sudah tertutup.
Polisi menyatakan, lebih dari 4.500 pencari suaka mencapai Jerman dengan menggunakan kereta api Senin (15/09) walaupun kontrol sudah dilaksanakan kembali di perbatasan dengan Austria. Bulan ini saja, pencari suaka yang datang hampir 92.000 orang. Jerman selama ini menuntut agar semua negara anggota Uni Eropa ikut memikul beban menanggung penungsi, dan kuota jumlah pengungsi ditetapkan. Tetapi negara-negara yang selama ini hanya menerima sedikit pengungsi tetap menolak penetapan kuota.
Sejak Senin kemarin sekitar 22.000 orang pengungsi tiba di Austria. Pejabat berwenang di Austria mengatakan 350 tiba di kota Salzburg hanya dalam waktu sejam, dan sebuah kereta api sudah menunggu untuk membawa lebih banyak pengungsi lagi ke München, Jerman. Perempuan dan anak-anak kecil diijinkan naik kereta. Juru bicara kota Salzburg mengatakan, sekarang situasi masih bisa dikontrol, tetapi ini bisa berubah dalam beberapa menit saja.
Jerman kini mendesak agar Uni Eropa mempertimbangkan menetapkan tekanan finansial atas negara-negara yang enggan menerima pengungsi dalam jumlah yang layak. Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maiziere bahkan merujuk pada kenyataan bahwa negara-negara Eropa Timur yang menolak menerima pengungsi adalah negara-negara yang menerima dana bantuan pembangunan dari Uni Eropa.
Sementara itu di jejaring sosial semakin banyak orang menyatakan keheranan akan negara-negara Arab yang tidak bersedia menerima pengungsi.
Seorang netizen mengungkap di Twitter, bahwa Arab Saudi punya 100.000 tenda yang dilengkapi pendingin ruangan, dan bisa menampung banyak pengungsi Suriah. Ia mempertanyakan, mengapa pengungsi tetap jadi masalah Eropa. Seorang pengungsi Suriah mengecam Arab Saudi dan Katar yang dinilainya bukan Muslim. Ia juga mengajak kaum Muslim untuk melihat Jerman, yang katanya sudah membuka hati dan rumah bagi pengungsi.
Cara Jerman Menolong Pengungsi
Hampir setiap hari ada tempat penampungan pengungsi yang dibakar di suatu tempat di Jerman. Tapi di samping berita buruk seperti itu, ada berita bagus. Yaitu bagaimana ribuan warga Jerman ulurkan tangan bagi pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Endig
Pesta Penyambutan
Pengungsi dan sukarelawan menari bersama dalam pesta penyambutan. 600 pemohon suaka di Heidenau ditempatkan di gedung bekas toko bahan bangunan, dan dilindungi pagar tinggi. Sebelumnya mereka takut meninggalkan tempat penampungan, karena kelompok ekstrem kanan mengadakan perusakan dan meneriakkan kecaman berhari-hari. Pesta diorganisir ikatan Dresden Bebas dari kelompok NeoNazi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Willnow
Selamat Datang di Sylt
Joachim Leber (tengah) membimbing keluarga dari Suriah ini. Ia adalah anggota organisasi Integrationshilfe Sylt (bantuan integrasi Sylt). Di pulau itu sekitar 120 pengungsi ditampung. Sebagian besar dari mereka berasal dari Afghanistan, Somalia dan Suriah. Sukarelawan mengajar mereka bahasa Jerman, memberi sokongan moral, dan jadi anggota keluarga. "Jerman juga dibantu setelah PD II," kata Leber.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Marks
Klub Sepak Bola Welcome United O3
Henning Eich dari klub Lok Potsdam menyambut para pemain dari klub Welcome United 03. Inilah tim sepak bola pertama Jerman yang sepenuhnya terdiri dari pengungsi. Klub ini langsung menang 3:2 dalam pertandingan lawan klub Lok Potsdam. Mereka bisa ikut main karena upaya klub SV Babelsberg . "Sepak bola menyatukan," kata Manja Thieme, yang mengurus tim internasional beranggotakan 40 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Mehlis
Sepeda bagi Pengungsi
Tobias Fleiter memompa ban sepeda bagi seorang pengungsi dari Togo. Proyek "Bikes without Borders" adalah inisiatif dua sukarelawan. Awalnya mereka hanya punya lima sepeda. Sekarang tim sudah beranggotakan 15 sukarelawan, dan sudah memperbaiki serta menyediakan 200 sepeda. Inisiatif di Karlsruhe ini beri kesempatan kepada pemohon suaka untuk punya sarana transportasi.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Deck
Aman di Jalan
Bagaimana caranya naik kereta dari A ke B? Apa artinya tanda-tanda ini? Di mana saya bisa beli karcis? Itu dipelajari pengungsi dari Suriah di Halle, negara bagian Sachsen-Anhalt, di stasiun utama kota itu. Seorang polisi juga menunjukkan, bahwa mereka harus berdiri di belakang garis putih, jika sebuah kereta datang. Jika tidak bisa berbahaya.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Ikatan Perenang Pertama bagi Pengungsi
Di Schwäbisch Gmünd, pengungsi bisa belajar berenang. Ludwig Majohr (pakai topi) memberikan pelajaran berenang. Ikatan yang baru didirikan terutama harus mendorong integrasi, demikian Majohr. "Kami para perenang saling bantu", kata sukarelawan lain, Roland Wendel. "Kami tidak menanyakan nasionalitas." Delapan orang yang sudah pensiun dari profesi mereka aktif membantu pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Puchner
Bayi Pengungsi Pertama
49 sentimeter, 3.000 gram. Sophia nama bayi perempuan ini. Ia adalah bayi pertama, yang lahir di kapal angkatan bersenjata Jerman "Schleswig-Holstein". Ibunya, Rahmar Ali dari Somalia, jadi pengungsi yang beruntung mendapat bimbingan dokter menjelang melahirkan. "Dalam momen seperti inilah orang merasakan telah melakukan sesuatu yang berguna," kata seorang tentara, yang hadir saat Sophia lahir.
Foto: Reuters/Bundeswehr/PAO Mittelmeer
#WelcomeChallenge
Dengan tagar ini, lewat YouTube dan Facebook sekelompok orang yang memberikan bantuan sukarela menyerukan lebih banyak orang untuk ikut aktif. Mereka yang menolong, sumbangkan foto aksinya. Koki kenamaan Sarah Wiener juga diminta membantu. Ia membawa 150 porsi sup dan roti ke tempat penampungan di Berlin dan membaginya dengan senyum.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Fischer
Bahasa Jerman untuk Sehari-Hari
Sebagi salah satu sukarelawan, Karl Landherr mengajarkan bahasa Jerman kepada seorang pemohon suaka di Thannhausen, Bayern. Landherr yang pensiunan kepala sekolah bersama beberapa rekan juga membuat buku untuk belajar bahasa Jerman bagi pengungsi. Bukunya berorientasi pada hidup sehari-hari, berisi banyak tips, dan sekarang digunakan di seluruh Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Puchner
Aktif di Tempat Penampungan Pakaian
Di tempat penampungan pengungsi di Berlin semua tempat penuh. Sebelumnya sudah ada tiga tempat baru yang dibuka. Salah satunya adalah sekolah Teske di Berlin Schöneberg yang tidak digunakan. Gedung ini bisa tampung 200 orang. Banyak sukarelawan juga aktif di sini, misalnya untuk mengatur tempat penampungan pakaian hasil sumbangan.