1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Kirim Pasukan ke Chad dan Rep. Afrika Tengah

29 Januari 2008

Para menteri luar negeri Uni Eropa, Senin (28/01) memberikan lampu hijau bagi pengiriman pasukan perdamaian ke Chad dan Republik Afrika Tengah. Ini adalah misi militer terbesar dalam sejarah Uni Eropa.

Foto: AP

Angelique Kidjo, penyanyi asal Benin adalah duta UNICEF. Beberapa waktu yang lalu ia mengunjungi kamp pengungsi di timur Chad.

“Apa yang saya lihat disana? Yang paling tidak bisa saya lupakan adalah apa yang saya dengar. Cerita tentang pemerkosaan terhadap perempuan, penembakan para suami dan anak-anak, pemenggalan kepala bayi berusia 40 hari. Saya tidak tahu, kapan saya bisa berhenti memikirkannya.”

Organisasi bantuan pengungsi PBB lah yang mendirikan kamp pengungsi di Chad dan di Republik Afrika Tengah. Ratusan ribu pengungsi dari Sudan, Republik Afrika Tengah dan Chad mencari perlindungan disana. Mereka memperoleh air, makanan dan rasa aman dari kelompok bersenjata yang selalu mengancam para pengungsi dan mencuri dari pasukan bantuan.

Pasukan Eropa EUFOR diharapkan dapat menghentikan hal tersebut. Mereka juga diharapkan suatu saat nanti bisa membantu pengungsi kembali ke negara asal mereka. Berikut keterangan Jan Peter Stellema dari 'Dokter Lintas Batas’ di Chad Timur.

"Mereka ingin membajak sawah mereka dan menggembala sapi. Mereka ingin membesarkan anak mereka. Mereka ingin kembali ke kehidupan mereka yang dulu. Tetapi mereka tahu, bahwa hal ini tidak akan terjadi tanpa jaminan keamanan.”

3700 tentara EUFOR yang akan menjamin keamanan. Lebih dari setengah anggota pasukan adalah tentara Prancis. Tidak ada tentara dari Jerman. Berlin hanya terlibat dalam pembiayaan misi ini. Prancis juga lah yang membantu dalam urusan kendaraan, pesawat terbang dan helikopter. Kalau tidak, misi yang direncanakan dimulai November tahun lalu, tidak akan terwujud.

Kenyataan bahwa sebagian besar tentara Prancis yang diturunkan, bisa menimbulkan masalah. Karena Chad yang bekas koloni Prancis akan mengamati misi ini secara kritis. Paris dianggap sebagai pendukung Presiden Idriss Deby yang tidak populer. Dan kasus organisasi bantuan Arche de Zoe semakin memperburuk atmosfir anti Prancis.

Annette Rehrl dari organisasi bantuan pengungsi PBB di Chad berpendapat bahwa pasukan EUFOR harus bisa membuktikan hal yang sebaliknya.

“Karena itulah, penting bagi pasukan, bagi kami dan bagi masyarakat setempat, untuk mengumumkan secara jelas, bahwa mereka tidak berada disini untuk mendukung presiden. Dan mereka tidak berada disini untuk turut campur dalam urusan dalam negeri Chad.”

Tetapi tidak banyak waktu yang tersisa bagi kampanye informasi semacam itu. Rabu (30/01), Austria sudah mulai mengirimkan pasukan awal.