1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Uni Eropa Kutuk Rasisme dan Peringatkan Kekuatan Berlebihan

3 Juni 2020

Uni Eropa mengutuk tindakan rasisme dan peringatkan kekuatan berlebihan polisi AS. Sementara itu, Menlu Jerman Heiko Maas akan mengusut dugaan pelanggaran terhadap jurnalis yang meliput protes menentang rasisme di AS.

Protes menentang rasisme, kebrutalan polisi dan pengusutan tuntas kasus kematian George Floyd di Washington DC, AS
Foto: Reuters/J. Ernst

Pejabat tinggi kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan bahwa pembunuhan George Floyd adalah peristiwa yang mencengangkan bagi negara-negara Eropa sama halnya seperti yang dirasakan seluruh warga AS. Borrell juga menggambarkan kematian pria berkulit hitam di tangan polisi tersebut sebagai "penyalahgunaan kekuasaan."

“Kami mengutuk rasisme dalam bentuk apapun…kami percaya pada kemampuan orang Amerika bersatu untuk menyembuhkan sebagai bangsa”.

"Masyarakat harus tetap waspada terhadap penggunaan kekuatan yang berlebihan," kata Borrell kepada wartawan di Brussels, Belgia.

Dia menekankan bahwa warga Eropa "mendukung hak untuk protes damai, dan kami juga mengutuk kekerasan dan rasisme dalam bentuk apapun, dan yang pasti, kami menyerukan untuk mengurangi ketegangan."

Sementara, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan bahwa protes anti kebrutalan polisi di Amerika Serikat (AS) adalah hal yang “dapat dimengerti” dan "lebih dari sah." Maas berharap demonstrasi ini akan memicu perubahan.

"Saya berharap bahwa protes damai tidak berubah lebih jauh menjadi kekerasan, tetapi lebih dari itu saya berharap mereka akan membuat perubahan di Amerika Serikat," tambahnya.

Dia juga menyerukan kebebasan pers bagi wartawan yang meliput aksi protes tersebut. Maas mengatakan bahwa pemerintah Jerman akan menghubungi pihak berwenang AS, untuk menyelidiki dugaan pelanggaran terhadap jurnalis DW yang ditembak proyektil ketika sedang meliput.  

"Setiap kekerasan yang terjadi dalam konteks ini tidak hanya harus dikritik - di atas semua itu harus ditindaklanjuti dan diselidiki sehingga wartawan dilindungi ketika mereka melakukan pekerjaan mereka," kata Maas.

Jurnalis DW Stefan Simons ditembak oleh polisidalam dua situasi yang berbeda, saat meliput protes menentang rasisme di Minneapolis, AS. Dia mengenakan jaket pers saat kedua insiden tersebut terjadi dan telah mengidentifikasi dirinya sebagai seorang jurnalis.

Protes menentang rasisme, kebrutalan polisi dan menuntut pengusutan tuntas kasus kematian George Floyd berlangsung di depan Gedung Putih AS Foto: imago images/UPI Photo/T. Katopodis

‘Saya ingin keadilan’

Istri George Floyd, Roxie Washington pada Selasa (02/06) menuntut keadilan bagi mendiang suaminya. Ia mengatakan bahwa Floyd adalah ayah yang baik dan tidak pantas meninggal tertelungkup di aspal, di bawah tekanan tiga petugas polisi.

Washington yang ditemani putrinya Gianna (6), mengatakan kepada wartawan bahwa ia ingin keempat polisi yang terlibat dalam kematian Floyd untuk “membayar mahal” atas pembunuhan itu. Pembunuhan yang memicu protes besar di seluruh AS dan dunia.

"Pada akhirnya, mereka pulang dan bisa bersama keluarga mereka," kata Washington. "Gianna tidak punya ayah. Dia (Floyd) tidak akan pernah melihatnya tumbuh dewasa, lulus. Dia tidak akan pernah mengantarnya ke altar (menjadi pendamping pengantin).

"Dia mencintainya, dia sangat mencintainya," kata Washington tentang perasaan Floyd untuk putri mereka.

"Aku di sini untuk putriku. Aku di sini untuk George karena aku menginginkan keadilan baginya, dan aku menginginkan keadilan baginya karena dia baik. Tidak peduli apa pun yang dipikirkan orang, dia baik."

New York berlakukan batas jam malam pukul delapan malam waktu setempatFoto: picture-alliance/AP Photo/S. Wenig

New York perpanjang jam malam

Protes damai menentang rasisme, kebrutalan polisi dan menuntut pengusutan tuntas terhadap kematian George Floyd berubah menjadi kerusuhan di malam hari. Para pemimpin di AS mencari cara untuk membendung meningkatnya kerusuhan tersebut dengan memperpanjang jam malam. Demonstran yang masih berada di jalanan melewati batas jam malam akan ditangkap.

New York “Kota yang Tak Pernah Tidur”, memperpanjang jam malam pertamanya sejak Perang Dunia II selama seminggu penuh. Jam malam di New York berlaku setiap pukul delapan malam waktu setempat.

Sementara, Pentagon mengatakan pada Selasa (02/06) telah memindahkan sekitar 1.600 tentara AS ke wilayah Washington.

"Elemen-elemen tugas aktif ditempatkan di pangkalan-pangkalan militer di wilayah ibu kota nasional tetapi tidak di Washington, DC," kata juru bicara Pentagon Jonathan Rath Hoffman dalam sebuah pernyataan.

Hoffman menambahkan pasukan dalam “status siaga tinggi” tetapi “tidak berpartisipasi dalam dukungan pertahanan untuk operasi otoritas sipil.”

pkp/ (Reuters, AFP)