Uni Eropa Larang Pemusnahan Pakaian yang Tidak Terjual
6 Desember 2023
Uni Eropa resmi melarang pemusnahan pakaian yang tidak terjual. Aturan baru itu juga akan memastikan produk lebih ramah lingkungan, lebih mudah diperbaiki, dan didaur ulang.
Iklan
Para negosiator dari Parlemen Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa (UE) pada hari Selasa (05/12) telah berhasil mencapai kesepakatan untuk menghentikan grup ritel raksasa menghancurkan pakaian dan alas kaki yang tidak terjual.
Brussels sedang berusaha untuk mengatasi konsumsi tekstil di Eropa yang menjadi salah satu penyumbang dampak tertinggi keempat terhadap lingkungan dan perubahan iklim setelah makanan, perumahan, dan transportasi.
Perempuan-perempuan Yogyakarta ini Ciptakan Produk Fesyen dari Limbah Tahu
Siapa di antara Anda yang suka tahu atau tofu? Makanan ini banyak disukai, tapi, limbah dari tahu produksi bisa mencemari air. Agar tak cemari lingkungan, perempuan-perempuan di Yogyakarta ubah limbah tahu jadi fesyen.
Foto: XXLAB BIO/SOYA C(O)U(L)TURE
Proyek SOYA C(O)U(L)TURE
SOYA C (O) U (L) TURE adalah sebuah proyek yang diprakarsai oleh XXLAB, inisiatif perempuan yang mengembangkan teknologi open source dan bermarkas di Yogyakarta, Indonesia. Dengan proyek ini, mereka ingin mengurangi pencemaran air dan mengganti bahan-bahan fesyen yang biasanya berasal dari kulit binatang dengan kain yang unik terbuat dari limbah tahu.
Foto: XXLAB BIO/SOYA C(O)U(L)TURE
Merancang 'haute couture'
Salah satu proyek XXLAB adalah SOYA C (O) U (L) TURE. Inisiatif ini menggunakan metode digital dan biologis untuk merancang gaun, bahan kerajinan dan bentuk lain dari 'haute couture' dari proses produksi limbah tahu. Dalam foto ini, Anda bisa lihat bagaimana hasilnya. Tak disangka bukan? Dari limbah buangan bisa jadi busana seperti ini.
Foto: XXLAB BIO/SOYA C(O)U(L)TURE
Berawal dari tahu
Tahu dari kacang kedelai merupakan salah satu makanan favorit orang Indonesia. Ini sehat, karena mengandung banyak protein dan diproduksi dengan menggunakan proses biologis. Di Indonesia, produksi tahu mudah ditemukan, mulai dari industri rumahan sampai pabrik skala besar. Tapi terkadang, proses produksi ini menghasilkan limbah cair yang mencemari dan meracuni air dan sungai.
Foto: AP
Bagaimana prosesnya?
XXLAB mengambil tahu limbah cair produksi tahu dari pabrik pembuat tahu. Mereka mendidihkan limbah cair itu dengan cuka, gula dan pupuk urea. Setelah itu, mereka menambahkan bakteri dan menunggu selama sepuluh hari sampai campuran menjadi selulosa mikroba. Langkah selanjutnya adalah menekan-nekan bahan itu guna mengurangi kandungan air. Setelah itu dibiarkan menjadi kering.
Foto: XXLAB BIO/SOYA C(O)U(L)TURE
Unik, jadi barang komersil
Hasilnya adalah kain-kainan atau bahan fesyen. Semua peralatan dan bahan yang diperlukan untuk memproduksi barang ini pun ongkosnya murah. Dari bahan material ini, mereka tidak hanya memproduksi pakaian tapi juga dompet, sepatu dan tas.
Foto: XXLAB BIO/SOYA C(O)U(L)TURE
Lakukanlah sendiri
Metode pembuatan kain ini adalah salah satu contoh metode DIY (Do It Yourself) dan DIWO (Do It with Others), dengan menggunakan benda sehari-hari. Artinya, setiap orang bisa mencoba melakukannya sendiri di rumah. Proyek ini juga bisa menjadi alternatif bagi praktik ekonomi berkelanjutan untuk menciptakan sumber pendapatan atau untuk meningkatkan pendapatan perempuan di daerah miskin.
Foto: XXLAB BIO/SOYA C(O)U(L)TURE
Pemenang penghargaan
XXLAB didirikan pada tahun 2013. Penggagasnya adalah Irene Agrivina Widyaningrum, Ratna Djuwita, Eka Jayani Ayuningtias, Asa Rahmana dan Atinna Rizqiana. XXLAB tumbuh sebagai usaha kolektif perempuan dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang untuk mengeksplorasi seni, sains dan teknologi dan menggabungkan terapannya.
Foto: XXLAB BIO/SOYA C(O)U(L)TURE
Memerangi polusi dan kemiskinan
Dengan semua proyek mereka, XXLAB mencoba untuk mengeksplorasi solusi kreatif untuk hubungan yang sebelumnya tidak begitu banyak diteliti antara pengelolaan limbah, kekurangan pangan dan bahan bakar atau ketidakamanan, dan pengurangan kemiskinan. Sekali tepuk, bisa mengurangi pencemaran sekaligus memerangi kemiskinan. (Ed: Ayu Purwaningsih/vlz) Foto: XXLAB (SOYA C (O) U (L) TURE))
Foto: XXLAB BIO/SOYA C(O)U(L)TURE
8 foto1 | 8
Meskipun pada prinsipnya larangan tersebut berlaku bagi perusahaan besar setelah dua tahun, pengecualian telah disepakati untuk perusahaan kecil, dan diberikan masa transisi selama enam tahun bagi perusahaan menengah.
Aturan terbaru ini juga merupakan bagian dari inisiatif yang lebih luas, setelah Komisi Eropa mengusulkan perubahan pada aturan "ecodesign” atau desain ramah lingkungan di blok tersebut.
Desain tersebut mampu membuat produk lebih tahan lama dan lebih mudah untuk digunakan kembali, diperbaiki hingga didaur ulang, serta dapat mengurangi konsumsi sumber daya lainnya seperti energi dan air.
Anggota parlemen Alessandra Moretti, yang mempelopori legislasi melalui parlemen, mengatakan bahwa, "sudah waktunya untuk mengakhiri model 'ambil, buat, buang' yang sangat berbahaya bagi planet kita, kesehatan kita, dan ekonomi kita."
Moretti menambahkan, "produk-produk baru akan dirancang dengan cara yang menguntungkan semua pihak, menghormati planet kita, dan melindungi lingkungan."
Komisi Eropa nantinya juga akan memiliki wewenang untuk memperluas larangan tersebut bagi produk-produk lainnya yang tidak terjual, selain pakaian dan alas kaki.
Produk apa saja yang akan terkena dampaknya?
Belum ada rincian lengkap mengenai persyaratan untuk masing-masing produk. Parlemen dan negara-negara anggota lainnya juga masih harus secara resmi menyetujui kesepakatan tersebut, meskipun hal itu diyakini hanya sekadar formalitas.
Kesepakatan itu akan menguraikan bahwa Komisi Eropa dapat mengeluarkan persyaratan yang mengikat secara hukum untuk membuat barang-barang seperti furnitur, ban, deterjen, cat, dan bahan kimia agar menjadi lebih ramah lingkungan.
Produk-produk tersebut juga harus dijual dengan "paspor produk digital", yang dapat berupa kode QR, guna membantu konsumen membuat pilihan berdasarkan informasi tentang pembelian produk mereka.
Namun, sejumlah bahan baku seperti besi, baja, dan aluminium nantinya akan turut diatur sesuai dengan peraturan terbaru di masa depan. Pengecualian juga direncanakan bagi barang-barang seperti mobil dan produk-produk militer.