1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Uni Eropa Luncurkan Proyek Global Senilai 300 Miliar Euro

2 Desember 2021

Komisi Eropa hari Rabu (01/12) mengumumkan proyek infrastruktur global senilai 300 miliar euro. Proyek ini dinilai sebagai jawaban atas proyek prestisius Cina Belt & Road yang juga dikenal sebagai Jalur Sutra Baru.

Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang pertama kali memperkenalkan proyek ambisius Global GatewayFoto: KENZO TRIBOUILLARD/AFP

Proyek infrastruktur global Uni Eropa dinamakan Global Gateway dan akan menelan dana hingga 300 miliar euro (Rp4.884 triliun). Dalam rilis Uni Eropa disebutkan: "Global Gateway akan bertujuan untuk memobilisasi investasi hingga 300 miliar euro antara 2021 dan 2027 ... menyatukan sumber daya UE, negara-negara anggota, lembaga keuangan Eropa, dan lembaga keuangan pembangunan nasional."

Proyek infrastruktur ambisius ini ditujukan untuk mendukung peningkatan perdagangan dan hubungan antara Uni Eropa dengan negara-negara mitra di seluruh dunia selama enam tahun.

Rencana tersebut diperkenalkan pertama kali oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada September lalu. Sekalipun dokumen proyek tidak menyebut-nyebut Cina, tetapi kebanyakan pengamat menilai proyek ini adalah jawaban Uni Eropa terhadap proyek Belt and Road Cina, yang juga sering disebut sebagai proyek Jalur Sutra Baru.

Ursula von der Leyen menyebut Global Gateway sebagai "peta jalan untuk investasi besar dalam pembangunan infrastruktur di seluruh dunia."

Proyek Belt and Road Cina di Kamboja, pembangunan pelabuhan di SihanoukvilleFoto: Getty Images/AFP/T. Chhin Sothy

Tandingi proyek ambisius Cina Belt and Road

Cina meluncurkan Belt and Road, sebuah proyek unggulan Presiden Xi Jinping, pada 2013. Beijing mengatakan telah menginvestasikan 139,8 miliar dolar pada 2020. Belt and Road secara resmi bertujuan untuk mengembangkan infrastruktur darat dan laut yang menghubungkan Cina ke Asia, Eropa dan Afrika demi meningkatkan perdagangan dan pembangunan.

Namun, kalangan politik di Barat melihat proyek Belt Road juga sebagai upaya Cina memperluas pengaruhnya, terutama di negara-negara miskin Afrika. Proyek itu juga sering dikritik karena negara-negara mitra sering didorong untuk membiayai proyek lewat utang, dan tender proyek sering dilakukan di bawah tangan sehingga rawan korupsi.

Cina menolak pandangan itu dan mengatakan, mereka menghormati kedaulatan mitranya sambil memberikan pinjaman yang menguntungkan proyek-proyek bersama. Namun, para kritikus mengatakan persyaratan kontrak Beijing sering mengabaikan pelanggaran hak asasi manusia, tenaga kerja, dan lingkungan.

Pekerja Cina dalam proyek Belt and Road di IndonesiaFoto: China Labor Watch

Berkualitas dan berkelanjutan

Jutta Urpilainen, Komisaris Uni Eropa untuk kemitraan internasional, mengatakan kepada wartawan bahwa bantuan pembangunan Eropa antara 2013 dan 2018 sudah "sangat dekat" dengan tingkat pendanaan Belt and Road. Selain memobilisasi dana, Uni Eropa juga bertujuan untuk berbagi teknologi dan keahlian dengan negara berkembang.

"Kami ingin menjadikan Global Gateway sebagai merek terpercaya yang menonjol karena kualitas tinggi, standar yang andal, dan tingkat transparansi serta tata kelola yang baik,” kata Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

"Kami sangat yakin bahwa ini akan memastikan, bahwa investasi itu bisa membuat perbedaan nyata di lapangan. Dan ini dilakukan dengan cara yang berkelanjutan," tambahnya.

Duta Besar Jerman untuk Uni Eropa Michael Claus mengatakan, Global Gateway punya potensi menjadikan Uni Eropa aktor geopolitik yang efektif di panggung global. "Proyek ini juga menawarkan seperangkat aturan dan nilai-nilai berdasarkan kerjasama antara mitra-mitra yang setara, dan itu membuatnya jadi atraktif", katanya.

hp/ha (AFP, AP, Reuters)