Uni Eropa Minta Jerman Terima Pengungsi Anak dari Yunani
24 Desember 2019
Komisi Eropa meminta Jerman membantu menampung anak-anak tanpa orang tua yang ada di kamp-kamp pengungsi Yunani yang penuh sesak. Politisi di Jerman masih debat pro-kontra tentang itu.
Iklan
Komisi Eropa Senin malam (23/12) mendesak Jerman untuk menerima anak-anak dari kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak di Yunani.
"Komisi prihatin dengan situasi sulit bagi anak di bawah umur yang tidak didampingi di Yunani dan tetap dalam kontak erat dengan pihak berwenang Yunani, terutama karena kekhawatiran situasi di pulau-pulau yang sangat padat dan situasi yang sangat menantang di lokasi," kata seorang juru bicara kepada kantor berita DPA.
"Khususnya mengenai lebih dari 5.000 anak di bawah umur yang tidak didampingi, Komisi telah berulang kali meminta negara-negara anggota untuk memindahkan mereka dari Yunani secara sukarela, dengan dana yang disediakan oleh Komisi," tambahnya.
"Inisiatif politik yang telah diluncurkan untuk tujuan ini oleh Yunani pada Oktober lalu, yang didukung Komisi, sejauh ini mendapat respons terbatas dari negara-negara anggota," katanya.
Ribuan anak tanpa orang tua
Permintaan itu muncul setelah Ketua Partai Hijau Jerman Robert Habeck meminta pemerintah Jerman untuk menjemput anak-anak tanpa pendamping dari kamp-kamp pengungsi Yunani. Robert Habeck mengatakan kepada harian Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ) bahwa anak-anak itu hidup dalam kondisi yang tidak layak.
Di pulau Lesbos, Chios, Samos, Leros dan Kos, saja ada hampir 2.000 anak yang tidak didampingi, menurut catatan Uni Eropa. Di seluruh Yunani November lalu tercatat ada 5.276 anak.
Sekitar 9% dari anak-anak yang tidak didampingi berusia di bawah 14 tahun; 92% adalah laki-laki.
Yunani berulang kali meminta sesama anggota Uni Eropa untuk membantu menampung anak di bawah umur yang tidak didampingi. Namun menurut Yunani, sejauh ini hanya satu negara yang mengindahkan seruannya.
Kelompok hak asasi Human Rights Watch (HRW) juga telah meminta negara-negara Uni Eropa membantu merelokasi anak-anak pengungsi yang tidak didampingi dan memfasilitasi penyatuan kembali anak-anak itu dengan keluarganya.
Pemerintah Jerman menuntut solusi Eropa
Uskup Agung Jerman Kardinal Reinhard Marx mengatakan, dia bersyukur atas apa yang sudah dilakukan pemerintah Jerman hingga saat ini, namun pada malam Natal ini seharusnya sesuatu dilakukan untuk membantu mengakhiri "situasi yang tak tertahankan" ini. Gereja Protestan di Jerman juga mengeluarkan tanggapan serupa.
Tapi Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer menolak semua desakan itu dan mengatakan, Jerman sudah banyak membantu Yunani. Seehofer mengatakan bahwa langkah sendiri Jerman bisa memicu efek buruk yang tidak dapat dikontrol oleh siapa pun, karena langkah itu akan dimanfaatkan sindikat pedagang manusia untuk meningkatkan kegiatan mereka mendatangkan pengungsi ilegal ke Eropa.
Wakil juru bicara pemerintah Ulrike Demmer mengatakan kepada FAZ bahwa pemerintah Jerman tetap berkomitmen untuk mencari solusi Eropa ketimbang solusi nasional. Dia menegaskan keprihatinan pemerintah Jerman untuk "memperbaiki situasi kehidupan semua orang di lapangan, termasuk anak-anak," tetapi solusinya adalah langkah bersama Eropa.
Foto Ikonik Krisis Pengungsi Di Eropa
Jutaan pengungsi hijrah ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016. Pemberitaan migrasi gelap dan penderitaan para pengungsi beberapa tahun terakhir turut mempengaruhi opini publik di Eropa.
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
Upaya mempertahankan hidup
Pengungsian dan penderitaan: Ratusan ribu orang, kebanyakan berasal dari Suriah, masuk ke Yunani dari Turki tahun 2015 dan 2016. Sekitar 10.000 orang terdampar di pulau Lesbos, Chios dan Samos. Tahun 2017, tercatat sudah lebih dari 6.000 pengungsi yang datang dari Januari sampai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/A. Messinis
Berjalan kaki menembus Eropa
Tahun 2015 dan 2016, lebih satu juta orang mencoba mencapai Eropa Barat dari Yunani atau Turki melalui rute Balkan - lewat Makedonia, Serbia dan Hungaria. Aliran pengungsi hanya terhenti ketika rute ini ditutup secara resmi. Saat ini, sebagian besar pengungsi memilih rute Mediterania yang berbahaya dari Libya ke Eropa.
Foto: Getty Images/J. Mitchell
Kemarahan global
Gambar ini mengguncang dunia. Mayat bocah Aylan Kurdi berusia tiga tahun dari Suriah hanyut di pantai di Turki, September 2015. Foto ini tersebar luas dengan cepat lewat jejaring sosial dan menjadi simbol krisis pengungsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Kekacauan dan keputusasaan
Kerusuhan di menit-menit terakhir: Ribuan pengungsi mencoba masuk ke dalam bus yang sudah penuh sesak dan kereta api di Kroasia setelah mengetahui rute melalui Eropa akan segera ditutup. Pada Oktober 2015, Hongaria menutup perbatasannya dan membuat kamp penampungan tempat pengungsi tinggal selama proses pendaftaran suaka.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Perbatasan ditutup
Penutupan resmi rute Balkan bulan Maret 2016 menyebabkan kondisi kacau-balau di seberang perbatasan. Ribuan pengungsi yang terdampar mulai marah dan putus asa. Banyak yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan segala cara, seperti para pengungsi ini di perbatasan Yunani-Makedonia tak lama setelah perbatasan ditutup.
Seorang anak berbalut debu dan darah: Foto Omran yang berusia lima tahun mengejutkan publik saat dirilis tahun 2016. Ini menjadi gambaran kengerian perang saudara dan penderitaan rakyat di Suriah. Setahun kemudian, gambar-gambar baru Omran beredar di internet dalam kondisi yang sudah lebih baik.
Foto: picture-alliance/dpa/Aleppo Media Center
Belum tahu tinggal di mana
Seorang pria Suriah membawa putrinya di tengah hujan di perbatasan Yunani-Makedonia di Idomeni. Dia berharap bisa hidup aman dengan keluarganya di Eropa. Menurut peraturan Dublin, permohonan suaka hanya bisa diajukan di negara pertama tempat pengungsi menginjak Eropa. Yunani dan Italia menanggung beban terbesar.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Mengharapkan pertolongan
Jerman tetap menjadi tujuan utama para pengungsi, meski kebijakan pengungsi dan suaka di Jerman sejak munculnya arus pengungsi diperketat. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman tetap terbuka bagi pengungsi. Sejak 2015, Jerman telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Kanselir Merkel jadi ikon harapan bagi banyak pengungsi baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Situasi darurat di penampungan
Di utara Prancis, pihak berwenang membersihkan "hutan" yang terkenal di Calais. Kamp itu terbakar saat dilakukan evakuasi bulan Oktober 2016. Sekitar 6.500 penghuninya disalurkan ke tempat-tempat penampungan lain di Perancis. Setengah tahun kemudian, organisasi bantuan melaporkan banyak pengungsi anak-anak yang menjadi tunawisma di sekitar Calais.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Laurent
Tenggelam di Laut Tengah
Kapal penyelamat organisasi bantuan dan pemerintah setempat terus melakukan pencarian kapal migran yang terancam tenggelam. Meski pelayaran sangat berbahaya, banyak pengungsi tetap berusaha melarikan diri dari konflik dan kemiskinan. Mereka berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa. Pada tahun 2017 ini saja, sudah 1.800 orang meninggal di perjalanan. (Teks: Charlotte Hauswedell/hp,rn)