1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Pasca Ratifikasi Perjanjian Lissabon

4 November 2009

Setelah Presiden Ceko menandatanganinya, kini Perjanjian Lissabon lengkap diratifikasi ke-27 anggota Uni Eropa. Bagaimana Uni Eropa setelah ratifikasi Perjanjian reformasinya yang disebut Perjanjian Lissabon tersebut?

Setelah penerimaan Perjanjian Lissabon seharusnya Uni Eropa memfokuskan diri pada penguatan ekonomi. Demikian komentar harian Belanda de Volksrant

"Di Brussel mungkin sekarang orang saling mengucapkan selamat. Tapi dalam kesempatan itu para politisi Eropa dan diplomat terutama sebaiknya memberikan janji, bahwa kini pengolahan bangunan Uni Eropa masih memerlukan waktu yang lama. Reformasi institusi Uni Eropa memakan waktu dan energi yang banyak. Dan hal itu membuat Brussel tampil dengan terlalu terbuka. Ini waktu paling tepat bagi Uni Eropa kembali tampil secara serius mencapai tujuannya untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan menunjukkan kepada warga, bahwa mereka melangkah menuju kemajuan."

Harian Perancis Le Monde mengomentari tugas Ketua tetap Dewan Eropa mendatang dan perdebatan kandidat untuk jabatan tersebut

"Presiden Dewan Eropa tidak akan memiliki tugas menarik simpati para warga, melainkan melakukan perundingan di panggung politik internasional dan harus memaksa ke-27 anggota Uni Eropa untuk lebih menujukkan keberanian. Pilihan semacam itu akan mewariskan jalan bagi mediator besar di tingkat internasional. Misalnya yang diwariskan Komisaris urusan persaingan usaha Uni Eropa, Mario Monti dari Italia atau mantan gubernur Hongkong Chris Patten dari Inggris. Perancis memiliki Dominique Strauss-Kahn yang menjabat Direktur Dana Moneter Internasional, Jean-Claude Trichet Gubernur Bank Sentral Eropa dan terutama Pascal Lamy Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Internasional, WTO. Itu sudah lebih dari cukup. Tapi kemungkinan besar calon-calon ini terlalu memiliki ketidaktergantungan moral yang terlalu besar terhadap jajaran pimpinan Uni Eropa saat ini."

Sementara harian Jerman Kölner Stadt-Anzeiger masih melontarkan banyak pertanyaan berkaitan dengan Perjanjian Lissabon

"Untuk waktu lama hampir mustahil terjadi kebangkitan Uni Eropa. Tidak pasti, apakah Eropa memanfaatkan peluang ini. Apa yang dapat dilakukan presiden Dewan Eropa mendatang, dengan wewenang apa dan dengan perlengkapan apa? Apakah ia lebih baik tampil sebagai seorang birokrat atau seseorang yang memberikan aksen politis? Dan pejabat tinggi untuk politik luar negeri dan keamanan: Apakah ia seorang menteri luar negeri yang bertindak tanpa terikat dengan rekan-rekan sejabatannya di ibukota negara Uni Eropa? Jika kebangkitan baru ini berhasil, seharusnya kepala negara dan pemerintahan harus menjelaskan secepatnya butir-butir ini. Yang paling mudah adalah jika pertanyaan mendasar terjawab: Seberapa kuat dan mandiri Uni Eropa berdasarkan perjanjian barunya, Perjanjian Lissabon?