Uni Eropa Sahkan UU Kebebasan Media untuk Lindungi Jurnalis
14 Maret 2024
Dinilai penting bagi berjalannya demokrasi, parlemen Eropa sahkan UU Kebebasan Media pada Rabu (13/04) waktu setempat. UU baru itu bertujuan untuk melindungi independensi editorial dari outlet berita di seluruh Eropa.
Iklan
Parlemen Eropa mengesahkan undang-undang (UU) baru untuk melindungi para jurnalis dari campur tangan politik pada Rabu (13/03) waktu setempat.
Aturan baru bernama UU Kebebasan Media itu sebelumnya dirancang untuk melindungi independensi editorial dan sumber-sumber jurnalistik di seluruh Uni Eropa.
Anggota Parlemen Eropa dari Jerman, Sabine Verheyen, yang memimpin pembahasan UU tersebut, mencontohkan pembunuhan jurnalis investigasi Malta, Daphne Caruana Galizia, dan ancaman kebebasan pers di Hungaria, sebagai alasan mengapa aturan itu diperlukan di Uni Eropa (UE).
"Betapa pentingnya pluralitas media bagi berfungsinya demokrasi tidak bisa ditawar lagi,” katanya.
Kekerasan terhadap Jurnalis di Jantung Eropa
Eropa dikejutkan dengan serangan penembakan terhadap Peter R. de Vries, seorang jurnalis Belanda. Meski Uni Eropa punya reputasi bagus dalam kebebasan pers, namun terkadang para jurnalis jadi korban serangan kekerasan.
Foto: Getty Images/AFP/Stringer
Amsterdam syok berat
Peter R. de Vries, wartawan kriminal terkemuka ditembak orang tidak dikenal saat meninggalkan studio televisi Selasa, 6 Juli 2021 malam di pusat kota Amsterdam, Belanda. Beberapa indikasi menunjukan sindikat kriminal terorganisir menjadi otak penyerangan tersebut. Dua orang tersangka diamankan beberapa jam setelah penembakan.
Foto: Evert Elzinga/ANP/picture alliance
Wartawan kriminal terkemuka di Belanda
De Vries telah meliput kejahatan terorganisir di Belanda selama bertahun-tahun. Sebelum aksi penembakan, dia jadi penasihat pribadi seorang saksi mahkota yang akan bersaksi terhadap seorang pimpinan organisasi kriminal besar. Saudara dan pengacara saksi mahkota tersebut telah dibunuh beberapa tahun lalu. Saat ini De Vries masih berjuang antara hidup dan mati di sebuah rumah sakit.
Foto: ANP/imago images
Harapan dan ketakutan
“Kejadian seperti ini tidak boleh terjadi di jantung Eropa!” Begitu reaksi dari masyarakat Belanda atas kejadian penembakan Selasa malam tersebut. Sejumlah orang terlihat di TKP meninggalkan bunga dan ucapan belasungkawa. Sayangnya, de Vries bukanlah jurnalis pertama yang menjadi korban pembunuhan berencana di benua Eropa.
Foto: Koen Van Weel/dpa/picture alliance
Negara tempat demokrasi dilahirkan
Jurnalis Yunani, Giorgos Karaivaz dibunuh di selatan kota Athena pada 9 April 2021. Dua orang bermasker yang mengendarai sepeda motor menembak wartawan kriminal senior ini sebanyak 10 kali. Sebagai wartawan berpengalaman, Karaivaz telah meliput sejumlah kasus korupsi yang melibatkan otoritas Yunani dan sindikat kriminal terorganisir.
Daphne Caruana Galizia (53), seorang jurnalis investigasi yang meliput kasus korupsi dalam bidang politik dan bisnis di Malta, tewas setelah mobilnya diledakkan menggunakan bom yang dipicu dari jarak jauh 16 Oktober 2017. Pelakunya divonis 15 tahun penjara setelah mengakui perbuatannya. Namun, dalang kejahatan, seorang pebisnis terkenal masih diadili untuk pembunuhan itu.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Klimkeit
Dibunuh di kediaman pribadi
Jurnalis investigasi Slovakia, Jan Kuciak dan tunangannya, Martina Kusnirova ditembak pembunuh bayaran 21 Februari 2018. Jurnalis berusia 28 tahun ini memfokuskan liputannya pada sindikat kriminal terorganisir, pengemplang pajak dan korupsi di kalangan politisi dan penguasa Slovakia. Pembunuhannya mengejutkan Eropa dan berujung dengan pengunduran diri Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico.
Foto: Mikula Martin/dpa/picture alliance
Bebaskan media!
Lukasz Masiak, jurnalis Polandia, dipukuli hingga tewas di pusat boling, 2015 silam. Masiak meliput kasus korupsi, bisnis narkoba dan penangkapan sewenang-wenang. Pemerintah Polandia dikritik karena makin membatasi kebebasan pers. Warga Polandia memprotes aturan baru pemerintah di Warsawa untuk terus membatasi kebebasan pers.
Foto: Attila Husejnow/SOPA Images/ZUMAPRESS.com/picture alliance
Saya adalah Charlie
12 orang dibunuh dalam serangan teror di kantor majalah satire Prancis Charlie Hebdo, tahun 2015. Ratusan ribu orang di seluruh dunia berdemonstrasi untuk kebebasan berbicara dan pers menggunakan tagar “Saya adalah Charlie”. Pada November, jurnalis musik Guillaume Barreau-Decherf dibunuh saat serangan teroris di teater Bataclan, Paris yang tewaskan ratusan penonton.
Foto: picture-alliance/dpa
Jurnalis Turki diserang di Berlin
Jurnalis Turki di Jerman, Erk Acarer, pengkritik Presiden Recep Tayyip Erdogan, diserang oleh tiga orang tak dikenal di kediamannya pada 7 Juli 2021. Dalam Bahasa Turki, Acarer menceritakannya di Twitter: “Saya diserang menggunakan pisau dan dipukuli di rumah saya di Berlin.“ Tiga orang pelaku juga mengancam akan datang kembali kalau dia tidak berhenti melakukan reportase.
Foto: twitter/eacarer
Wartawan dengan pembatasan?
Bukan hanya kasus yang membahayakan nyawa wartawan yang ditakuti. Namun, sering wartawan yang dihambat saat bertugas, seperti oleh pengunjuk rasa yang murka, polisi atau pihak berwenang. Pada foto terlihat polisi antihuru-hara Prancis menghadang seorang pekerja pers saat demonstrasi menentang peraturan keamanan yang baru.
Foto: Siegfried Modola/Getty Images
10 foto1 | 10
Yang diatur dalam UU Kebebasan Media
Undang-undang baru ini melarang pihak berwenang untuk memaksa para jurnalis dan editor untuk mengungkapkan siapa narasumber mereka, baik melalui penahanan, pengawasan, atau penggerebekan kantor.
Selama masa negosiasi di parlemen, Prancis sebelumnya mendorong ada pengecualian, terutama terkait "keamanan nasional.” Namun, dalam UU final yang sudah disahkan tersebut, tidak ada ketentuan keamanan nasional yang dimuat, tetapi pihak berwenang diizinkan untuk menggunakan spyware terhadap jurnalis jika ditemukan sejumlah pelanggaran serius. Itu pun hanya bisa dijalankan dengan persetujuan pengadilan.
UU Kebebasan Media juga berfokus pada transparansi. Misalnya terkait pemilihan anggota dewan media publik, harus dipilih melalui proses yang terbuka dan adil, dan tidak dapat diberhentikan dari jabatannya secara prematur kecuali tidak lagi memenuhi kriteria secara profesional.
Negara juga tidak diperbolehkan untuk menunjukkan dukungannya terhadap suatu belanja iklan. Sebagai gantinya, negara harus mengalokasikan dana iklan menggunakan "kriteria publik, proporsional, dan non-diskriminatif.”
Selain itu, semua outlet berita harus mengungkapkan informasi tentang pemiliknya di database nasional setiap negara anggota UE sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengetahui siapa yang mengontrol outlet media tersebut dan kepentingan apa yang dapat memengaruhi pemberitaan di dalamnya.
UU baru itu juga mengharuskan perusahaan raksasa media sosial seperti Meta dan X untuk memberikan pemberitahuan kepada media ketika mereka bermaksud menghapus atau membatasi konten-konten berita. Perusahaan juga diharuskan memberi waktu 24 jam kepada media untuk memberikan respons. Sementara itu, media dapat membawa kasus terkait ke sebuah badan arbitrase atau pengadilan.
Iklan
Apresiasi dari pendukung kebebasan pers
Komisaris Uni Eropa untuk Nilai dan Transparansi, Vera Jourova, memuji "pemungutan suara bersejarah” oleh parlemen pada hari Rabu (13/04) tersebut.
"Media independen sangat penting bagi demokrasi,” katanya di media sosial. "Adalah tugas negara demokrasi untuk melindungi mereka,” tambahnya.
Organisasi pengawas media Reporters Without Borders juga menyambut baik pengesahan aturan baru tersebut.
"Pengesahan UU ini menandai kemajuan besar bagi hak atas informasi di Uni Eropa,” kata Julie Majerczak, kepala kantor organisasi tersebut di Brussels.
Mejerczak juga menambahkan bahwa kini semuanya tergantung pada negara-negara anggota UE untuk "secara ambisius” mengimplementasikan undang-undang tersebut.