Para menteri Uni Eropa akhirnya menyetujui UU Kecerdasan Buatan, yang akan mengatur penggunaan teknologi AI di sektor “berisiko tinggi”, seperti hukum dan ketenagakerjaan.
Iklan
Para menteri Uni Eropa (UE) pada Selasa (21/05) menandatangani undang-undang (UU) penting yang menetapkan aturan penggunaan kecerdasan buatan (AI) pada sektor yang dianggap sensitif.
Di bawah aturan baru ini, teknologi AI yang digunakan di berbagai bidang seperti supremasi hukum dan ketenagakerjaan, harus menunjukkan bahwa sistemnya cukup transparan dan akurat. Selain itu, juga harus memenuhi standar keamanan siber, serta memenuhi kriteria mengenai kualitas data yang digunakan untuk melatih teknologinya.
Pemungutan suara oleh negara-negara Uni Eropa ini dilakukan dua bulan setelah Parlemen Eropa mendukung dibentuknya UU Kecerdasan Buatan tersebut.
Aturan baru bagi blok ini ternyata lebih dari sekadar pendekatan kesediaan untuk mematuhi teknologi AI, seperti di Amerika Serikat (AS) contohnya, dan memiliki potensi untuk membawa perubahan di seluruh dunia.
Iklan
Apa itu UU Kecerdasan Buatan?
Undang-undang AI ini menetapkan bahwa sistem yang akan digunakan dalam situasi "berisiko tinggi”, harus mendapatkan sertifikasi dari badan yang disetujui, sebelum akhirnya dapat dipasarkan di UE.
Situasi tersebut termasuk pada penggunaan teknologi AI yang berpotensi membahayakan kesehatan, keselamatan, hak-hak dasar, lingkungan, demokrasi, pemilihan umum, dan supremasi hukum.
Sistem seperti penilaian kredit sosial yang digunakan di Cina juga akan dilarang secara langsung, begitu juga sistem kategorisasi biometrik berdasarkan pandangan agama atau pandangan dunia lainnya, orientasi seksual, hingga ras.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Undang-undang sebelumnya secara umum melarang pengenalan wajah secara real-time di CCTV, tetapi membuat pengecualian untuk penggunaannya pada supremasi hukum, seperti menemukan orang hilang atau korban penculikan, mencegah perdagangan manusia, atau menemukan tersangka dalam kasus-kasus kriminal yang serius.
Sementara penggunaan teknologi AI yang dianggap memiliki risiko rendah juga wajib memenuhi standar transparansi, seperti mengungkapkan bahwa konten yang dihasilkan menggunakan teknologi AI, untuk memungkinkan orang memutuskan seberapa besar kepercayaan terhadap teknologi ini.
Sebuah "Kantor AI” baru di dalam Komisi Eropa juga akan dibentuk untuk memastikan undang-undang ini ditegakkan di lingkup Uni Eropa.
UU baru ini masih harus ditandatangani oleh presiden badan legislatif Uni Eropa, sebelum akhirnya diterbitkan dalam buku undang-undang Uni Eropa. Aturan ini secara teknis akan mulai berlaku 20 hari ke depan, tetapi sebagian besar ketentuannya baru akan berlaku setelah dua tahun.
Kecerdasan Buatan: Akankah Robot Humanoid Menggantikan Manusia?
Robot yang dilengkapi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mengambil alih lebih banyak tugas dari manusia. Apa yang mampu dilakukan oleh mesin itu? Apakah mereka akan segera menggantikan manusia?
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Einstein sebagai panutan
Perusahaan Hanson Robotics yang berbasis di Hong Kong mengembangkan robot mirip manusia dan dikenal dengan robotika yang dilengkapi teknologi artificial intelligence (AI). Salah satu robot itu dinamakan "Profesor Einstein", terinspirasi dari fisikawan terkenal itu. Inovasi ini bertujuan agar pengetahuan dan humor Einstein dapat diakses oleh generasi mendatang.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Semirip mungkin dengan manusia
Untuk membuat robot yang bisa semirip mungkin dengan manusia, kulit nanoteknologi yang disebut Frubber digunakan dalam proses pembuatannya. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem operasi android yang menampilkan ekspresi wajah yang realistis. Nantinya perusahaan juga ingin memberikan robot kemampuan yang dimiliki manusia seperti cinta dan kasih sayang.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Robot Sophia: Seorang warga dan duta besar
Perusahaan Hanson Robotics menciptakan robot humanoid sejak 2007 dan berkembang pesat dalam 10 tahun dengan modelnya "Sophia", yang menjadi robot pertama dan sejauh ini satu-satunya yang memiliki kewarganegaraan. Setelah dirilis ke publik, Arab Saudi menjadikan robot itu sebagai warganya. "Sophia" juga bekerja untuk PBB sebagai "duta inovasi".
Foto: ISAAC LAWRENCE/AFP/Getty Images
Dari pencuci piring hingga penjelajah luar angkasa
Robot "Beomni" adalah robot serbaguna, yang menurut pabrikan AS Beyond Imagination, dapat digunakan dalam berbagai cara. "Beomni" mampu membuka botol, memberikan suntikan, sehingga dapat digunakan dalam bidang gastronomi dan bidang medis. Bahkan direncanakan akan mampu melakukan perjalanan ke luar angkasa untuk membantu membangun konstruksi luar angkasa.
Foto: YouTube/CNET
Seni yang dibuat oleh kecerdasan buatan
Robot humanoid tidak hanya bisa melakukan tugas-tugas praktis, mereka bahkan punya kemampuan artistik seperti halnya dengan "Ai-Da Robot." Robot humanoid dari Engineered Arts adalah seniman dengan wajah manusia dan lengan robot. Dikembangkan pada tahun 2019, "Ai-Da" adalah sistem seni robotik pertama di dunia. Dengan bantuan algoritme, robot ini bisa menghasilkan gambar, lukisan, dan pahatan.
Foto: Avalon/Photoshot/picture alliance
Asli dan palsu
Ini adalah foto ahli robot Jepang, Hiroshi Ishiguro, yang berdiri di samping robotnya "Geminoid", yang terlihat seperti saudara kembarnya. Ishiguro dianggap sebagai bintang pop dalam penelitian robotika Jepang dan telah membuat tiruan android untuk Menteri Transformasi Digital Jepang, Taro Kono. Robot Ishiguro sedang dalam serangkaian workshop di Amerika Serikat, tanpa sang pembuatnya.
Foto: Naoki Maeda/AP Photo/picture alliance
Rekan seperjuangan
Robot humanoid juga sedang dikembangkan di Jerman. Pada musim gugur 2022, "Lena" menyelesaikan uji coba di kantor. Robot perempuan buatan laboratorium penelitian Leap in Time Lab yang dilengkapi kecerdasan buatan ini bekerja bersama rekan manusia selama delapan minggu. Di akhir fase uji coba, Lena telah memperluas kosa katanya sedemikian rupa sehingga dia mampu memberikan presentasi.
Foto: Boris Roessler/dpa/picture-alliance
Ilmuwan dan pelopor AI memperingatkan akan bahaya
Semakin banyak tugas yang diambil alih kecerdasan buatan, semakin besar pembahasan tentang dimensi etis dari perkembangan ini. Geoffrey Hinton, yang dikenal sebagai "ayah baptis AI", takut kehilangan kendali atas AI dan memperingatkan "risiko serius bagi umat manusia". Banyak yang mungkin segera "tidak lagi mengenali apa yang benar," katanya. Hinton baru saja mengundurkan diri dari Google. (ha/)
Selain itu, pada kekhawatiran yang meluas seputar potensi kerusakan yang dapat disebabkan oleh teknologi AI, lebih dari selusin perusahaan kecerdasan buatan terkemuka di dunia membuat komitmen keselamatan baru pada pertemuan globalnya di Seoul pada Selasa (21/05), ungkap pemerintah Inggris.
"Komitmen ini akan memastikan perusahaan-perusahaan AI terkemuka di dunia akan memberikan transparansi dan akuntabilitas pada rencana-rencana dalam mengembangkan teknologi AI yang aman,” ujar Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Sains, Inovasi, dan Teknologi Inggris.
Perusahaan AI terkemuka tersebut termasuk Google, Meta, Microsoft, dan OpenAI milik Alphabet, serta perusahaan-perusahaan lain asal Cina, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab.
Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Korea Selatan dan Inggris.