1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Sepakati Reformasi Agraria

20 November 2008

Uni Eropa menyetujui reformasi sektor pertaniannya. Hingga 2012 para petani Eropa harus mengurangi 5 persen bantuan langsung yang selama ini diterima.

Produsen susu di negara bagian Bayern menikmati tegukannya
Sebagian dana subsidi bakal dialihkanFoto: AP

Bagi petani Jerman, diperkirakan perubahan kebijakan agraria ini akan menyebabkan kerugian hingga 225 juta euro per tahunnya.

Menteri Pertanian Jerman, Ilse Aigner mendebat alot perundingan reformasi pertanian Uni Eropa. Hampir 18 jam perdebatan sengit terjadi, sehingga akhirnya mencapai kompromi. Sebelumnya Aigner harus dua kali melobi secara pribadi Komisaris Pertanian Uni Eropa Mariann Fischer Boel dan Presiden Dewan Eropa saat ini, Michel Barnier dari Prancis.

Reformasi sektor pertanian memang akan dilaksanakan, namun lebih ringan ketimbang yang diinginkan oleh komisaris pertanian. Barnier menunjukkan banyak pengertian bagi para petani, dan hal ini tidak mengherankan mengingat pertanian juga sangat penting di Prancis: „Sebagai menteri Prancis, namun juga sebagai ketua Dewan Eropa saya tidak ingin perubahan kuota ini tanpa didasari oleh aturan maupun kebijakan yang mengikutinya. Dan jika anda mengamati kompromi ini, maka anda akan melihat kebijakan yang mengikutinya, aturan-aturan ini.“

Subsidi sektor pertanian secara keseluruhan tidak akan diturunkan, melainkan dialihkan bantuan langsung bagi produk pertanian sebagian akan dialihkan ke proyek pembangunan pedesaan lainnya seperti upaya perlindungan lingkungan hidup dan pengembangan sektor perekonomian baru. Namun dalam jangka panjang pengeluaran subsidi ini diharapkan turun. Jumlah pengeluaran ini merupakan setengah dari keseluruhan anggaran Uni Eropa. Dasar pemikirannya adalah lebih banyak memasukkan sistem ekonomi pasar ke dalam sistem pertanian. Bagi Fischer Boel penting bahwa terutama negara-negara pendiri Uni Eropa, yang selama ini terbiasa menerima subsidi pertanian dalam jumlah besar, perlahan-lahan mengubah pemikiran itu:„Bagi negara-negara pendiri Uni Eropa kami sudah tentu memperbaiki peluang, agar pertanian Eropa dapat mengatasi tantangan-tantangan baru. Seandainya saja reformasi kebijakan ini tidak berhasil, maka yang rugi adalah pertanian Uni Eropa sendiri.“

Di masa depan banyak perusahaan besar yang harus menanggung kerugian terbesar akibat perubahan kebijakan di Brussel ini. Di Jerman paling banyak perusahaan semacam ini berada di kawasan timur, yang struktur pertaniannya masih lemah. Perusahaan ini merupakan penerus dari koperasi produksi pertanian di masa Jerman Timur.

Namun paling tidak, Menteri Pertanian Jerman, Ilse Aigner telah mendesak, agar produsen susu mendapatkan bagian dari subsidi yang dikurangi: „Bagi saya di garis depan amat menggembirakan, bahwa keinginan Jerman mendirikan yayasan dana penyangga susu disetujui sepenuhnya. Dengan demikian negara-negara bagian dapat meningkatkan tindakan untuk mendorong kemampuan daya saing pasar. Contohnya bagi pembangunan prasarana kandang dan kawasan hijau. Di luar yayasan itu juga terdapat kemungkinan dukungan untuk membangun fasilitas padang penggembalaan di musim panas. Anggaran untuk dana penyangga produsen susu menjadi instrumen yang sangat efektif, untuk meredam kemungkinan dampak negatif berakhirnya aturan kuota susu tahun 2015.“

Para produsen susu terutama di Jerman mengeluhkan jatuhnya harga. Tapi kuota susu sesuai kompromi seharusnya setelah kesepakatan ini meningkat dan terus menekan harga. Tahun 2015 diharapkan pasaran susu ditentukan sesuai permintaan dan penawaran. (ap)