1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Setujui Paket Stimulus Ekonomi

19 Maret 2009

Pemimpin 27 negara anggota Uni Eropa bertemu di Brüssel, Belgia, untuk melakukan Konferensi Tingkat Tinggi awal tahun 2009. Tema pembicaraannya adalah posisi Uni Eropa menghadapi KTT Keuangan Dunia G-20 di London.

Para pemimpin negara Uni Eropa di Brüssel.
Para pemimpin negara Uni Eropa di Brüssel.Foto: AP

Pertemuan Uni Eropa di Brüssel kali ini melengkapi serangkaian konferensi tingkat tinggi perhimpunan negara tersebut sejak kuartal terakhir tahun lalu, yang punya tema sama, yaitu krisis keuangan.

Krisis keuangan murni tersebut sejak lama menjadi krisis ekonomi global. Sejumlah dampak krisis ekonomi global yang terlihat saat in adalah kenaikan jumlah pengangguran, yang mengakibatkan meningkatnya pengeluaran pemerintah dan defisit anggaran, menurunnya permintaan pasar dan perusahaan yang terancam bangkrut.

Kamis kemarin (19/03), aksi mogok kerja dilakukan pekerja seluruh Prancis, menuntut pemerintah untuk lebih melindungi para pekerja. Pemerintah negara anggota Uni Eropa kini berada di bawah tekanan berat untuk segera bertindak.

Tapi bagaimana? Meningkatkan jumlah paket penyelamatan ekonomi, seperti yang diminta Presiden Amerika Serikat Barack Obama? Menteri Keuangan Jerman Peer Steinbrück hingga saat ini menolak permintaan Obama.

"Mungkin kami menerapkan apa yang sudah kami putuskan, sebelum kami membuka perdebatan baru mengenai apa yang masih harus dilakukan, karena itu dapat memicu deflasi apa yang sejak lama sudah kami rencanakan dan disepakati,“ ujar Steinbrück.

Negara-negara Uni Eropa meluncurkan program stimulus ekonomi senilai 400 miliar Euro yang akan diterapkan dua tahun mendatang ini, termasuk ditingkatkannya pengeluaran sosial negara seperti untuk tunjangan pengangguran. Selain itu, disepakati program stimulus ekonomi Uni Eropa senilai lima miliar Euro yang dikucurkan dari kas bersama, yang masih menghadapi pro dan kontra.

Pemerintah negara-negara Uni Eropa tengah memikirkan apakah akan memberikan bantuan tambahan bagi negara-negara yang terancam bangkrut. Perdana Menteri Swedia Fredrik Reinfeldt mengkhawatirkan kemungkinan dampak pengucuran dana tersebut.

"Masalahnya, kita sampai pada titik, di mana Eropa melakukan semuanya yang dapat dilakukan. Kita juga sampai pada titik, di mana terdapat defisit dalam jumlah besar di ekonomi sejumlah negara Eropa. Itu juga memicu masalah baru. Itu menyebabkab suku bunga dan pajak naik untuk menutupi defisit ini,“ kata Reinfeldt.

Konsensusnya tentu saja, supaya pasar keuangan dapat dikendalikan lebih baik, guna mencegah terulangnya krisis. Meski, terdapat pihak yang menjunjung tinggi nilai di sektor ini dan menolak segala bentuk tindakan baru untuk merangsang ekonomi, misalnya Jerman. Berbeda dengan Inggris yang terutama menuntut lebih banyak lagi program pemberian bantuan dana.

Ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso memperingatkan adanya kemungkinan kekeliruan memilih. "Pertanyaannya bukan, apakah kita akan memberikan paket stimulus ATAU melakukan reformasi regulasi dan pengawasan pasar keuangan? Kita memerlukan keduanya,” menurut Barroso.

Satu hal yang disepakati dalam KTT di Brüssel Kamis dan Jumat ini (19/03-20/03) adalah proteksionisme bukanlah jawabannya. Para pemimpin negara Uni Eropa juga mengetahui bahwa mereka sendirian tidak dapat menyelamatkan perekonomian dunia .

Untuk itu, pertemuan puncak Uni Eropa di Brüssel ini juga menyepakati bahwa Eropa akan berbicara dengan satu suara pada Konferensi Keuangan Global G-20 di London April mendatang.(ls)