Uni Eropa Tunggu Saat yang Tepat untuk Bicara dengan Taliban
18 Agustus 2021
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengakui bahwa blok itu perlu berbicara dengan Taliban. Ia menegaskan, Brussel belum akan mengakui rezim Taliban.
Iklan
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell, mengatakan pada Selasa (17/08) bahwa pihaknya harus mengadakan pembicaraan dengan Taliban. Namun, rencana itu akan tergantung pada apakah kelompok militan yang mengambil alih kekuasaan di Afganistan itu menghormati hak-hak dasar warga.
Saat pertemuan para menlu itu berlangsung, di saat yang sama Taliban juga mengadakan konferensi pers. Mereka menyatakan amnesti umum, serta mengklaim bahwa mereka tidak akan melakukan "balas dendam" terhadap lawan. Namun, janji-janji itu disambut dengan skeptisisme global.
Upaya Warga Afganistan Menyelamatkan Diri dari Taliban
Ribuan warga berusaha menyelamatkan diri dari Afganistan setelah Taliban mengambil alih kekuasan. Negara Barat berupaya menerbangkan warga sipil keluar dari bandara Kabul setelah penerbangan komersial dihentikan.
Foto: AFP/Getty Images
Warga Afganistan yang putus asa berusaha masuk bandara Kabul
Banyak keluarga di Afganistan semakin putus asa dan berusaha untuk masuk ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul. Terdapat anak-anak di antara kerumunan yang mencoba melakukan upaya terakhir untuk melarikan diri dari Taliban yang berhasil menguasai ibu kota Kabul dengan mudah.
Foto: REUTERS
Rakyat Afganistan hadapi masa depan yang tidak pasti
Sejak penarikan pasukan AS dan NATO dilancarkan, warga Afganistan menghadapi keputusan yang sulit: tetap tinggal dan berharap pasukan pemerintah menahan gerak maju milisi Taliban atau melarikan diri ke negara-negara tetangga. Setelah Taliban merebut Kabul dengan mudah, banyak warga terjebak dalam ketidakpastian, tanpa indikasi yang jelas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Foto: REUTERS
Kerumunan warga di bandara Kabul
Bandara utama Kabul menjadi tempat kerumunan orang yang putus asa. Ribuan orang berharap bisa naik pesawat dan melarikan diri dari kekuasaan Taliban. Negara-negara Barat bergegas mengevakuasi warga mereka sendiri dan beberapa karyawan lokal. Penerbangan komersial dari dan keluar negara itu dihentikan total.
Foto: AFP/Getty Images
Taliban menguasi istana presiden
Setelah jatuhnya ibu kota Kabul dengan mudah, milisi Taliban langsung menguasai istana presiden Afganistan. Rekaman langsung menunjukkan komandan dan anggota Taliban duduk di dalam istana, menyatakan kemenangan mereka setelah pasukan Afganistan menyerah tanpa bertempur.
Foto: Zabi Karim/AP/picture alliance
Takut penerapan aturan Islam garis keras
Banyak yang takut penerapan aturan Islam garis keras. Walau dalam sebuah pernyataan Taliban mengklaim, tidak akan membalas dendam terhadap mereka yang mendukung aliansi dukungan AS. Perempuan sebagian besar dilarang ikut pendidikan selama pemerintahan Taliban sebelumnya di Afganistan (1996-2001). Warga di Kabul buru-buru hapus gambar yang mungkin tak disukai Taliban.
Foto: Kyodo/picture alliance
Melintasi perbatasan ke Pakistan
Di saat ribuan warga yang berusaha kabur menyerbu bandara Hamid Karzai, sejumlah warga Afganistan lainnya menyeberangi perbatasan memasuki Pakistan. Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rashid Ahmed mengatakan kepada DW, pemerintah telah menutup perbatasan dengan Afganistan di Torkham.
Foto: Jafar Khan/AP/picture alliance
Taliban kembali berkuasa setelah penarikan pasukan AS
AS dan sekutunya memasuki Afganistan setelah serangan teror 11 September 2001, dan menaklukan Taliban. Ketika konflik 20 tahun berakhir secara tiba-tiba dengan penarikan pasukan AS dan NATO, pasukan pemerintah Afganistan dengan cepat runtuh tanpa dukungan.
Foto: Hoshang Hashimi/AP Photo/picture alliance
Kepemimpinan Taliban
Taliban memerintah negara itu dari tahun 1996 hingga 2001 dan memberlakukan interpretasi hukum Syariah Islam yang ketat. Taliban didirikan di bawah kepemimpinan Mullah Umar. Haibatullah Akhundzada sekarang menjadi pemimpin tertinggi, sementara salah satu pendiri lainnya Mullah Baradar (foto) mengepalai sayap politik.
Foto: Social Media/REUTERS
Taliban mengibarkan bendera mereka
Taliban mengklaim siap mengendalikan negara itu, dan menyatakan tidak akan membahayakan warga sipil yang telah bekerja sama dengan pasukan Barat. "Kami siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afganistan dan akan menjamin perlindungan yang diperlukan," kata juru bicara politik Taliban Mohammad Naeem kepada Al Jazeera. Sebuah klaim yang agak sulit dipercaya semua pihak.
Foto: Gulabuddin Amiri/AP/picture alliance
Wanita dan anak-anak berisiko tinggi
Perempuan, anak-anak dan minoritas lainnya kemungkinan besar akan sangat menderita di bawah rezim Taliban. Perempuan dan anak perempuan dilarang menjalani pendidikan selama pemerintahan Taliban sebelumnya di Afganistan, situasinya berubah setelah dilancarkan invasi yang dipimpin AS pada 2001.
Foto: Paula Bronstein/Getty Images
Presiden Ghani melarikan diri
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kabur meninggalkan negara itu pada 15 Agustus. "Untuk menghindari pertumpahan darah, saya pikir yang terbaik adalah keluar," katanya, tetapi ia menekankan akan terus berjuang untuk negara.
Foto: Rahmat Gul/AP Photo/picture alliance
Mantan Presiden Karzai desak perdamaian
Para pemimpin Afganistan telah membentuk dewan untuk bertemu dengan Taliban dan mengelola transfer kekuasaan. Mantan Presiden Hamid Karzai, yang merupakan bagian dari dewan mengatakan, ini "untuk mencegah kekacauan dan mengurangi penderitaan rakyat," dan untuk mengelola "pengalihan kekuasaan secara damai".
Foto: Mariam Zuhaib/AP Photo/picture alliance
AS dan Eropa lakukan evakuasi
Jerman mengerahkan pesawat militer untuk membantu evakuasi diplomat, warga negaranya dan staf lokal dari Afganistan setelah menutup kedutaan besarnya di Kabul. AS, Inggris, dan Arab Saudi juga mengevakuasi pasukan, diplomat dan pejabat lain dari negara tersebut.
Foto: Moritz Frankenberg/dpa/picture alliance
13 foto1 | 13
Apa yang Borrell katakan?
Dalam konferensi pers Borrell mengatakan bahwa UE akan terlibat secara pragmatis dengan Taliban terkait masalah kemanusiaan, seperti mengizinkan orang meninggalkan Afganistan. UE tidak akan serta-merta mengakui rezim Taliban.
Iklan
"Taliban telah memenangkan perang, jadi kita harus berbicara dengan mereka," katanya. "Kami akan berurusan dengan otoritas Afganistan seperti mereka, dan pada saat yang sama tetap waspada," tambahnya.
"Saya belum mengatakan bahwa kita akan mengakui Taliban," tegas Borrell.
"Yang saya katakan adalah kita harus berbicara dengan mereka untuk segalanya, bahkan untuk mencoba melindungi perempuan dan anak perempuan," pungkasnya.
"Kami akan mengajukan syarat untuk memberikan dukungan secara terus menerus, dan kami akan menggunakan pengaruh kami ... agar hak asasi manusia dihormati," lanjutnya.
Menurut Borrell, yang menjadi prioritas saat ini adalah bagaimana mengevakuasi warga UE dan warga Afganistan yang telah bekerja membantu upaya NATO yang gagal menyusul terciptanya kekacauan di bandara Kabul.
"Yang penting adalah fase transisi ini berlangsung damai dan itu akan tergantung pada apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh pemerintah transisi segera setelah diberlakukan, dalam hal apakah kita dapat mempercayai pernyataan mereka," kata Maas kepada wartawan.
Menurut Maas, Jerman saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) mengenai proses evakuasi, dengan harapan dapat menekan perwakilan AS yang sedang berdiskusi dengan Taliban di Doha, Qatar, mengenai akses bagi warga Afganistan ke bandara.
Maas menyebut seorang diplomat Jerman juga akan dikirim ke Doha untuk bergabung dalam pembicaraan.
Setelah pertemuan para menteri, UE mengkonfirmasi bahwa mereka juga menangguhkan pembayaran pembangunan sampai situasi di Afganistan dapat diklarifikasi. Blok 27 negara itu telah menjanjikan sekitar €1,2 miliar (Rp20,2 triliun) dalam bantuan pembangunan ke negara itu untuk periode 2021-2024.