Uni Eropa Tuntut Jawaban AstraZeneca soal Penundaan Vaksin
26 Januari 2021
Uni Eropa mengatakan, penundaan pemasokan vaksin dari AstraZeneca "tidak dapat diterima" dan menuntut jawaban. Uni Eropa menerangkan sudah membayar uang muka 336 juta euro (Rp 5,7 triliun) untk menjamin pemesanan.
Iklan
Para pejabat Uni Eropa hari Senin (25/01) mengadakan pertemuan khusus dengan jajaran direktur AstraZeneca untuk meminta klarifikasi, setelah produsen obat itu mengumumkan tidak bisa memenuhi kewajiban pemasokan vaksin COVID-19 ke Uni Eropa karena masalah kapasitas produksi.
"Kami ingin kontrak kami dipenuhi sepenuhnya," kata Komisaris Kesehatan Stella Kyriakides dan menuntut agar perusahaan segera "memberi jawaban atas masalah penting" tentang penundaan pengiriman vaksin yang mundur dari jadwal yang disepakati. "Jadwal baru ini tidak dapat diterima oleh Uni Eropa," katanya.
Pejabat Uni Eropa mengklaim punya hak kontraktual untuk meneliti data-data perusahaan dan memverifikasi nomor produksi guna menelusuri pengiriman vaksin.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dilaporkan telah berbicara dengan bos AstraZeneca Pascal Soriot sebelum pertemuan tersebut untuk mengingatkannya tentang komitmen perusahaannya.
Seorang juru bicara perusahaan mengatakan Soriot meyakinkan von der Leyen bahwa AstraZeneca melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mengirimkan vaksin.
Pembayaran dimuka ratusan juta euro untuk vaksin AstraZeneca
Uni Eropa mengatakan, bulan Agustus lalu telah dilakukan pembayaran dimuka sebesar 336 juta euro (Rp 5,7 triliun) kepada AstraZeneca untuk menjamin pemasokan 300 juta dosis vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca bersama Universitas Oxford di Inggris.
Iklan
Kepada kantor berita Reuters, pejabat Uni Eropa mengatakan Uni Eropa hanya akan menerima 31 juta dosis vaksin. AstraZeneca mengatakan, pemasokan awal memang lebih rendah daripada yang diperkirakan semula, "karena penurunan output di lokasi manufaktur dalam rantai pasokan kami."
Lokasi manufaktur yang dimaksud adalah pabrik vektor virus Belgia yang dioperasikan oleh perusahaan mitra Novasep. Perusahaan menerangkan, produksi vektor virus rumit dan memakan waktu dan proses pembuatan vaksin "memerlukan pengendalian banyak variabel".
AstraZeneca alihkan pemasokan vaksin?
Namun, anggota parlemen Uni Eropa Peter Liese dari Jerman mengatakan, itu bukan alasan untuk penundaan, dan menyebutnya hanya "usaha pembenaran." Harus dipertanyakan "bahwa ada kesulitan dalam rantai pasokan Uni Eropa, tetapi di tempat lain semuanya lancar.. tidak ada masalah untuk mendapatkan vaksin itu di Inggris," katanya.
Dia mengingatkan ada kemungkinan penalti keuangan, mengingat skala penundaan cukup luas. Uni Eropa juga khawatir bahwa dosis yang sudah dipesannya dialihkan ke bagian lain dunia.
"AstraZeneca secara kontrak diwajibkan untuk berproduksi sejak awal Oktober, dan tampaknya mereka akan mengirimkannya ke belahan dunia lain, termasuk Inggris, tanpa penundaan," kata Peter Liese.
Uni Eropa belum mengizinkan penggunaan AstraZeneca dan izin itu diharapkan keluar akhir Januari. Pemasokan vaksin AstraZeneca gelombang pertama untuk Uni Eropa dijadwalkan pada 15 Februari.
hp/rap (afp, rtr)
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)