Menurut laporan terbaru UNICEF, mereka antara lain adalah pengungsi anak dan pencari suaka. 45 persen pengungsi anak berasal hanya dari Suriah dan Afghanistan.
Iklan
Anak-anak membentuk sekitar sepertiga populasi dunia. Tapi mereka juga jadi separuh dari jumlah seluruh pengungsi di dunia. Demikian laporan terbaru UNICEF, yang diterbitkan Selasa (6/9). Jumlah pengungsi anak meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir. Demikian ditekankan laporan berjudul "Uprooted: The growing crisis for refugee and migrant children".
"Yang paling penting adalah fakta bahwa pengungsi anak adalah anak-anak, dan harus diperlakukan sebagai anak-anak," kata Ted Chaiban, Direktur Badan Urusan Anak-Anak PBB tersebut. "Mereka harus dilindungi. Mereka perlu akses untuk dapat pelayanan, seperti pendidikan."
Merkel pemimpin yang perhatikan masalah kemanusiaan
Bersamaan dengan itu, kepala Badan PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi menyatakan kepada harian Italia La Repubblica, sejauh ini, Kanselir Jerman Angela Merkel adalah pemimpin yang paling memperhatikan isu kemanusiaan.
Ia menekankan juga, menjadi seorang pemimpin berarti juga memperhatikan perasaan khawatir rakyatnya, dan mampu mengatasinya. "Tapi pada saat bersamaan tetap punya rencana dan visi jangka panjang, yang selalu melibatkan tantangan terhadap solidaritas," kata Grandi.
Walaupun menghadapi banyak kritik, juga dari kalangan partainya sendiri, Merkel tetap berpegang pada politik pengungsi yang sudah dijalankan, sambil meningkatkan keamanan bagi rakyat Jerman, mengingat tetap adanya ancaman teroris yang menyusup di antara pengungsi.
Sebagian pengungsi anak meminta suaka
Dari 28 juta anak yang kehilangan tempat tinggal, 10 juta di antaranya jadi pengungsi, dan sekitar sejuta jadi peminta suaka yang statusnya belum diputuskan. Sisanya terpaksa lari dari kampung halaman karena konflik dan tetap berada di negara sendiri.
Menurut laporan itu, 45% pengungsi anak berasal hanya dari dua negara: Suriah and Afghanistan.
Lagi pula, semakin banyak anak-anak yang berada di pengungsian mengadakan perjalanan tanpa orang tua. Sekitar 100.000 dari mereka meminta suaka di 78 negara tahun 2015. Tiga kali lipat jumlahnya di tahun 2014.
Menurut laporan, diperkirakan sekitar 20 juta anak berikutnya jadi imigran karena didesak antara lain oleh kemiskinan dan kekerasan antar kelompok kriminal.
Pengungsi anak hadapi banyak bahaya
Pengungsi dan anak-anak imigran menghadapi serangkaian bahaya seperti tenggelam saat menyeberang lautan, kelaparan, dehidrasi, penculikan, pemerkosaan dan pembunuhan. Saat tiba di negara lain, mereka kerap menghadapi diskriminasi dan xenofobia.
Penulis laporan mengungkap: "Dunia mendengar cerita pengungsi anak, satu demi satu, dan dunia bisa menyokong anak itu. Tapi jika kita bicara tentang jutaan, itu menyulut rasa marah dan memperjelas pentingnya solusi masalah yang jadi penyebabnya," kata Emily Garin.
UNICEF menyerukan komunitas internasional untuk menyediakan proteksi, edukasi dan layanan kesehatan untuk anak-anak ini. Ia juga menyerukan pemerintah untuk melihat awal masalah dan mencari penyelesaian yang menyebabkan pergerakan masal imigran dan pengungsi.
ml/vlz (dpa, afp, ap)
"Not every refugee comes in good intentions"
00:19
Meraup Keuntungan Ekonomi dari Arus Pengungsi
Para pedagang atau sektor informal di Serbia raih keuntungan dadakan dari arus pengungsi yang mengalir ribuan orang setiap hari. Kesengsaraan bagi pengungsi adalah keuntungan bagi pedagang atau penjual jasa di Balkan.
Foto: DW/D. Cupolo
Calo Tiket Bus
Sektor transportasi jadi bisnis yang tumbuh amat cepat di Balkan. Liridon Bizazli, warga Albania menawarkan jasa angkutan bus pada pengungsi di kamp Presevo. Sekali jalan ke Kroasia tarifnya 35 Euro. Bizazli mengatakan, profesinya dulu sebagai pelayan bar hanya digaji 8 Euro per hari. Kini dengan jadi calo penjual tiket bus ia meraup pendapatan 50-70 Euro per hari.
Foto: DW/D. Cupolo
Boleh Naik Bus Gratis
Tapi Bizazli juga bisa fleksibel dan murah hati. Keluarga yang membawa anak, kadang ia gratiskan menumpang bus. Alasannya, Bizazli sejatinya juga pengungsi dari Kosovo. Perjalanan dengan bus seharusnya gratis, ujar dia. Uni Eropa membayar Serbia untuk membantu pengungsi, tapi pemerintah tidak bertindak dan diduga uangnya mengalir ke jalur gelap.
Foto: DW/D. Cupolo
Main Getok Harga
Setiap hari antara 8.000 hingga 10.000 pengungsi datang ke Presevo. Permintaan tinggi membuat toko-toko buka nonstop melayani pengungsi. Terutama toko bahan makanan dan warung makan selalu penuh. Dampaknya sejumlah toko menaikkan harga dua hingga tiga kali lipat, untuk meraup lebih banyak untung dari rezeki dadakan itu.
Foto: DW/D. Cupolo
Jualan SIM Card Hingga Gerobak
Yang mula-mula dicari pengungsi setibanya di Eropa bukan makanan, melainkan SIM Card untuk ponsel agar bisa mengontak keluarga di Suriah. Akibatnya toko penjual prepaid card tumbuh bagai jamur di musim hujan. Bukan hanya itu, gerobak dorong inipun diburu pengungsi. Antara lain untuk mengangkut anak-anak atau kaum wanita yang sakit, seperti perempuan etnis Kurdi dari Suriah ini.
Foto: DW/D. Cupolo
Penjaja Sepatu Laris
Dengan tibanya musim dingin, banyak pengungsi yang semula berjalan kaki telanjang , terpaksa harus membeli sepatu. Jika terus "nyeker" saat musim hujan pada suhu dingin efeknya adalah penyakit infeksi pada kaki dan juga penyakit lebih berat lain. Warga yang jeli berubah profesi jadi penjaja sepatu dan kaus kaki, yang terbukti amat laris.
Foto: DW/D. Cupolo
Jual Beli Dokumen
Semua pengungsi harus meregistrasi diri di negara jalur transit Balkan. Jumlah petugas terbatas menyebabkan antrian panjang ribuan pengungsi yang memerlukan dokumen resmi. Kesengsaraan ini jadi peluang bisnis bagi supir bus yang nakal. Ia mengumpulkan dokumen milik penumpang yang berangkat ke Kroasia. Kembali ke Presevo ia bisa menjual dokumen "aspal" itu kepada pengungsi yang malas antri.
Foto: DW/D. Cupolo
Informasi Penting
Makin banyak sopir bus atau taksi yang berniat buruk, dengan menarik ongkos bagi perjalanan ke Kroasia tapi menurunkan pengungsi di kota terpencil di Serbia. Untuk melindungi para pengungsi dari kejahatan semacam ini, di kamp penampungan ditempel berbagai informasi berharga yang diterjemahkan dalam dalam beberapa bahasa.
Foto: DW/D. Cupolo
Perampokan di Jalan Tol
Bahkan ada sopir bus atau taksi yang terang-terangan mengancam petugas yang mendampingi pengungsi agar terhindar dari kejahatan semacam itu. Alexander Travelle, seorang relawan dari Presevo, melaporkan sebuah keluarga terdiri dari enam orang dirampok oleh sopir taksinya dengan todongan pistol di jalan tol, setelah diperintahkan membayar 80 Euro per kepala untuk perjalanan ke Kroasia.
Foto: DW/D. Cupolo
Semua Harus Bayar Suap
Agar diizinkan menjual tiket bus di kamp pengungsi Presevo, polisi penjaga kamp harus disogok 100 Euro per minggu. Juga sopir bus dan sopir taksi harus membayar "uang keamanan" kepada petugas polisi di kawasan ini. Namun para relawan mengatakan, tidak semua polisi terima sogokan, walaupun sulit membuktikan masih ada aparat yang bersih.
Foto: DW/D. Cupolo
Tarif Hotel Naik Drastis
Suhu makin dingin dan makin banyak pengungsi terpaksa menginap di hotel. Dengan seenaknya pemilik menaikkan tarif dan mengusir pengungsi yang tak mampu membayar sewa kamar. Jalan keluarnya: beberapa orang pengungsi urunan untuk menyewa satu kamar hotel secara berdesak-desakan.