Universitas Online Eksil Afganistan Didirikan di Frankfurt
8 Desember 2021
Para ilmuwan Afganistan yang mengungsi ke luar negeri akan mendirikan universitas online, difasilitasi oleh World University Service cabang Jerman. Konferensi pendiriannya akan digelar akhir minggu ini di Frankfurt.
Iklan
Tujuan pendirian universitas online itu adalah untuk memberi kemungkinan kepada para pelarian politik dan pengungsi dari Afganistan mengenyam pendidikan tinggi yang berkualitas, termasuk memberikan ijazah yang diakui.
Gagasan untuk mendirikan Afghan Exile Online University yang dibahas para ilmuwan Afganistan di luar negeri kemudian disambut dan dikembangkan oleh World University Service (WUS) cabang Jerman.
Situasi pendidikan di Afganistan sendiri saat ini menjadi sangat buruk setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, kata WUS dalam rilisnya hari Selasa (07/12). Kebanyakan dari sekitar 150 universitas dan sekolah tinggi di Afganistan sekarang tidak beroperasi lagi. Sekitar 370.000 mahasiswa sekarang tidak punya perspektif masa depan. Terutama bagi perempuan, situasi pendidikan tidak menentu karena di banyak tempat mereka tidak dibolehkan mengikuti pelajaran.
Konferensi pendirian universitas di Frankfurt
WUS Jerman akan menggelar konferensi pendirian universitas online itu pada hari Jumat dan Sabtu, 10 dan 11 Desember di kota Frankfurt. Konferensi itu akan dihadiri oleh para ilmuwan eksil Afganistan serta banyak bekas pejabat tinggi pemerintahan yang lari ke Eropa saat Taliban masuk ke Kabul.
Iklan
Konferensi dua hari itu akan membahas tentang kurikulum dan program studi Universitas Online Eksil Afganistan sekaligus perlengkapan teknisnya. Juga akan disusun sebuah piagam universitas sebagai dasar dan asas kegiatannya. Selain itu akan dibicarakan juga kemungkinan pendanaannya. Akan hadir antara lain mantan Menteri Luar Negeri Rangin Dadfar dan Presiden Universitas Kabul, Mohammad Osman Babury, yang dipecat oleh Taliban.
Yang sedang dikembangkan di sini adalah perspektif masa depan bagi Afganistan, kata Ketua WUS Kambiz Ghawami, di mana warga Afganistan yang punya kualifikasi dan pendidikan memadai akan memainkan peran penting. Pendidikan akan berlangsung dalam kerangka akademik tanpa indoktrinasi, dan bisa juga oleh mahasiswa yang berada di Afganistan.
Afganistan: Perubahan Keseharian di Bawah Kekuasaan Taliban
Terlepas dari semua drama seputar pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban di Afganistan, kehidupan sehari-hari terus berlanjut. Namun kehidupan sehari-hari itu telah berubah drastis, terutama bagi kaum perempuan.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Dunianya laki-laki
Foto dan video yang muncul dari Afganistan menunjukkan kembalinya aktivitas di jalanan perkotaan, seperti restoran di Herat ini yang sudah menerima pelanggan lagi. Tapi ada satu perbedaan mencolok dari sebelumnya: di meja hanya ada laki-laki saja, sering kali mengenakan pakaian kurta tradisional, tunik selutut. Perempuan di ruang publik menjadi hal langka di perkotaan.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Harus terpisah
Di sebuah universitas swasta di Kabul. Ada tirai yang memisahkan mahasiswanya. Pemisahan antara perempuan dan laki-laki ini sekarang menjadi kebijakan resmi dan kemungkinan akan terus menyebar. "Pembelajaran campur, lelaki-perempuan, bertentangan dengan prinsip Islam, nilai-nilai nasional, adat dan tradisi," kata Abdul Baghi Hakkani, Menteri Pendidikan Taliban di Kabul.
Foto: AAMIR QURESHI AFP via Getty Images
Kebebasan yang hilang
Seperti para perempuan ini yang sedang dalam perjalanan mereka ke masjid di Herat, setelah 20 tahun pasukan sekutu memerangi Taliban, kebebasan yang dulu didapatkan perempuan dengan cepat terhapus. Bahkan olahraga akan dilarang untuk pemain perempuan, kata Ahmadullah Wasik, wakil kepala Komisi Kebudayaan Taliban.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Pos pemeriksaan di mana-mana
Pemandangan di jalan juga didominasi oleh pos pemeriksaan Taliban. Ketika orang-orang bersenjata berat mengintimidasi warga, warga berusaha keras untuk berbaur. Pakaian gaya Barat menjadi semakin langka dan pemandangan tentara bersenjata lengkap semakin umum.
Foto: Haroon Sabawoon/AA/picture alliance
Menunggu pekerjaan
Di Kabul, buruh harian laki-laki duduk di pinggir jalan, menunggu tawaran pekerjaan. Afganistan, yang sudah berada dalam situasi ekonomi yang genting bahkan sebelum pengambilalihan Taliban, sekarang terancam "kemiskinan universal" dalam waktu satu tahun, menurut PBB. 98% warganya tahun depan akan hidup dalam kemiskinan, dibandingkan dengan 72% pada saat ini.
Foto: Bernat Armangue/dpa/picture alliance
Tetap mencoba melawan
Perempuan Afganistan, meskipun ditindas secara brutal, terus menuntut hak mereka atas pendidikan, pekerjaan, dan persamaan hak. Namun PBB memperingatkan bahwa protes damai juga disambut dengan kekerasan yang meningkat. Para Islamis militan menggunakan pentungan, cambuk dan peluru tajam membubarkan aksi protes. Setidaknya empat orang tewas dan banyak lainnya yang cedera.
Foto: REUTERS
Ada juga perempuan yang 'pro' Taliban
Perempuan-perempuan ini, di sisi lain, mengatakan mereka senang dengan orde baru. Dikawal oleh aparat keamanan, mereka berbaris di jalan-jalan mengklaim kepuasan penuh dengan sikap dan perilaku Taliban, dan mengatakan bahwa mereka yang melarikan diri dari negara itu tidak mewakili semua perempuan. Mereka percaya bahwa aturan Islam menjamin keselamatan mereka.
Foto: AAMIR QURESHI/AFP/Getty Images
Menyelaraskan arah
Demonstrasi pro-Taliban termasuk undangan bagi wartawan, berbeda dengan protes anti-Taliban. Yang terakhir, wartawan melaporkan mereka telah diintimidasi atau bahkan dilecehkan. Ini adalah tanda yang jelas dari perubahan di bawah Taliban, terutama bagi perempuan. (kp/hp)
Foto: AAMIR QURESHI/AFP/Getty Images
8 foto1 | 8
"Sudah ada tawaran pendanaan"
"Hanya dengan itu dalam jangka panjang dapat dibangun sebuah negara demokratis yang mandiri", kata Kambiz Ghawami. Dia mengatakan, dukungan juga datang dari jaringan universitas "Global Campus of Human Rights" dan berkedudukan di Venezia dan Dewan Eropa. WUS juga sudah menerima tawaran bantuan pendanaan dari beberapa organisasi.
Dia menambahkan, saat ini di Afganistan masih ada ribuan mahasiswa dan ilmuwan yang menanti kesempatan untuk bisa lari dari rezim Taliban. WUS mengimbau dunia akademik internasional untuk tetap membantu dan mendukung mereka.
WUS didirikan pada tahun 1920 untuk memperjuangkan hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia. WUS cabang Jerman memprakarsai pendirian Universitas Online Eksil Afganistan, karena antara Jerman dan Afganistan ada hubungan kerjasama akademik sejak 100 tahun, jelas Kambiz Ghawami.