1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Universitas Turki-Jerman Kawinkan Budaya

Heiner Kiesel25 Juli 2013

Setelah tujuh tahun persiapan, akhirnya di musim dingin tahun ajaran 2013, Universitas Turki-Jerman dibuka. Diharapkan, universitas ini dapat meningkatkan hubungan kedua negara.

Foto: AP

Mantan pemimpin parlemen Jerman Bundestag Rita Süssmuth tampak terkesan ketika berbicara tentang Universitas Turki-Jerman Istanbul (TDU). Dibangun di lingkungan yang indah, empat bangunan pertama berdiri di distrik Beykoz yang terletak di belahan Asia kota itu. "Sangat bagus dan hijau di sana, Anda harus melihatnya," kata politisi Partai CDU tersebut.

Rita Süssmuth merupakan presiden konsorsium 29 universitas Jerman dan lembaga pertukaran akademik Jerman (DAAD), yang telah mendorong perkembangan universitas ini. Sekarang, setelah tujuh tahun pembangunan, pada bulan September, seminar dimulai - dengan 135 siswa. "Saya sangat gembira, ternyata minatnya begitu besar, kita tidak boleh mundur lagi," kata Süßmuth. Dalam tiga tahun, ketika semua bangunan selesai, TDU akan terbuka untuk 5000 siswa.

Proyek universitas ini dipuji oleh Menteri Pendidikan Jerman Johanna Wanka. Dikatakannya, "Ini bukan hanya bisa menjadi mercusuar ilmiah, tetapi juga membangun hubungan antar budaya dengan negara kami. Dan kami yakin bahwa universitas ini juga merupakan sinyal yang baik bagi pembangunan masyarakat madani," kata Wanka. Ini dapat menjadi harapan bagi siswa yang aktif dalam politik. Sebuah harapan yang sangat berani, mengingat baru-baru ini terjadi kontroversi sengit antara kewenangan negara dan warga tidak puas dengan kondisi di Turki. Rektor TDU, Halil Akkanat buru-buru menjelaskan bahwa institusinya mengembalikan universitas ke keadaan normal, yang harus tetap "obyektif." Ia juga mencatat bahwa kerusuhan tidak akan mengganggu organisasi dan kegiatan akademik.

Studi dan Pertukaran Budaya

Kampus yang terletak di Beykoz, dapat dicapai siswa dengan berjalan kaki dari terminal feri. Bukan hanya diperuntukan bagi warga Turki, mahasiswa asing juga bisa belajar di sana. Saat ini, jumlah mahasiswa asingnya ada 15 orang. Berdasarkan undang-undang pendidikan tinggi di Turki, ini berarti ongkos pendaftaran kuliahnya gratis, tapi siswa asing harus membayar biaya kuliah sekitar €600.

Universitas ini menawarkan gelar sarjanan untuk bidang teknik, hukum dan bisnis. Di samping itu, ada gelar Master dalam Manajemen Antarbudaya (Institut Ilmu Sosial) dan Hubungan Internasional-Eropa (Ilmu Administrasi). Mata kuliah diajarkan dalam bahasa Jerman dan Turki, dan juga dalam bahasa Inggris. "Semua siswa harus memiliki kemampuan bahasa Jerman yang baik dan harus siap dikirim secara berkala ke Jerman, sehingga mereka mengenal budaya Jerman dengan lebih baik," kata Akkanat.

Rita SüssmuthFoto: DW/H. Kiesel
Johanna Wanka dan Halil AkkanatFoto: picture-alliance/dpa

Mereka yang tidak memenuhi target setelah satu tahun persiapan, harus mencari universitas lain. Sistem perkuliahan telah dikembangkan dalam kerjasama yang erat dengan universitas mitra Jerman.

Pembiayaan Binasional

Universitas Turki-Jerman TDU merupakan bagian dari kesepakatan antar pemerintah. Sejauh ini, Turki telah menginvestasikan 80 juta Lira, yang terutama digunakan untuk pembangunan atau konstruksi, ujar Rektor Akkanat. Turki juga menanggung biaya staf pengajar. Dari Jerman sudah ditanam sekitar dua setengah juta euro. Tapi di masa depan, komitmen Jerman akan meningkat.

Menteri Pendidikan Jerman Johanna Wanka menandaskan: "Kami membuat kontribusi yang substansial terhadap pertukaran antar universitas yang bekerjasama senilai empat juta Euro per tahun, ditransfer lewat DAAD."

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait