Unjuk Gigi dengan Senjata Nuklir
24 Januari 2013Krisis berkala antara Korea Utara dan dunia internasional kembali menajam. Rezim di bawah penguasa Kim Jong Un -yang awal tahun ini masih berusaha memberikan isyarat berdamai- kini memupuskan harapan akan meredanya konflik. Dengan jelas pemimpin di Pyongyang melancarkan ancaman terhadap AS.
Musuh Bebuyutan AS
"Kami tidak menyangkal, bahwa AS menjadi sasaran berbagai roket jarak jauh, yang akan terus kami luncurkan, dan juga uji coba nuklir yang kami lalukan", demikian dikutip kantor berita pemerintah, KCNA dari sebuah pernyataan Komisi Pertahanan Nasional. Ditambahkan juga, "Fase baru perjuangan ratusan tahun terhadap AS akan dimulai, terhadap musuh bebuyutan rakyat Korea." Pakar Korea Utara, Eric Ballbach menjelaskan, reaksi Korea Utara menunjukkan, bahwa sanksi lebih ketat bukan langkah tepat untuk menghadapi Korea Utara.
Sejak Korea Utara mengadakan uji coba rudal jarak jauh pertengahan Desember lalu, AS secara konsekuen mengusahakan pengetatan sanksi PBB terhadap negara komunis itu. Upaya AS didukung Jepang dan Korea Selatan. Selasa lalu (22/01) DK PBB di New York menyetujui resolusi mengenainya dan mempertajam sanksi. Bahkan Cina, yang memiliki hak veto dalam badan tertinggi PBB itu, dan menjadi sekutu terpenting Korea Utara, mendukung langkah tersebut.
Persyaratan Terpenuhi
Banyak pakar di AS dan Korea Selatan sejak lama memperkirakan, bahwa Korea Utara sudah akan siap mengadakan uji coba nuklir ke tiga. Uji coba sebelumnya diadakan 2006 dan 2009. Pemimpin di Pyongyang hanya perlu mengambil keputusan. Demikian dikatakan seorang juru bicara departemen pertahanan Korea Selatan di Seoul. DK PBB sudah memberikan reaksi berupa pengetatan sanksi, setelah dua uji coba pertama dilaksanakan.
Setelah pembicaraan dengan wakil pemerintah Korea Selatan, petugas khusus pemerintah AS untuk politik Korea Utara, Glyn Davies, mengimbau Pyongyang untuk tidak mengadakan uji coba nuklir. "Apakah mereka akan mengadakant tes atau tidak, itu tergantung keputusan mereka."Tetapi itu menjadi suatu kesalahan dan "kesempatan yang terlewatkan", jika mereka melakukannya. Demikian dikatakan Davies di depan wartawan.
April 2012 Korea Utara meluncurkan roket dengan satelit pemantau ke luar angkasa. Tetapi dalam waktu singkat satelit itu jatuh ke Laut Kuning. AS, Jepang dan Korea Selatan menganggap peluncuran satelit itu sebagai uji coba rudal jarak jauh bagi program nuklir Korea Utara, tetapi tidak mau diakui negara itu. Dengan demikian Korea Utara telah melanggar resolusi PBB. Ketika AS menghentikan penyaluran bahan pangan bagi rakyat Korea Utara yang kelaparan, pemimpin negara itu mengumumkan akan mengadakan uji coba nuklir.
ML/AP (rtr, dpa, ap)