1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Unjuk Rasa Anti Pemerintah Berkepanjangan di Thailand

9 April 2009

Di Bangkok puluhan ribu massa berdemonstrasi menentang penasihat raja Thailand, Jenderal Prem. Para pendukung mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra yang memakai kaus merah menuntut pemilihan umum yang bebas dan adil.

Massa anti pemerintah dan pendukung mantan PM Thaksin Shinawatra memenuhi jalanan di Bangkok, Rabu (08/04) dan Kamis (09/04).Foto: AP

Aksi protes para pendukung mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra menentang pemerintah mencapai puncaknya. Puluhan ribu massa turun ke jalan dari istana kerajaan di Bangkok menuju rumah penasihat tertinggi raja, Prem Tinsulanonda.

Para demonstran menganggap purnawirawan jenderal itu sebagai dalang kudeta militer September 2006 silam, yang menggulingkan pemerintahan perdana menteri Thaksin waktu itu.

“Kami ingin orang yang telah menghalangi perkembangan demokrasi di Thailand untuk berhenti turut campur dalam politik. Dan sangat jelas bahwa jenderal Prem Tinsulanonda punya peranan utama dalam gerakan politis ini,“ ujar seorang demonstran berkaus merah.

Para pengunjuk rasa menuntut penasihat raja itu untuk mundur dan juga dibubarkannya pemerintahan saat ini. Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva awal tahun ini naik ke posisinya saat ini dibantu para pembelot pro Thaksin yang ketika itu memerintah dan kemudian dibubarkan.

"Saya ingin parlemen dibubarkan dan mengembalikan kekuasaannya kepada rakyat. Biarlah rakyat yang menentukan siapa yang memerintah,“ ungkap seorang pengunjuk rasa. Lainnya menimpali dengan, "Kami ingin bertahan di sini dan tetap berunjuk rasa hingga tuntutan kami dipenuhi."

Dalam 2,5 tahun terakhir ini, sudah dua kali partai pro-Thaksin, yang memenangkan pemilu, dibubarkan karena dituduh melakukan kecurangan. Tindakan itu dilihat oleh para pendukung partai sebagai konspirasi politik antara elit di kalangan sipil dan kerajaan.

Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva kembali menolak untuk mundur. Setelah sidang darurat kabinet, ia berpidato di televisi.

Abhisit menjamin, polisi tetap menahan diri. Katanya, "Kami tidak membiarkan situasi ini berubah menjadi perang saudara atau revolusi. Jika aksi protes diwarnai kerusuhan, polisi akan bertindak."

Ribuan polisi dan tentara berseragam dan berpakaian sipil dikerahkan. Pemerintah harus mencegah aksi protes tidak berubah menjadi insiden kekerasan, demikian diungkapkan pengamat politik Titinan Pongsuthirak dari Universitas Chulalongkorn.

"Demonstran berbaju merah berusaha memprovokasi pemerintah. Mereka menginginkan reaksi berlebihan pemerintah, aparat keamanan melakukan kekerasan, dan menyebabkan meluasnya aksi protes,“ jelas Titinan.

Kamis ini (09/04), kelompok demonstran Baju Merah mengancam akan mengganggu jalannya konferensi tingkat tinggi ASEAN di Pattaya. Sekitar seratus mobil taksi memblokir jalanan sekitar Monumen Kemenangan Bangkok dan menyebabkan kekacauan lalu lintas. Aksi protes juga digelar di depan gedung kementerian luar negeri, mahkamah konstitusi dan kantor pusat Partai Demokrat pimpinan PM Abhisit Vejjajiva.

Bernd Musch-Borrowska/Luky Setyarini