Upaya Malaysia Kembalikan Badak Sumatera dari Kepunahan
15 Agustus 2020
Upaya para ilmuwan kembalikan populasi badak sumatera di Malaysia meliputi penggunaan sel-sel badak yang baru saja mati tahun lalu. Namun upaya mereka terkendala birokrasi dan diplomasi.
Iklan
Ilmuwan dari Malaysia tengah berupaya mengembalikan keberadaan badak sumatera di Malaysia dengan menggunakan teknologi sel induk eksperimental yang berasal dari sisa-sisa sel kulit badak yang telah meninggal.
“Saya sangat yakin," ujar ahli biologi molekuler Muhammad Lokman Md Isa kepada Reuters di laboratorium tempatnya bekerja di Universitas Islam Internasional Malaysia. "Jika semuanya berfungsi, bekerja dengan baik, dan semua orang mendukung kami, itu bukan hal yang mustahil."
Iman, badak sumatera betina terakhir di Malaysia, pada November 2019 lalu telah mati di sebuah cagar alam di pulau Kalimantan akibat kanker. Kematian Iman hanya berselang enam bulan setelah kematian badak jantan terakhir Malaysia yang bernama Tam. Saat ini, yang tersisa dari keberadaan Iman adalah sampel kulit, telur, dan beberapa jaringan.
Badak sumatera adalah badak terkecil di dunia dan satu-satunya badak Asia yang bercula dua. Dahulu, badak sumatera hidup bebas di alam liar mulai dari wilayah Himalaya timur di Bhutan, bagian timur India, Myanmar, Thailand, hingga ke Indonesia dan Malaysia.
Badak sumatera dan badak jawa sama-sama berstatus hampir punah, namun badak sumatera mengalami ancaman kepunahan yang lebih besar lagi akibat perburuan, hilangnya habitat dan terisolasi dari badak lainnya. Badak-badak yang tersisa bertahan hidup dalam populasi kecil yang terpisah sehingga menyulitkan mereka untuk menemukan badak lain dan berkembang biak. Saat ini ada 80 ekor badak sumatera yang tersisa, semuanya hidup di wilayah Indonesia.
Rencana kembangkan bayi tabung badak
Ketika masih hidup, para ilmuwan dan pegiat konservasi berupaya membuat Iman dan Tam berkembang biak, tetapi tidak berhasil.
"Dia ibarat seorang laki-laki berusia 70 tahun, jadi tentu saja Anda tidak mengharapkan spermanya bisa sebaik itu," kata John Payne dari Borneo Rhino Alliance (BORA), yang telah berkampanye menyelamatkan badak di Malaysia selama sekitar empat dekade.
“Tampaknya jelas, untuk meningkatkan peluang keberhasilan berkembang biak, harus ada sperma dan telur dari badak di Indonesia. Namun hingga saat ini, Indonesia masih belum tertarik dengan hal tersebut.”
Hewan-Hewan Yang Bisa Kembali dari Kepunahan
Biodiversitas bisa hilang sekejap. Ilmuwan menyebut kepunahan masal ke-6 di dunia ini setara punahnya dinosaurus. Tapi bisakah kemampuan merusak milik manusia diimbangi kekuatan untuk bangkitkan hewan-hewan ini kembali?
Foto: Imago/Science Photo Library/L. Calvetti
Tidak usah takut t-rex
Film.film Jurassic Park menyebabkan orang membayangkan harus berhadapan dengan dinosaurus berbahaya. Tapi fantasi membangkitkan dinosaurus dari DNA milik seekor nyamuk purba yang terperangkap dalam resin pohon sangat jauh dari kenyataan. Menggunakan materi genetik yang berusia jutaan tahun tidak bisa dilakukan. Demikian pakar kebangkitan spesies punah.
Foto: picture-alliance/United Archiv/IFTN
Kemudian ada dua ekor...
Sejak meninggalnya Sudan, badak putih utara jantan yang terakhir dalam usia 45 tahun dua badak jantan betina, Najon dan Fatu, adalah yang terakhir dari spesies itu. Tapi ilmuwan berharap, embrio yang dibekukan nantinya bisa mengembalikan spesies itu dari jurang kepunahan. Embrio itu hasil penyatuan sperma Sudan dan telur dari badak putih selatan, spesies yang hampir serupa.
Foto: DW/Andrew Wasike
Rupanya tidak "terlalu punah"?
Ketika burung dodo hilang dari Mauritius di abad ke -17, hanya sedikit orang yang percaya, manusia bisa menyebabkan kepunahan seluruh spesies. Baru abad ke-19, ilmuwan Georges Cuvier membuktikan itu benar. Sejak itu dodo jadi simbol kekuatan destruktif manusia. Sekarang dicari DNA dodo dengan harapan, manusia bisa membuktikan kemampuan untuk membangkitkan spesies dari kepunahan.
Foto: Imago/StockTrek Images/D. Eskridge
Hidup rentan bahaya
Ketika Celia, ibex Pirenea terakhir meninggal tahun 2000, ilmuwan sudah kumpulkan dan bekukan sel-sel jaringannya. Tiga tahun kemudian, seekor kambing lahirkan klone Celia, yang diciptkan dengan menempatkan DNA Celia ke sebuah telur kambing. Sebenarnya, pembuahan dilakukan pada puluhan. Hanya 7 kambing hamil dan hanya seekor tidak keguguran. Klone Celia hanya hidup beberapa menit setelah lahir.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/C. Wermter
Jalan dari masa lalu
Ini Martha, merpati penumpang terakhir yang mati 1914. Mereka punah karena dimakan, perburuan ilegal dan deforestasi. Organisasi Revive & Restore, yang mempromosikan kebangkitan dari kepunahan, menilai merpati jenis ini jadi model sempurna untuk proyek model yang menunjukkan potensi kebangkitan spesies.
Foto: Donald E. Hurlbert, Smithsonian Institution
Ibu numbat
Warga Eropa yang datang ke Australia meyebabkan kepunahan thylacine, atau harimau Tasmania. Hewan terakhir dari spesies ini mati di kebun binatang Hobart tahun 1936. Sekarang ilmuwan telah mengkungkap kode genetik hwan ini dan berharap bisa menyisipkan gennya ke DNA milik spesies "saudara terdekatnya," yang disebut numbat.
Foto: Getty Images/AFP/T. Blackwood
Kebangkitan mamut
Spesies paling menarik yang mungkin bisa bangkit adalah mamut berambut lebat. "Saudara terdekat" spesies ini adalah gajah Asia. Ilmuwan di Universitas Harvard mengatakan, spesies ini bisa berperan dalam memperlambat pelumeran permafrostdan memperlambat perubahan iklim. Tapi untuk konsep yang disebut "Pleistocene Park" diperlukan sekitar 80.000 hewan supaya ada manfaatnya.
Foto: Imago/Science Photo Library/L. Calvetti
Sapi istimewa
Spesies yang disebut auroch dulunya hidup di kawasan Eurasia. Mereka punah 400 tahun lalu akibat kehilangan habitat. Tapi keturunan mereka, yaitu sapi, terus hidup. Sejauh ini sudah ada program-program untuk "kembali membiakkan" auroch. Upaya yang dilakukan di Jerman membuahkan spesies yang disebut sapi Heck. Penulis: Ruby Russell (ml/ap)
“Karena ini bagian dari hubungan diplomatik, pelaksanaannya harus sesuai dengan regulasi masing-masing negara,” ujar Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian KLHK.
Para ilmuwan Malaysia berencana menggunakan sel dari badak yang mati untuk menghasilkan sperma dan telur yang akan menghasilkan bayi tabung untuk ditanamkan ke dalam hewan hidup atau spesies yang memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat seperti kuda. Rencana ini serupa dengan upaya konservasi badak putih utara di Afrika yang jumlahnya hanya tinggal dua ekor.
Namun proses ini masih jauh dari kemungkinan untuk dapat melahirkan hewan baru, kata Thomas Hildebrandt dan Cesare Galli, ilmuwan yang memimpin penelitian tersebut. Bahkan jika berhasil, kurangnya keanekaragaman genetik pada hewan yang diproduksi dengan cara ini dapat mengancam kelangsungan hidup mereka dalam jangka panjang, kata Galli.
Ilmuwan Indonesia, Arief Boediono, termasuk salah satu ilmuwan yang terlibat dalam proses ini di Malaysia. Ia berharap kesuksesan proses tersebut dapat memberikan pelajaran untuk membantu perkembangbiakan badak di Indonesia.
“Mungkin butuh lima, 10, hingga 20 tahun, saya tidak tahu,” ujar Arief. "Tapi sudah ada beberapa keberhasilan yang melibatkan tikus laboratorium di Jepang, jadi itu berarti ada peluang."
Sebelumnya, para peneliti di Jepang telah berhasil menumbuhkan gigi dan organ lain seperti pankreas dan ginjal menggunakan sel induk embrio dari tikus dan mencit untuk menumbuhkan organ pengganti bagi manusia.
ae/vlz (Reuters, worldwildlife.org)
Ikut App Kencan Tinder untuk Cegah Kepunahan
Siapa bilang Tinder hanya bagus untuk manusia dalam mencari teman kencan? Badak jantan satu-satunya dari spesies badak putih utara ikut app kencan ini sebagai langkah terakhir untuk mencegah kepunahan spesiesnya.
Foto: imago/Amka Agency International
43 Tahun, Tinggi 183, Berat 2,5 Ton
Nama: Sudan. Ciri lain: berkeriput. Tapi tak apa, bukankah cinta tak kenal batasan apapun? "Saya lain daripada yang lain", begitu katanya di Tinder. Dan benar, ia satu-satunya hewan jantan dari spesies badak putih utara yang masih hidup. Tempat tinggal perjaka yang mencari teman kencan ini di padang rumput taman nasional Ol Pejeta Conservancy, di kaki Mount Kenya yang puncaknya ditutupi salju.
Foto: DW/Andrew Wasike
Teman Senasib: Najin dan Fatu
Perburuan ilegal dan hilangnya habitat menyebabkan spesies Ceratotherium Simum Cottoni berada di tepi jurang kepunahan. Di seluruh dunia hanya tinggal tiga ekor yang hidup. Sayangnya, badak betina Fatu tidak bisa bunting lagi karena sudah terlalu tua. Sementara badak betina Najin tidak bisa bunting karena kelainan pada uterus.
Foto: DW/Andrew Wasike
Memikat Hati Para Perawatnya
Sudan selalu tampak antusias, jika perawatnya datang dengan seember penuh wortel. Tapi ia tidak bisa dibilang fit. Bagi badak, ia sudah berusia lanjut. Kaki belakangya lemah, jadi walaupun ada badak betina yang bisa bunting, Badak jantan ini sulit bisa berhubungan seksual normal dengan badak itu.
Foto: DW/Andrew Wasike
Mencari Uang untuk Membangun Keluarga
Ferstilisasi In Vitro (IVF) jadi harapan terakhir. Pakar konservasi sudah berusaha membuat bunting badak putih selatan dengan sperma Sudan. Tapi kualitas spermanya tidak bagus lagi, eksperimen gagal. Kini mereka berharap, lewat app Tinder bisa menggalang cukup uang untuk membiayai riset, agar Sudan dan Najin bisa punya anak. Foto: badak putih betina (Ceratotherium simum) dengan anaknya.
Foto: imago/Amka Agency International
Tinder dan Usapan Yang Menolong
Dana yang diperlukan antara 9-10 juta Dolar, kata Richard Vigne, manager Ol Pejeta Conservancy, kepada DW. Hanya dengan mengusap layar, pengguna Tinder yang melihat profil Sudan akan dibawa ke laman pemberian sumbangan. Idenya: memodifikasi sperma Sudan secara genetis agar kualitasnya membaik, kemudian membuahi sel telur dari Najin. Telur kemudian ditanam pada seekor badak putih selatan betina.
Foto: DW/Andrew Wasike
"Fans" Membludak di Tinder
Kabar baiknya, kampanye di Tinder dapat respons membludak, hingga situs konservasi di internet ambruk. Profil Sudan bisa dibaca di 190 negara, dalam 40 bahasa. Sejak 25 April sudah digalang lebih dari 100.000 Dolar. Vigne berharap, kampanye di Tinder bisa menyadarkan orang, bahwa nasib badak Sudan dan spesiesnya juga dialami ribuan spesies lain di dunia. Penulis: Andrew Wasike (ml/as)