1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Upaya Mengatasi Penyakit Malaria

25 April 2012

25 April adalah Hari Malaria Sedunia. Meskipun obat-obatan kini makin ampuh, tapi masih banyak orang meninggal karena malaria.

ARCHIV - Eine Stechmücke "Anopheles quadrimaculatus", die Malaria übertragen kann (undatiertes Archivfoto). Mit der Klimaerwärmung können sich nach Ansicht von Experten langfristig tropische Krankheiten bis nach Deutschland ausbreiten. In Deutschland gebe es derzeit noch zwei Arten der Anopheles-Stechmücke, die Malaria übertragen könnten. Seit 1948 habe es aber keinen Malaria-Fall mehr in Deutschland gegeben. Foto: dpa/lsw (zu dpa-Gespräch: "Experte: Wegen Klimawandel breiten sich tropische Krankheiten aus" vom 20.01.2007) +++(c) dpa - Bildfunk+++
Foto: picture-alliance /dpa

Malaria tetap menjadi penyakit penyebab kematian terbanyak di negara miskin. Sekitar satu juta orang meninggal setiap tahunnya karena malaria. Separuh dari korban meninggal adalah anak-anak. Terutama situasi di kawasan ekuator Afrika amat buruk.

Nyamuk AnophelesFoto: Cenix BioScience GmbH

"Sebagai dokter saya melihat, di negara-negara ini masih terlalu banyak pasien pengidap malaria dan juga masih sangat banyak dengan komplikasi berat." kata pakar medis Kai Braker, yang memimpin proyek internasional organisasi bantuan "Dokter Tanpa Batas". „Anak-anak sering mengalami anemi hebat, yakni kurang darah sehingga mereka sulit bernafas. Itu sangat mengerikan", disesalkan Braker.

Sebetulnya komplikasi penyakit berat semacam itu tidak perlu terjadi. Karena saat ini sudah ada ujicoba cepat untuk memastikan penyebab penyakit, ataupun obat-obatan yang ampuh, yakni artemisinin, sebuah preparat kombinasi.

Meski demikian banyak pasien tidak punya akses memperoleh perawatan medis. "Justru di sana, dimana "Dokter Tanpa Batas" bekerja, sering kali obat ini tidak tersedia, kata para dokter. Dengan begitu malaria menjadi penyakit warga miskin.

Kelambu anti nyamukFoto: Ralph Ahrens

Jadi tercipta lingkaran setan. Kemungkinan terinfeksi malaria jauh lebih tinggi jika seseorang hidup dalam kemiskinan. Karena kurangnya pendidikan dan penyuluhan, banyak pasien kurang mengetahui tanda-tanda dan peluang perawatannya. Di sisi lain, penyakit malaria amat mempengaruhi produktivitas penduduk di kawasan endemik malaria dan memicu kemiskinan bertambah parah.

Penyemprotan rumah-rumah dengan DDTFoto: picture-alliance/dpa

Tapi bisa terjadi kondisi yang lain. Malaria dapat  diatasi dengan serangkaian tindakan tertentu yang relatif murah. "Termasuk diantaranya upaya memberantas nyamuk Anopheles, yang menjadi penyebar parasit" papar Jürgen May, pakar medis pada Bernhard-Nocht-Institut untuk Penyakit Tropis di Hamburg. Yang penting juga adalah sarana yang sudah terbukti ampuh ratusan tahun, seperti kelambu anti nyamuk.

Pestisida - temuan baru

"Siapa yang tidak digigit nyamuk, juga tidak akan tertular malaria", begitu disimpulkan pakar medis itu. Kelambu pada tempat tidur berfungsi amat baik, karena nyamuk anopheles terutama menggigit pada malam hari.

Jenis nyamuk ini mulai aktif saat magrib dan mencapai titik puncak frekuensi menggigit sekitar tengah malam, dijelaskan dokter tersebut. Jika matahari mulai bersinar, hampir tidak ada orang yang digigit nyamuk Anopheles.

Tentu saja kelambu nyamuk tidak boleh sampai bolong. Tapi terutama sebaiknya kelambu anti nyamuk itu dibubuhi insektisida. Zat kimia membunuh nyamuk jika mendarat di kelambu. Salah satu insektisida yang masih ampuh sejak tahun 1960-an adalah DDT, yang dikecam merusak lingkungan.

Dulu pestisida ini disemprotkan pada lahan pertanian yang luas. Lewat rantai makanan, racun ini masuk ke darah manusia dan binatang. Kini penggunaan DDT di bidang pertanian dilarang. Tapi sejak tiga tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan penyemprotan DDT di tembok rumah dan kelambu nyamuk.

"Jika penggunaannya rasional, DDT tidak berbahaya bagi manusia", kata pakar medis pada Bernhard-Nocht-Institut, Jürgen May. Misalnya di sebuah rumah sakit di Ghana, jumlah pasien malaria menurun dari 6000 menjadi 40 pasien per bulan, sejak pemerintah menyemprot secara teratur kawasan perumahan dengan DDT.

Fabian Schmidt/Dyan Kostermans

Editor: Agus Setiawan