Pemilu AS: Upaya Terakhir Trump dan Biden untuk Tarik Suara
3 November 2020
Trump dan Biden telah berjuang memikat banyak orang di swing state. Setelah kampanye yang didominasi oleh pandemi, presiden petahana dan saingannya memiliki pesan yang kontras untuk warga AS.
Iklan
Presiden AS Donald Trump dan saingannya Joe Biden menghabiskan jam-jam terakhir berkampanye mereka di negara bagian kunci yang pada akhirnya akan memutuskan nasib pemilihan presiden di AS. Pada hari Selasa (03/11), warga Amerika mulai bergerak menuju tempat pemungutan suara.
Namun, hampir 100 juta warga AS telah terlebih dahulu memberikan suara mereka melalui pos, yang membuat Trump kecewa karena percaya hal tersebut dapat membahayakan peluangnya untuk menang.
Iklan
Pesan yang kontras
Meskipun kedua kandidat presiden mungkin memiliki tujuan yang sama untuk memimpin negara selama empat tahun ke depan, namun pesan terakhir yang mereka sampaikan sangat berbeda.
Trump muncul dalam aksi unjuk rasa di North Carolina, Pennsylvania dan Wisconsin dan berbicara tentang potensi "kekerasan" dan "kecurangan yang belum pernah dilihat sebelumnya" jika penghitungan suara memakan waktu beberapa hari. Sementara Biden, berada di kota Pittsburgh dan menyerukan ketenangan.
"Kami sudah selesai dengan kekacauan, kami selesai dengan cuitan-cuitan, kemarahan, kebencian, kegagalan, ketidakbertanggungjawaban," kata mantan wakil presiden AS itu.
Pesan Trump yang berapi-api, yang kemudian ia ulangi di Twitter, muncul setelah Mahkamah Agung AS mengizinkan perpanjangan tenggat waktu untuk menerima surat suara lewat pos di Pennsylvania dan North Carolina - negara bagian yang sangat penting bagi peluang terpilihnya kembali sang petahana.
Pemilu AS dari Kacamata Kartunis
Donald Trump atau Joe Biden? Begini kacamata kartunis di seluruh dunia saat kedua kandidat berhadapan dalam debat terakhir.
Dua calon presiden saling mendiskreditkan satu sama lain
Apa yang terjadi dengan budaya debat politik di AS, tanya kartunis Ceko Marian Kamensky. Konfrontasi pertama di TV antar calon persiden merosot menjadi pertarungan lumpur. Alih-alih bertukar argumen, mereka saling menghina satu sama lain. Debat kedua pada tanggal 22 Oktober memiliki aturan yang lebih ketat, termasuk mikrofon yang dinonaktifkan untuk menghentikan interupsi.
'Taktik kotor' dan medan yang sulit
Pasangan Biden, Kamala Harris, menyebut strategi yang digunakan oleh petahana sebagai "taktik kotor". Demokrat tengah melalui medan yang sulit. Itu yang digambarkan karikatur Jerman karya Jens Kricke. Donald Trump, sang petahana, sepertinya tidak peduli. Dia tampak menyendiri, seperti penyihir jahat dalam dongeng.
Foto: Jens Kricke/toonpool.com
Propaganda yang dibuat-buat
Presiden ini senang melebih-lebihkan dengan berkata, "Saya orang paling tidak rasis yang pernah anda lihat", "Tidak ada yang lebih menghormati perempuan daripada saya" atau "Saya lebih memahami uang daripada orang lain." Dia pun yakin AS tidak pernah memiliki presiden yang lebih baik. Dalam sketsa karya Martin Erl ini, Trump memuji seorang fotografer sebagai "salah satu yang terbaik di dunia."
Foto: Martin Erl/toonpool.com
'Si Pengantuk Joe' dan 'Si Badut'
Biden adalah "orang tua yang mengantuk" dan "boneka kiri radikal," kata Trump, yang terus-menerus memotong lawannya dalam debat pertama. Biden menanggapi dengan menyebut Trump sebagai seorang rasis, pembohong, badut dan "presiden terburuk yang pernah dimiliki Amerika." Para komentator menyebutnya sebagai salah satu debat terburuk yang pernah dilihat Amerika. Seniman Italia Christi sangat setuju.
Perilaku kekanak-kanakan
Banyak orang Afrika juga heran dengan perilaku Trump yang tidak terlalu negarawan. Kartunis Damien Glez dari Burkina Faso melihat presiden sebagai anak nakal kecil yang ingin mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa peduli harganya. Apa yang tidak cocok harus dibuat pas dan dengan paksa. Orang-orang hanya berharap presiden tidak menekan tombol nuklir.
Trumpzilla
Film Godzilla Jepang pertama muncul di layar pada tahun 1954. Kemana pun kadal raksasa itu pergi, ia meninggalkan kerusakan. Kartunis Takeshi Kishino menciptakan sosok presiden AS yang kejam menjadi monster Godzilla raksasa. Bisakah Joe Biden memiliki peluang melawan Trumpzilla ini?
Laki-laki alfa tetap bersatu
Donald Trump dikelilingi para penguasa yang tidak terlalu peduli dengan norma demokrasi: Putin, Erdogan, dan diktator Korea Utara Kim Jong Un. Kartunis Belanda Tjeerd Royaards merasa bahwa kesamaan yang dimiliki para politisi ini adalah perilaku mereka-mereka yang mengaku sebagai lelaki alfa. Trump menyebut Biden, di sisi lain, sebagai orang tua yang lemah - yaitu baginya, bukan lawan yang serius.
Pemungutan suara melalui surat? Tidak mungkin!
Trump mengatakan penipuan akan merajalela dan surat suara dengan namanya akan ditemukan di keranjang sampah. Selama berbulan-bulan, Trump telah menyerang konsep pemungutan suara melalui surat dan memotong dana untuk layanan pos. Marian Kamensky merangkum situasinya di sini. Karena risiko yang ditimbulkan oleh pandemi corona, banyak Demokrat dan pihak lain ingin memberikan suara melalui surat.
Foto: Waldemar Mandzel/Toonpool
Uluran bantuan?
Dalam protesnya terhadap layanan pos, Trump lalai menyebutkan bahwa ia sendiri telah memberikan suara melalui surat pada beberapa kesempatan. Meskipun FBI menyatakan bahwa tidak ada kecurangan pemilihan di AS, Trump bersikeras bahwa AS terancam oleh "pemilihan yang paling curang dalam sejarah." Jika perlu, dia bisa mendapatkan bantuan dari luar negeri, kata kartunis Yunani Kostas Koufogiorgos.
Foto: Kostas Koufogiorgos/toonpool.com
Trump sebagai presiden
Pendukung Trump tidak hanya ditemukan di AS, tetapi juga di negara lain. Atas nama kartunis di seluruh dunia, Mark Lynch dari Australia menginginkan Trump sebagai presiden AS untuk masa jabatan kedua. "Kami membutuhkan teman kami" dan "Kami mencintai kepala Twitter", teriak para demonstran - karena tidak ada politisi lain yang menawarkan bahan mentah sebagai bahan kartun sebanyak Trump.
Tidak akan bergerak
Trump telah berulang kali menjelaskan bahwa ia ingin tetap berada di Gedung Putih. Seandainya ia kalah dalam pemilihan, ia belum secara tegas menyetujui masa transisi damai. Ia hanya mengatakan: "Baiklah, kita akan lihat apa yang terjadi." Ia sudah memanggil pendukungnya untuk melaksanakan protes jika ia tidak terpilih kembali.
Foto: Cartoonfix/toonpool.com
Dinasti yang stabil
Trump juga mempertanyakan konstitusi Amerika dan aturan yang melarang masa jabatan ketiga. Apakah ia ingin menjadi presiden seumur hidup? Seluruh keluarga Trump sering muncul di rapat umum kampanye, termasuk putra bungsu presiden, Barron. Hal ini memicu visi kartunis Jerman Christiane Pfohlmann tentang lahirnya monarki di AS. (Ed: st/rap) Penulis: Suzanne Cords
Foto: Chrsitiane Pfohlmann/toonpool.com
12 foto1 | 12
Topik corona mendominasi kampanye
Setelah beberapa bulan berkampanye di tengah pandemi corona, topik ini juga menjadi tema penting di hari-hari akhir kampanye kedua kandidat. Trump mengatakan kepada para pendukungnya: "Memilih Biden berarti memilih restriksi, kesengsaraan dan PHK."
Biden, yang mendukung restriksi untuk mengekang penyebaran virus, melakukan perjalanan ke Ohio, negara bagian lain yang menjadi medan pertempuran penting. Ia membawa keempat cucunya bersamanya, saat ia berjanji kepada warga untuk melindungi mereka layaknya anggota keluarga sendiri jika terpilih.
"Donald Trump tidak kuat, ia lemah. Ini adalah presiden yang tidak hanya tidak memahami pengorbanan, ia juga tidak memahami keberanian," katanya.
Biden saat ini unggul dalam rata-rata pemungutan suara nasional, meskipun keunggulannya sedikit menyempit di hari-hari menjelang pemilihan.
Masih belum diketahui apakah pemenang pasti akan munculdalam beberapa hari mendatang. Banyak yang memperkirakan pertarungan panjang akan terjadi di pengadilan hukum untuk memutuskan siapa yang akan menjadi presiden Amerika Serikat berikutnya.