1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ancam Indonesia, Clooney Dikritik Komunitas LGBT+

15 Mei 2019

Aktor George Clooney ingatkan Indonesia dan Malaysia agar tidak meniru langkah Brunei terkait kriminalisasi LGBT+ jika tidak ingin menjadi korban boikot ekonomi. Ucapan itu kini dikritik komunitas gay dan lesbian lokal.

Golden Globes George Clooney Rede
Foto: Getty Images/Paul Drinkwater/NBCUniversal

Aktor Hollywood George Clooney mendulang kritik dari komunitas LGBT+ usai menyebut boikot terhadap jaringan hotel mewah milik Sultan Hasanah Bolkiah sebagai "tembakan peringatan" terhadap Indonesia dan Malaysia agar tidak menggarap legislasi anti gay serupa Brunei.

Maret silam Clooney menyerukan boikot terhadap sembilan hotel milik sultan Brunei menyusul rencana pemberlakuan hukuman mati bagi pelaku seks sejenis. Sebagai buntut hujan kecaman global, Wakil Menteri Luar Negeri Brunei, Dato Erywan Mohn Yusof mengklarifikasi perilaku seks sejenis tidak akan dikenai hukuman mati.

Baca juga:Brunei Tetapkan Moratorium Hukuman Mati Bagi Pelaku LGBT 

Namun demikian regulasi baru yang dikeluarkan Hasanah Bolkiah tetap dinilai mendorong diskriminasi terhadap kelompok minoritas seksual.

Clooney yang tampil dalam sebuah wawancara televisi mengklaim perubahan sikap pada Brunei dipicu oleh tekanan ekonomi yang berasal dari aksi boikot. Menurutnya pernyataan sikap pemerintah Brunei "merupakan langkah maju ke depan setelah langkah mundur ke belakang," kata kata aktor kawakan Hollywood itu.

"Ini mengirimkan tembakan peringatan ke negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia yang juga mempertimbangkan regulasi seperti itu, bahwa pelaku bisnis, bank-bank besar, mereka akan mengatakan 'jangan pernah masuk ke ranah itu'."

Kontra produktif bagi pegiat LGBT Indonesia dan Malaysia

Di Indonesia Ketua DPR RI Bambang Soesatyo termasuk yang paling getol mendukung kriminalisasi LGBT. Dalam sebuah kolom opini di Koran Sindo, Februari 2018 silam, Bamsoet menulis gaya hidup pasangan sesama jenis ikut melahirkan ekses "mengerikan" seperti pembunuhan, HIV/AIDS dan pedofilia.

Baca juga: Analisa Dr. Michael Buehler: Perda Syariah Akan Makin Banyak, HAM Tak Diprioritaskan dan Nasib LGBT Tidak Terlalu Baik

"Jelas bahwa undang-undang yang berfokus pada pembatasan gaya hidup dari komunitas LGBT harusnya sudah lama terbit," tulis Bambang Soesatyo.

Tidak heran jika komunitas LGBT+ di Indonesia dan Malaysia mengkhawatirkan pemberangusan hak jika ucapan Clooney memicu kontroversi besar. Pernyataannya itu dianggap tidak peka terhadap nasib pegiat lokal.

"Saya menghimbau George Clooney dan Hollywood agar mendengar dan bekerjasama dengan aktivis-aktivis dan pegiat HAM lokal," kata Numan Afifi, Presiden lembaga advokasi LGBT+ di Malaysia, Pelangi.

Taiwan Akui Pernikahan Sesama Jenis

01:03

This browser does not support the video element.

"Para aktivis lokal mempertaruhkan nyawa di lapangan selama bertahun-tahun," imbuhnya. "Pernyataan Clooney, meski bermaksud baik, bisa juga menjadi kontra produktif untuk isu kami", papar aktifis Malaysia itu.

Jadi komoditas politik

Di Indonesia isu LGBT+ kerap menjadi komoditas politik yang semakin menyudutkan kaum minoritas seksual. Berulangkali polisi melakukan penggerebekan terhadap komunitas gay tanpa alasan jelas. Pada razia di Sunter, Jakarta, September 2018 silam, polisi mengajak media untuk merekam aksi penggerebekan, lengkap dengan gambar korban.

Baca juga: Aktivis HAM Kecam Hukum Syariah Brunei Terhadap Kaum LGBT

Dede Oetomo, pendiri organisasi advokasi LGBT Gaya Nusantara, menilai tekanan dari luar tidak akan banyak membantu nasib kaum minoritas seksual di Asia Tenggara. "Malaysia dan Indonesia merupakan entitas raksasa yang memiliki proses demokrasinya sendiri yang meski tidak sempurna tapi masih berfungsi," kata dia.

"Tekanan dari dalam lebih mungkin berfungsi di kedua negara, meski prosesnya akan sangat lambat dan panjang," kata kata aktivis LGBT Indonesia itu kepada Reuter.

rzn/as (Reuters)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait